Lari Dari Jerat Presdir

"Kamu sudah menyelidiki apa yang terjadi?" tanya Ethan saat Davin memasuki ruangannya.

Davin menghela nafasnya, menyerahkan ponsel di tangannya lalu rekaman CCTV terputar. "Saya mendapatkannya saat asisten Tuan Martin akan menghapusnya."

Ethan menatap vidio tersebut dimana Martin mulai nakal dengan menyentuh paha Kath, lalu pria itu menarik Kath dengan paksa ke dalam pangkuannya hingga insiden terjadi saat Martin mendorong Kath hingga terjatuh dan mendapatkan luka di dahinya.

"Bandit, sialan!" Ethan tak bisa tak merasa marah saat melihat tangan Martin menggerayangi Kath bahkan meremas pinggang Kath hingga akhirnya Kath mendapatkan luka.

"Lalu bagaimana denganmu?!" Ethan menatap tajam Davin yang menundukkan wajahnya.

"Ini kesalahan saya juga, Tuan. Tak seharusnya saya meninggalkan Kath sendiri."

"Bagus gajimu akan di potong 70 persen. Dan batalkan kerjasamanya." Davin terdiam. Sudah bagus dia tak sampai di pecat. Davin tahu penjagaan Ethan pada Kath sudah seperti menjaga kekasihnya sendiri meski dia tahu hubungan keduanya hanya sebagai atasan dan bawahan lalu ... partner ranjang. Ya, dia tahu. Sebagai asisten pribadi yang mengurusi semua keperluan Ethan tentu saja dia tahu hubungan Ethan dan Kath. Hubungan tanpa ikatan itu terjalin sejak dua tahun lalu setelah beberapa bulan Kath di terima di perusahaan sebagai sekretaris Ethan. Davin tak menyangka Tuannya yang dia kenal dingin bisa menaruh ketertarikan pada Kath bahkan dari yang dia tahu pria itu tak pernah menyentuh wanita selain Kath.

Sampai Davin berpikir Kath akan menjadi istri Ethan. Namun saat pertunangan di tentukan, barulah Davin mengerti jika apa yang dia pikirkan tidak akan terjadi.

Davin menghela nafasnya. Pemikiran orang kaya memang terkadang di luar nalar. Jika memang Ethan hanya menganggap Kath sebagai teman tidur kenapa Ethan selalu memperhatikannya. Bahkan kini dia rela membatalkan kerjasama besar hanya karena Martin membuat Kath terluka.

Ethan melempar dengan kasar ponsel di tangannya. "Katakan padanya jangan berani menuntut sedikitpun kalau tak mau vidio ini tersebar," ucapnya masih dengan suara tajamnya. Matanya menatap dingin pada ponsel yang masih menampilan rekaman CCTV di ruangan Martin. Dimana adegan berganti dengan tindakan mesum Martin pada beberapa karyawan wanita di perusahaannya sendiri.

"Baik, Tuan." Davin mengangguk. Baru saja akan pergi Ethan kembali berucap.

"Cari tahu juga kegiatan Kath kemarin!"

....

Kath menghela nafasnya saat melihat banyak bercak merah di leher dan dadanya. Satu persatu bercak itu dia tutupi dengan concealer lalu menutupnya kembali dengan syal yang dia ikat di lehernya.

Setelah penampilannya sempurna Kath melangkah ke luar dari ruangannya untuk menuju ruangan Ethan. Dengan sebuah berkas di tangannya Kath melangkah anggun memasuki ruangan tersebut.

Seperti biasa Ethan tak terganggu dengan kedatangannya dan hanya fokus bekerja, hingga Kath meletakan berkas yang dia bawa. "Kontrak yang sudah Tuan Martin tanda tangani, Tuan."

Ethan menatap sebentar lalu kembali acuh. "Sudah tidak di perlukan. Aku sudah membatalkan kontraknya."

"Apa?!" Kath bertanya dengan tak percaya. Apa maksudnya Ethan membatalkan kontrak? Setelah perjuangannya bahkan sampai mendapatkan luka di dahi karena pria brengsek, mesum itu?

Pria itu bahkan tak peduli dengan kerugian yang dia tanggung karena membatalkan kerja sama sepihak.

Kath menghela nafasnya. Terserah! Lagi pula itu bukan urusannya. Yang rugi juga bukan dirinya. Jadi dia hanya mengangguk dan hendak pergi.

"Kalau begitu saya permisi."

"Kamu tidak bertanya kenapa aku membatalkannya?"

Langkah Kath terhenti lalu kembali menoleh. "Apa harus? Aku tidak menanggung kerugian apapun, bukan?"

Ethan mendengus lalu membiarkan Kath pergi.

Tiba di ruangannya Kath melempar berkas yang susah payah dia kerjakan.

"Tidak berperasaan," makinya kesal.

....

"Apa kau bilang?!" Martin berdiri dari duduknya saat mendengar kabar dari sekretarisnya jika Ethan membatalkan kerja sama mereka.

"Mereka bilang akan mengirim bukti pelanggaran pada ponsel anda, Tuan."

Saat ini ponsel Martin bergetar dan beberapa pasan muncul. Saat melihat rekaman CCTV di ruangannya Martin berteriak marah. "Sialan, dimana Jason!"

"Tuan Jason tidak datang sejak pagi, Tuan."

"Sial, dia kabur setelah memberikan rekaman CCTV ruanganku. Aku bahkan tak bisa menuntut penalti!" Teriaknya murka. Bagaimana pun jika rekaman perbuatan mesumnya di ketahui banyak orang nama baiknya akan tercemar.

"Ethan sialan. Beraninya dia mengancamku!" Martin membuka ponselnya lalu menekan sebuah nomer.

"Serena kau bisa bujuk tunanganmu untuk tidak membatalkan kerja sama kami."

"Memang apa yang paman lakukan hingga menyinggung Ethan?"

Martin nampak berpikir, dia tidak melakukan kesalahan apapun, kecuali—

"Mungkinkah karena aku menggoda sekretarisnya?" Jika Ethan bisa tahu rekaman CCTV nya bukankah dia juga melihat saat dia menggoda Kath. "Bukan hanya itu aku juga membuat dahinya terluka," gumam Martin dengan pelan, namun suaranya masih terdengar oleh Serena.

"Apa?"

Martin menggeleng pelan. "Tidak mungkin Ethan menyukainya, bukan? Sudah jelas kalian bertunangan dan akan segera menikah?"

Tanpa mendengar jawaban lagi Martin melihat teleponnya di matikan sepihak hingga dia mengerang marah. "Keponakan tidak berguna!" umpatnya kesal. Setelah ini dia harus bersiap mengalami kerugian. Sebab bagaimana pun perusahaannya di kenal karena kerjasamanya dengan perusahaan Ethan. Sekarang saat Ethan memutuskan kerja sama sudah jelas satu persatu pendukungnya juga akan pergi.

Disisi lain Serena yang baru saja menerima panggilan dari Martin, meremas ponselnya dengan marah. "Jadi, jalang itu benar-benar berarti sampai dia tak ragu kehilangan proyek besar."

Serena melempar pakaian di tangannya. Dia sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan, dan mendapat telepon dari Martin. Dia yang baru saja mendengar ucapan Martin tentang Kath sudah tak berminat untuk berbelanja.

"Nona bagaimana dengan pakaiannya?" kata si pelayan toko, pakaian yang Serena lempar adalah desain terbatas dari salah satu designer ternama dan sangat mahal, namun Serena melangkah dengan acuh keluar toko hingga seseorang mendekat dan memberikan sebuah kartu.

"Masukan tagihannya."

...

Kath sedang duduk makan siang di sebuah kursi di salah satu restoran dekat kantor saat seseorang menghampirinya lalu duduk di depannya.

"Apa aku mengganggumu?" tanyanya dengan suara lembut.

Kath mendongak dan menemukan Serena di depannya.

"Tidak, Nona. Aku sudah selesai." Kath membalik sendoknya dan meletakannya di atas piring dimana masih tersisa makanan diatasnya.

"Kenapa terburu-buru? Ada sesuatu yang harus aku katakan padamu." Kath yang hendak bangun kembali duduk dan menunggu ucapan Serena selanjutnya.

"Apa yang bisa aku bantu, Nona?"

"Kau tahu aku dan Ethan akan menikah, bukan?"

Kath menyembunyikan tangannya di bawah meja. Meremasnya pelan karena rasa sakit yang menjalar di hatinya. Namun sebisa mungkin wajahnya tetap menunjukan ketenangan.

"Tentu saja, beritanya sudah tersebar luas."

Serena menghela nafasnya. "Lalu bisakah kamu membantuku sesuatu. Aku tidak terlalu mengenal Ethan. Kau tahu bukan kami di jodohkan. Jadi aku ingin tahu beberapa hal yang tidak aku tahu. Kau sekretarisnya dan aku yakin kau tahu apa saja kebiasaan Ethan. Selama ini Ethan tak pernah menyentuhku dan mengatakan jika dia akan melakukannya setelah kami menikah."

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan, Nona?" tanya Kath dengan menahan kesal di hatinya. Sebenarnya apa yang mau wanita ini katakan.

"Apakah selama ini Ethan dekat dengan wanita lain?"