NovelToon NovelToon
The Last Encore: Star Blood Universe

The Last Encore: Star Blood Universe

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Teen / Fantasi / Romansa Fantasi
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."

Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.

Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.

Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 8: The Hidden Wound

Aroma antiseptik dan keringat yang menguap memenuhi ruang latihan ENHYPEN. Musik beat tinggi baru saja berhenti, menyisakan suara napas yang terengah-engah dari tujuh pemuda yang berdiri di depan cermin raksasa. Sunghoon membungkuk, menumpu kedua tangannya di lutut. Wajahnya pucat pasi, lebih pucat dari biasanya.

"Sunghoon-ah, kau oke? Gerakanmu di chorus tadi sedikit terlambat," tanya Heeseung sambil menyodorkan handuk.

"Aku oke, Hyung. Hanya kurang tidur," jawab Sunghoon singkat. Ia mencoba berdiri tegak, namun rasa nyeri yang tajam menusuk bahu kirinya, bekas cakaran monster Glitch Weaver di stasiun Gangnam kemarin ternyata mengandung racun Void yang mulai membusuk.

Jake, yang berdiri tidak jauh dari sana, menyipitkan mata. Sebagai seorang New Blood yang dilatih langsung oleh Sunghoon, indra penciumannya bisa menangkap bau darah yang tidak biasa. Ia mendekat saat member lain sedang sibuk minum.

"Kau berbohong pada mereka, tapi kau tidak bisa membohongiku, Hoon-ah," bisik Jake pelan. Matanya melirik ke arah bahu Sunghoon yang sedikit kaku. "Racunnya menyebar? Kenapa kau tidak minta darah pelindung dari Wonyoung-ssi untuk menetralkannya?"

"Jangan sebut nama itu di sini," desis Sunghoon. "Aku bisa mengatasinya sendiri. Darah klan Shadow bisa membekukan racun ini."

"Tapi kau harus tetap menari sepuluh jam sehari! Jika luka itu terbuka di atas panggung besok, seluruh dunia akan melihat darah hitam keluar dari bahumu," Jake memperingatkan dengan nada cemas.

Di sisi lain kota, di asrama IVE, Wonyoung sedang duduk di meja riasnya. Namun bukannya memakai skincare, ia sedang mengamati sebuah botol kecil berisi cairan perak, darah murni klan Star.

Yujin masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu. Ia melihat botol itu dan langsung mengerti. "Kau memikirkan Sunghoon lagi?"

Wonyoung tersentak dan menyembunyikan botol itu. "Aku hanya sedang mengecek persediaan energi kita, Eonni."

"Wonyoung-ah," Yujin duduk di tepi tempat tidur, wajahnya serius sebagai seorang leader dan rekan Hunter. "Aku melihat pertempuran di Gangnam melalui sensor klan. Sunghoon terkena serangan langsung demi melindungimu. Racun Glitch Weaver itu mematikan bagi vampir Shadow jika tidak segera dimurnikan oleh cahaya."

Wonyoung terdiam. Ia tahu Yujin benar. Tapi aturan Hunter kuno sangat ketat: Jangan pernah mencampurkan darah antar klan kecuali dalam keadaan darurat kiamat.

"Dia terlalu sombong untuk meminta bantuan," gumam Wonyoung.

"Dan kau terlalu gengsi untuk menawarkannya," balas Yujin. "Tapi ingat, kita ada kolaborasi special stage besok. Jika salah satu dari kalian tumbang, rahasia dua agensi besar ini akan hancur."

Tengah malam, gedung agensi sudah sepi. Sunghoon memutuskan untuk tetap di ruang latihan, mencoba memaksa tubuhnya melakukan gerakan power spin. Namun, saat ia berputar, luka di bahunya terbuka. Darah hitam pekat menetes ke lantai parket yang mengilat.

Sunghoon jatuh tersungkur. Napasnya pendek-pendek. Pandangannya mulai mengabur saat racun itu mencapai sarafnya.

Klik.

Pintu ruang latihan terbuka. Wonyoung berdiri di sana, masih mengenakan jaket panjang dan masker. Ia melihat Sunghoon yang tergeletak dan segera berlari menghampirinya.

"Kau bodoh! Kenapa kau tidak mengatakannya?" seru Wonyoung. Ia berlutut di samping Sunghoon, melepaskan jaket pria itu dengan paksa.

Di bahu Sunghoon, terdapat luka menganga yang dikelilingi urat-urat hitam yang berdenyut. Bau busuk The Void sangat menyengat di sana.

"Pergi... Wonyoung. Jika staf... melihatmu di sini..." Sunghoon mencoba mendorongnya, tapi ia terlalu lemah.

"Diamlah, Ice Prince," ucap Wonyoung ketus. Ia mengeluarkan botol perak tadi. "Ini akan terasa sakit, tapi ini satu-satunya cara."

Wonyoung membasahi tangannya dengan darah perak tersebut dan menempelkannya tepat di atas luka Sunghoon. Cahaya putih terang menyambar dari telapak tangan Wonyoung. Sunghoon mengerang keras, tubuhnya kejang saat racun hitam itu terbakar oleh energi murni klan Star. Uap hitam keluar dari luka tersebut, menghilang ke udara.

Tiba-tiba, pintu terbuka lagi dengan kasar.

"Hoon-ah, aku membawakan obat..." Jake terpaku di ambang pintu. Ia melihat Wonyoung sedang memeluk bahu Sunghoon yang bersinar terang.

Di belakang Jake, Yujin juga muncul. Ternyata mereka berdua sudah bekerja sama di balik layar untuk mempertemukan dua pemimpin mereka ini.

"Syukurlah kalian tepat waktu," ucap Yujin sambil menutup pintu dan menguncinya. "Jake, jaga CCTV. Aku akan memantau energi di koridor."

"Kalian... kalian merencanakan ini?" tanya Wonyoung sambil tetap fokus menyembuhkan Sunghoon.

"Kami hanya bosan melihat kalian berdua saling membunuh karena harga diri," jawab Jake sambil mengoperasikan tabletnya untuk meretas sistem kamera gedung. "Lagipula, kami para New Bloods tidak ingin kehilangan mentor kami hanya karena kalian malas berkomunikasi."

Luka di bahu Sunghoon perlahan menutup, menyisakan bekas luka tipis berwarna putih. Warna kulit Sunghoon kembali normal, dan napasnya mulai teratur. Ia membuka matanya dan mendapati Wonyoung sedang menatapnya dengan mata yang basah karena cemas, meski bibirnya tetap ditekuk kesal.

"Terima kasih," bisik Sunghoon parau.

Wonyoung segera menarik tangannya dan berdiri, merapikan pakaiannya yang sedikit terkena bercak darah. "Jangan dipikirkan. Aku hanya tidak ingin penampilan kolaborasi kita besok rusak karena kau pingsan di tengah lagu."

Jake dan Yujin saling pandang, lalu tersenyum tipis.

"Nah, karena Sunghoon sudah sembuh, ada hal penting yang harus kalian lihat," ucap Jake sambil meletakkan tabletnya di tengah ruangan. Ia menunjukkan sebuah rekaman tersembunyi yang ia ambil dari ruang produser.

Di rekaman itu, terlihat Gaeul (IVE) dan Jay (ENHYPEN) sedang dipanggil ke ruangan produser. Mereka berdua juga merupakan New Bloods yang memiliki kemampuan pelacak.

"Produser itu sedang menugaskan Gaeul dan Jay untuk mencari pecahan keenam di sebuah klub malam di Itaewon malam ini," jelas Jake. "Dia sengaja memecah tim kita. Dia ingin tahu siapa yang lebih cepat: klan Star atau klan Shadow."

Wonyoung mengerutkan kening. "Dia sedang mengadu domba member kita."

"Tepat," sahut Yujin. "Jika Gaeul dan Jay bertarung demi pecahan itu tanpa tahu bahwa kita seharusnya bekerja sama, mereka bisa saling melukai."

Sunghoon berdiri, mencoba menggerakkan bahunya yang kini terasa jauh lebih ringan. "Kita tidak bisa membiarkan itu. Jake, kau tetap di sini bersama Yujin. Beri kami koordinat akurat mereka. Wonyoung dan aku akan pergi ke Itaewon."

"Tapi ini malam minggu! Itaewon penuh dengan orang dan jurnalis!" protes Wonyoung.

"Itulah gunanya menjadi idola, Wonyoung-ah," Sunghoon mengambil masker dan topinya. "Kita akan melakukan apa yang biasa dilakukan idola di malam hari: menyamar menjadi warga sipil yang sedang clubbing."

Itaewon jam satu pagi adalah hutan neon yang liar. Musik EDM berdentum dari setiap sudut jalan. Wonyoung mengenakan gaun mini hitam dan jaket kulit, sementara Sunghoon mengenakan kemeja longgar yang sengaja tidak dikancing rapi, penyamaran sempurna sebagai "anak muda kaya" yang sedang berpesta.

Mereka masuk ke sebuah klub eksklusif bernama The Abyss. Di sana, mereka melihat Jay dan Gaeul berdiri di sudut yang berbeda, masing-masing sedang mengawasi seorang pria misterius yang membawa koper perak. Baik Jay maupun Gaeul tampak tidak menyadari kehadiran satu sama lain, namun tangan mereka sudah berada di senjata rahasia masing-masing.

"Lihat itu," bisik Sunghoon di telinga Wonyoung. "Jay sudah bersiap mengeluarkan rantai bayangannya. Jika dia menyerang sekarang, Gaeul akan mengira dia adalah musuh dan menyerangnya dengan silet anginnya."

"Kita harus menghentikan mereka sebelum mereka memulai keributan," ucap Wonyoung.

"Bagaimana?"

Wonyoung menatap lantai dansa yang penuh sesak. "Kita harus membuat perhatian mereka teralih. Ke arah kita."

Tanpa peringatan, Wonyoung menarik kerah kemeja Sunghoon dan membawanya ke tengah lantai dansa. Di bawah lampu strobe yang berkedip cepat, Wonyoung mulai menari dengan sangat dekat di depan Sunghoon.

"Apa yang kau lakukan?!" desis Sunghoon kaget.

"Berdansa denganku! Jay dan Gaeul pasti akan melihat kita. Mereka tahu aura kita," perintah Wonyoung.

Benar saja, Jay dan Gaeul yang tadinya fokus pada koper perak, mendadak menoleh ke tengah lantai dansa. Mata mereka membelalak melihat dua pemimpin mereka sedang berdansa secara intim di klub umum.

"Itu... Wonyoung-ssi dan Sunghoon-hyung?" gumam Jay, membatalkan serangannya.

"Kenapa mereka ada di sini?" Gaeul juga menurunkan senjatanya, tampak bingung.

Di saat perhatian Jay dan Gaeul teralih, Sunghoon melihat pria pembawa koper itu mencoba menyelinap keluar melalui pintu darurat.

"Sekarang!" bisik Sunghoon.

Ia menggunakan kekuatannya untuk menciptakan lantai yang sangat licin di depan pintu darurat. Pria itu terpelesat, dan koper peraknya terlempar. Wonyoung, dengan gerakan yang sangat cepat menyerupai tarian, menangkap koper itu sebelum jatuh ke lantai.

Semua terjadi begitu cepat sehingga para pengunjung klub hanya mengira itu adalah bagian dari aksi keren anak-anak muda di lantai dansa.

Wonyoung dan Sunghoon segera menarik Jay dan Gaeul keluar dari klub melalui pintu belakang sebelum mereka sempat bertanya lebih lanjut.

Di gang gelap di belakang klub, Jay dan Gaeul berdiri mematung saat melihat Wonyoung dan Sunghoon berdiri berdampingan.

"Eonni... Sunghoon-ssi... apa maksud semua ini?" tanya Gaeul bingung.

"Maksudnya adalah kita tidak sedang berkompetisi, Gaeul-ah," ucap Wonyoung sambil membuka koper perak itu. Di dalamnya terdapat pecahan keenam The Genesis Vinyl. "Produser itu mencoba membuat kita saling menyerang. Dia ingin menguji siapa yang paling setia padanya."

Jay menatap Sunghoon. "Jadi, berita tentang kalian bekerja sama itu benar, Hyung?"

Sunghoon mengangguk. "Kita satu tim sekarang. Mulai malam ini, tidak ada rahasia antara klan Starship dan HYBE. Kita adalah satu klan Hunter."

Keempatnya berdiri di sana, di bawah lampu jalan yang berkedip. Untuk pertama kalinya, aura IVE dan ENHYPEN menyatu tanpa ada permusuhan.

Wonyoung menatap pecahan keenam itu. Pecahan ini memancarkan memori baru: Ia melihat Jay, Gaeul, Jake, dan Yujin di masa lalu—ternyata mereka semua adalah prajurit yang gugur di perang Joseon dan kini terlahir kembali untuk membantu Wonyoung dan Sunghoon.

"Kalian semua..." bisik Wonyoung dengan mata berkaca-kaca. "Kalian selalu ada bersamaku."

"Tentu saja, Wonyoung-ah," ucap Yujin yang tiba-tiba muncul dari kegelapan bersama Jake. "Kami tidak akan membiarkan kalian memikul beban ini sendirian lagi."

Malam itu, di gang sempit Itaewon, sebuah aliansi besar resmi terbentuk. Enam Hunter berdiri bersama, siap menghadapi apapun yang direncanakan Produser.

Namun, di kegelapan lantai atas klub The Abyss, sang Produser berdiri sambil menyesap minumannya. Ia tersenyum puas melihat pemandangan di bawah sana melalui teropongnya.

"Bagus sekali," gumamnya. "Semakin kalian terikat, semakin manis rasa pengkhianatan itu nantinya. Chapter 8 ditutup dengan persahabatan... mari kita lihat seberapa lama itu bertahan."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!