Kisah seorang wanita yang mencari kebahagiaan setelah perceraian.
Kara Gantari seorang gadis yang menikah dengan Adi Saputro karena permintaan sang kakek disertai ancaman tidak akan mendapatkan warisan. Setahun kemudian Kara diceraikan oleh Adi karena sudah mendapatkan warisannya.
Pertemuannya dengan seorang CEO yang gesrek, pecinta dangdut, melokal luar dalam, membuat Kara pusing tujuh keliling tapi Rayden adalah pria yang sangat memuja Kara. Kehidupan keduanya pun diuji dengan tragedi.
Apakah Kara dan Rayden akan menemukan kebahagiaannya?
Cerita ini murni halu milik author
Follow Ig ku di hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gunakan Ponselmu Dengan Benar
Hari Sabtu ini Kara dan bik Ijah bersiap untuk pergi berbelanja di sebuah mall di Jakarta Selatan tapi bukan mall kemarin dimana dia kesal dengan Rayden. Kara memilih mall yang berbeda dan kini keduanya sedang menunggu kedatangan mobil ojek online.
"Kompor sudah mati kan bik?" tanya Kara.
"Sudah non, kan terakhir tadi kita jerang air panas untuk mengisi termos."
"Ya sudah." Pagi tadi Kara dan bik Ijah memang tidak membuat sarapan karena lebih memilih jajan bubur ayam dekat rumah.
Sebuah mobil Mercedes yang sangat dikenal Kara dan bik Ijah berhenti di depan mereka berdua. Tampak Adi turun dari mobil itu dengan dandanan yang santai tapi tampak Dandy.
"Pagi Kara, bik Ijah" sapa Adi.
"Pagi mas" sapa Kara datar.
"Mau kemana? Biar aku antar?" tawar Adi yang kagum melihat style Kata hari ini yang memakai kaos polo warna hitam, celana jeans model pipa dan sepatu sneaker, tidak lupa tas selempang kesayangannya. Rambutnya yang tebal hanya diikat model Bun yang menunjukkan leher jenjangnya.
"Tidak usah, terimakasih. Aku sudah pesan ojol kok" jawab Kara sopan. "Nah tuh mobilnya datang." Gadis itu menunjuk ke sebuah mobil Honda Mobilio yang memang datang menjemput mereka.
"Batalkan saja, biar aku antar!" eyel Adi.
"Bik Ijah, masuk dulu ke mobil itu, saya tak bicara dengan mas Adi. Bilang sama drivernya suruh tunggu sebentar nanti saya kasih tip tambahan."
Bik Ijah pun menurut dan masuk ke dalam mobil itu menyampaikan pesan kepada drivernya yang manggut-manggut.
"Mas Adi apa sudah lupa, kita sudah tidak ada hubungan apapun. Kan mas Adi sendiri yang meminta kita pada hari ketok palu, kita sudah tidak ada hubungan apapun termasuk soal antar mengantar. Kita adalah dua orang asing yang kebetulan tahu nama saja. Dan aku minta, mas Adi berhenti datang ke rumahku!"
Rahang Adi mengeras. "Apa karena kamu sudah mempunyai pria lain?"
Kara mengernyitkan dahinya. "Pria lain?"
"Iya, pria lain yang naik Mercedes G Kamis lalu!"
"Dia hanya menggantikan ponselku yang rusak akibat ditabrak dia" jawab Kara. "Sudah ya mas, cukup jangan datang lagi kemari. Ingat perasaan Irene. Anggap saja aku tidak tampak seperti selama aku menikah dengan mas selama setahun!"
Kara membalikkan tubuh dan masuk ke dalam mobil itu lalu pergi meninggalkan Adi yang masih berdiri disana.
"Brengseeeekkkk!"
***
"Maunya apa sih tuh orang, non?" gerutu bik Ijah yang langsung terdiam melihat Kara memberikan kode dengan telunjuknya di bibirnya.
Kara pun tidak habis pikir dengan mantan suaminya yang sudah dua kali ini datang ke rumahnya. Kalau yang pertama, Kara masih bisa maklumi tapi yang ini? Ngapain coba? Dia sendiri yang minta tidak ada hubungan lagi tapi dia malah kesini lagi!
Tapi kok tahu Rayden ke rumah? Jangan-jangan malam itu dia ke rumah? Dan kenapa nadanya cemburu gitu? Oh pria, pria. Lambenyaaaa!
Kesekian kalinya, Kara benar-benar bersyukur terlepas dari Adi. Sudah punya Irene, masih cari aku! Nehi, Ferguso!
***
Kara dan bik Ijah mulai berbelanja kebutuhan dapur baru kebutuhan lainnya. Selesai berbelanja, keduanya pun makan siang di sebuah restauran cepat KFC karena bik Ijah ingin makan itu.
Kara sendiri tidak masalah makan junk food toh sekali-kali juga. Keduanya lalu memesan paket besar dan bik Ijah pun langsung semangat 45 untuk menyantapnya.
"Mantan mau apa non?" tanya bik Ijah.
Kara pun menceritakan perkataannya tadi ke Adi bahkan semua kata-kata pria itu dia kembalikan.
"Dih! Sudah enak-enak maksiat sama si vampir, masih ngejar non! Prei!" omel bik Ijah layaknya emak-emak.
"Aku juga tidak mau bik! Bukannya dari dulu aku tidak pernah terlihat di mata dia kok sekarang tiba-tiba tampak. Apa dulu aku hantu ya?" gumam Kara sembari minum coke float nya.
"Bisa jadi dia fase bosan dengan si vampir, mau coba sama non lagi?"
"Emoh aku!" Kara langsung mengetuk mejanya tiga kali. Amit-amit!
***
Rayden duduk di dalam Mercedes G nya sambil manyun. Pesan yang dikirimkan ke akun WhatsApp Kara tidak ada yang dibalas satupun. Percuma dong aku beliin hp kalau tidak difungsikan dengan baik! Atau jangan-jangan hanya ke aku saja? Oooohhh pelanggaran ini!
Ting!
Wajah manyun Rayden berubah menjadi sumringah ketika Kara membalasnya.
📩 Kara Santan : Ada apa Ray?
Ada aku! Rayden tertawa sendiri. Receh banget aku!
📩 Rayden 🤛🏻🤛🏻🤛🏻 : Kamu dimana?
📩 Kara Santan : Di mobil.
📩 Rayden 🤛🏻🤛🏻🤛🏻 : Dari mana?
📩 Kara Santan : Belanja.
Rayden mengusap wajahnya kasar. Bisa nggak sih ngetik lebih dari tiga kata?
📩 Rayden 🤛🏻🤛🏻🤛🏻 : Aku sudah di depan rumahmu.
📩 Kara Santan : Ngapain?
📩 Rayden 🤛🏻🤛🏻🤛🏻 : Nungguin kamu pulang. Cepetan! Aku sudah lumutan!
📩 Kara Santan : Sabar. Bentar lagi sampai.
Rayden tersenyum senang dan tak lama sebuah mobil Avanza hitam berhenti di belakang mobil mewah Rayden dan dari spionnya, pria itu melihat Kara dan bik Ijah turun. Rayden pun membuka pintu mobilnya dan turun dengan wajah sumringah. Setelah menutup pintu dan menguncinya, pria itu berjalan menuju mobil yang ditumpangi Kara.
"Perlu bantuan?" tawar Rayden yang siang ini memakai kaos polo hitam dan jeans serta sepatu Converse, dandanan yang mirip dengan Kara.
"Boleh" ucap Kara.
Rayden membawa belanjaan yang diletakkan di kardus untuk mengurangi sampah plastik, selain di kantong belanjaan yang kantongnya memang Kara dan bik Ijah membawa dari rumah.
Bik Ijah membuka gembok dan pintu pagar lalu membuka pintu dapur.
"Tuan Rayden, diletakkan disini saja" pinta bik Ijah menunjukkan meja dapur dan Rayden pun menurut. Ini kalau Mbak Rayna dan papa lihat aku bawa belanjaan ke dapur bisa shock!
"Ada lagi?" tanya Rayden.
"Udah kok tuan" jawab bik Ijah sok manis.
"Saya ke ruang tamu ya bik" ucap Rayden.
"Iya tuan."
Rayden melihat Kara sedang membongkar belanjaan dari kantong belanja. Dengan santainya, pria itu duduk di meja makan sambil memperhatikan Kara memilah-milah sabun, shampoo dan lainnya.
"Memang kamu kapan haidnya?" tanya Rayden cuek sambil memegang bungkus pembalut.
Kara melongo. "Hah?"
"Kok sudah beli, berarti sebentar lagi dong PMS."
Mata bulat Kara semakin membelalak. "Tuan Takahashi! Itu mulut Yaaa!"
"Hei, santai saja! Kakakku perempuan jadi aku paham lah!" cengir Rayden yang membuat Kara ingin mengguyur dengan cairan pembersih lantai.
"Saya bukan kakak anda" jawba Kara dingin.
"Memang bukan!"
"So, just ssshhh!" Kara meletakkan telunjuknya di depan bibirnya.
"Kamu tuh dibelikan hp kok balasnya lama?" komentar Rayden sambil membantu menyusun sabun mandi batangan.
"Ketumpuk dengan pesan yang lain" sahut Kara santai.
"Besok lagi jangan begitu. Apa kamu tahu, aku selalu menunggu jawaban pesan darimu?"
Kara mengehentikan tangannya dan menatap pria campuran yang memiliki mata abu-abu itu.
"Kenapa?"
Rayden nyengir. "Tandanya aplikasi dan ponselnya tidak rusak."
Kara hanya menggelengkan kepalanya. Pria satu ini memang njelehi!
***
Yuhuuu Up Siang Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️