NovelToon NovelToon
Menikahi Paman Kecil Pacarku

Menikahi Paman Kecil Pacarku

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Beda Usia / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta setelah menikah / Romansa
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Sept

Menikah dengan pria usia matang, jauh di atas usianya bukanlah pilihan Fiona. Gadis 20 tahun tersebut mendadak harus menerima lamaran pria yang merupakan paman dari kekasihnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjanjian Pranikah

Ruang VIP

Fiona sudah dipindahkan ke tempat perawatan yang lebih bagus, dengan fasilitas terbaik di rumah sakit tersebut. Gadis itu juga sudah siuman setelah beberapa kali tekanan darah turun terus menerus. Kini, kondisinya mulai stabil. Bahkan sudah bisa diajak komunikasi.

Di dalam ruangan itu, ada Arga yang sejak tadi memperhatikan Fiona yang enggan berbicara. Matanya sayu, bibirnya sedikit pucat dan pipinya lebih tirus. Fiona lebih banyak diam, mungkin juga stres dengan masalah yang telah menimpanya.

Umur 20 tahun, kuliah belum setengah jalan, orang tua broken home, selama ini hidup dengan sang nenek, kemudian kuliah pindah ke asrama. Tau-tau malah sekarang hamil. Fiona jelas takut membuat neneknya nanti serangan jantung karena shock.

Mungkin dia berpikir pendek, mengkonsumsi banyak makanan yang di browsing di internet, sekedar untuk membuat janin yang masih kecil itu hilang. Siapa yang mengira kalau tindakan Fiona justru membuat badannya lemah dan keluar masuk rumah sakit.

Dari awalnya pun dia sudah berkata pada Arga, tidak akan meminta pertanggungjawaban. Karena malam itu yang memaksa melakukan itu adalah Fiona sendiri. Lagi pula Fiona tak punya muka jika minta tanggung jawab dari Om Arga. Sudah di anggap paman pancarnya selama ini.

Fiona pikir bisa menyelesaikan masalah sendiri, nyatanya kini dia tetap menyeret Arga. Ya, lelaki itu sekarang sudah tahu kalau Fiona kini sedang hamil.

...----------------...

"Saya sudah bicara dengan Davin, mulai sekarang ... Saya yang akan mengambil alih semuanya. Urusan dengan Davin, serahkan pada saya sepenuhnya."

Gaya bicaranya yang selalu tenang, terkesan tegas dan berwibawa. Arga berusaha mengambil alih semua masalah ini. Karena bagaimanapun juga dia adalah laki-laki. Pastinya akan bersikap bijaksana dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya.

"Tapi saya ingin tetap kuliah," gumam Fiona.

"Kamu bisa cuti, setelah anak itu lahir ... Kamu bebas melakukan apa yang kamu inginkan."

"Tapi saya tidak mau cuti ... Saya tidak mau anak ini," ucap Fiona lirih. Seperti takut, dia takut kalau harus punya anak di usia yang sekarang ini. Belum siap secara mental, belum siap semuanya. Dia masih terguncang dengan kenyataan ini, setiap keputusan yang dia ambil, tidak benar-benar dipikirkan secara matang.

Takut kalau keluarga tahu, takut pihak kampus tahu, makanya, sebelum janin itu semakin besar, Fiona tidak punya pilihan lain selain membuat janin itu hilang dan tak dilahirkan ke dunia. Pemikiran sempit, takut akan stigma masyarakat, takut aib, takut masa depannya hancur, Fiona gelap mata untuk sesaat.

Jujur, Arga sedikit kecewa saat Fiona tak menginginkan darah dagingnya. Namun, dia paham. Kondisi psikis gadis muda itu masih labil. Belum stabil dan pasti tidak bisa berpikir secara jernih.

"Saya sudah bicara pada dokter yang menangani kamu, jika kamu memaksa menggugurkan janin ini sekarang, mungkin kedepannya kamu akan kesulitan untuk mendapatkan keturunan. Apa kamu siap menerima resikonya?"

"Siap!" jawab Fiona tanpa ragu.

"Ini bisa mengancam kesehatan kamu!"

"Tidak apa-apa, saya siap menerima resikonya. Ini lebih baik daripada saya hamil di luar nikah. Saya gak mau, saya malu. Keluarga saya pasti juga akan kecewa dan sama malunya."

Wajah Arga langsung kecewa.

"Setidak mau itukan kamu melahirkan anak saya?" celetuk Arga.

"Maaf, Om. Tapi saya gak siap untuk melahirkan anak ini." Fiona memegangi perutnya sendiri.

Arga berdiri, memutar badan membelakangi Fiona dan mengusap wajahnya berkali-kali dengan kesal. Kelihatan frustasi. Begitu banyak wanita di luar sana, kenapa harus terlibat dengan gadis ini? Kenapa harus tertarik pada kekasih ponakannya sendiri?

Sampai akhirnya Arga balik badan lagi dan mengambil napas panjang.

"Saya minta dengan baik-baik sekarang ... tolong lahirkan anak itu dulu, setelah anak itu lahir, kamu mau kembali pada Davin ... Atau bersama laki-laki yang kamu sukai, terserah kamu. Tapi ... Dalam setahun ini, biarkan saya bertanggung jawab atas kamu dan anak ini. Hanya setahun. Setelah itu, kamu bebas melakukan apa saja. Kamu takut dan malu kalau orang-orang tahu kamu hamil kan? Saya bisa atur semuanya. Kamu bisa pindah kampus dan saya akan berikan status. Ini usaha terakhir saya untuk bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan. Saya harap, kamu setuju? Jika kamu memaksa hal yang sebaliknya, saya tak segan melakukan dengan cara saya sendiri!" ucap Arga dengan tegas. Ada nada penekanan di setiap kalimat yang diucapkan.

"Bagaimana kalau nenek saya nanti tahu? Lama-lama perut saya akan besar, beliau pasti kecewa."

"Sudah saya bilang! Saya tanggung jawab! Jika kamu tidak mau masalahnya jadi parah, secepatnya akan saya urus semuanya. Kamu keluar dari kampus dan asrama. Pindah kampus lain, pindah ke tempat saya begitu saya selesai urus segala administrasi surat-surat semuanya. Kamu tidak perlu memikirkan apapun, jika status kamu nanti jelas. Orang tak akan berbicara tentang kamu lagi."

(Katanya cerdas, kenapa hal sepele seperti ini saja dia tak paham. Bukan kah kalau sudah menikah, kemudian melahirkan anak, orang-orang tidak akan berani berbicara aneh-aneh tentangnya!) Arga merasa kesal karena Fiona terlalu penakut dan polos.

"Tapi Om janji kan? Begitu saya melahirkan anak ini, saya bisa pergi dan melakukan apa yang saya mau?"

Arga mengangguk, tapi hatinya tidak benar-benar berjanji. Ini hanya salah satu cara agar Fiona mau melahirkan anaknya. Masalah nanti, biar dipikir belakangan.

"Baik ... Fiona mau melahirkan anak ini."

Seketika Arga langsung lega, terlihat saat dia menghela napas.

...----------------...

Segala berkas sudah diurus, hampir beres semuanya. Ada uang maka segalanya menjadi lebih muda.

Fiona kini sudah pakai kebaya putih, duduk di depan meja rias di rumah sang nenek.

"Fiona ... Kamu beneran mau menikah? Kenapa buru-buru sekali? Dan lagi ... siapa laki-laki itu? Kamu tidak pernah mengenalkan pada nenek. Nenek juga merasa pria itu terlalu tua untuk usiamu."

Fiona menggenggam buket bunga miliknya, hari ini adalah hari pernikahannya. Tapi tidak ada aura kebahagiaan yang terpancar. Ini karena terpaksa demi menutupi kehamilannya itu. Pernikahan yang cuma formalitas, nanti setelah anaknya lahir, Fiona pun akan berpisah dengan ayah di anak.

Kini, demi sang nenek, dan demi kesehatan beliau. Fiona pun berbohong. Terpaksa mengarang cerita.

"Mas Arga baik kok, Nek. Dia akan jaga Fiona di kota nanti, support kuliah Fiona juga dan lagi, dulu mama juga nikah muda, Fiona juga ingin menikah muda seperti mama dulu. Apalagi sudah ketemu pria yang tepat, pekerjaan mapan, masa depan terjamin," ucap Fiona.

"Jangan seperti mamamu! Jangan ikuti jejaknya, untuk apa menikah kalau akhirnya cerai juga?" celetuk nenek.

Fiona langsung diam, kemudian menggenggam tangan keriput neneknya itu.

"Nek ... Doakan untuk kebahagiaan Fiona ya?"

"Pasti ... Pasti Nenek doakan yang terbaik untuk mu. Kamu kan cucu kebanggaan Nenek. Ingat, meskipun menikah, tetap kuliah dan kejar cita-cita, buat Nenekmu ini bangga."

Fiona mengangguk, keduanya berpelukan, kemudian terdengar ketukan pintu.

Papa Fiona berdiri di depan pintu. Pria paruh baya itu terpaksa datang untuk menikahkan putri pertamanya itu. Meskipun awalnya tidak setuju, karena Fiona masih muda. Kenapa buru-buru menikah. Padahal selama ini kelihatan tak peduli, sibuk dengan istri barunya. Tapi karena Fiona telpon untuk wali nikah, terpaksa beliau datang. Cuma sendiri, karena istri barunya enggan datang.

Sementara ibu kandung Fiona, memilih tidak hadir. Dengan banyak alasan, dan hanya mengucapkan doa lewat telpon saja. Benar-benar keluar broken home yang tidak bisa dibanggakan. Pantas Fiona tak mau menikah, karena contoh keluarganya seperti itu. Kalau bukan karena hamil, Fiona tak mau menikah dengan Om Arga.

"Semuanya sudah siap, Fiona ... Ayo keluar!"

Fiona menghampiri sang ayah, kemudian di bawa ke ruang acara, ruang tamu kediaman nenek Fiona.

Kenapa tidak di gedung? Di hotel bintang lima? Semuanya kemauan Fiona. Ingin acara sederhana. Toh nanti cerai juga, kenapa harus dirayakan mewah dan terbuka? Lebih baik sederhana seperti sekarang ini.

Acara pernikahan berjalan sangat singkat, bahkan setelah resmi keduanya mendapat surat nikah, Arga langsung membawanya ke kota lagi malam harinya.

......................

Apartemen

Masuk apartemen, Fiona kelihatan tidak rileks, nampak tak nyaman. Tapi mau tak mau, mereka harus tinggal bersama. Karena tak mungkin tinggal di asrama lagi. Mau ngekos sendiri juga Arga menenteng keras. Alasannya untuk menjamin keselamatan janin dan ibunya. Padahal cuma alasan Arga saja, agar bisa memantau Fiona 24 jam.

"Sudah malam, kamu istirahat lah. Semua peralatan mandi sudah ada di kamar mandi. Semuanya baru, kamu bisa pakai."

Fiona mengangguk paham. Ia kemudian menatap pintu di apartemen itu. Ada tiga pintu, tapi dia tak tahu mana yang akan jadi kamarnya.

"Maaf ... Kamar Fiona yang mana?"

Arga menatap sesaat wajah Fiona, kemudian dagunya menunjuk ke salah satu kamar.

Fiona lantas menarik koper miliknya, dia membuka pintu dan terdengar suara pintu yang terkunci dari dalam. Mendengar suara itu, Arga tersenyum kecut.

"Pelan-pelan ... Masih banyak waktu Arga ..." gumamnya.

...----------------...

Sebelum Fiona dan Arga melangsungkan pernikahan, keduanya telah tanda tangan hitam di atas putih.

Setelah setahun menikah, mereka akan sepakat berpisah.

Tidak ada kontak fisik selama pernikahan berlangsung.

Hak asuh jatuh ke tangan sang ayah (Arga)

Pihak ke 1 (Arga) Menyediakan kamar terpisah untuk pihak ke 2 (Fiona).

Pihak ke 1 menanggung segala biaya pengeluaran apapun pihak ke 2 sampai satu tahun dari tanggal perjanjian dibuat.

Pihak ke 2 berhak mendapatkan uang bulanan senilai 100 juta, di luar dari kebutuhan yang sudah ditanggung pihak ke 1.

Untuk pasal ke 6 dan terakhir, itu yang menulis adalah Arga sendiri. Meskipun Fiona menolak.

...****************...

Dretttt!!!!

Alarm ponsel Fiona berdering. Ia langsung menyibak selimutnya, terasa lembut. Tempat tidur yang nyaman, empuk dan wangi, membuat Fiona enggan sebenarnya untuk bangun. Terlalu nyaman, tapi ia harus bangun pagi itu.

Klik

Habis cuci muka, Fiona langsung keluar kamar dan melihat sekeliling. Ada Arga yang berdiri membelakanginya di dapur. Aroma kopi menyeruak, rupanya pria itu sedang membuat kopi dengan mesin kopi.

"Sudah bangun? Nanti jam 9 ART akan datang ke sini untuk beres-beres. Kalau ada baju kotor, letakan dalam keranjang. Jika ingin kamarnya dibersihkan, maka jangan dikunci saat ditinggal. Tapi kalau tidak, kunci saja pintunya."

"Art? Untuk beres-beres apa? Bukannya tempat ini sudah terlalu rapi?"

Arga menoleh, melihat sekeliling. Selama ini dia memang pakai jasa ART untuk sekedar beres-beres pulang pergi tanpa menginap.

"Tidak apa-apa, biasanya juga seperti itu."

Fiona mengangguk paham.

"Oh ya, hari ini saya ada meeting pagi. Mungkin pulang telat juga. Ini kunci apartemen, satu kamu simpan! Saya berangkat dulu!" ucap Arga kemudian meraih jasnya yang ada tak jauh darinya berdiri.

Fiona cuma mengangguk lagi. Kemudian menatap suasana apartemen yang akan jadi tempat tinggal nya selama setahun kedepan. Pandangannya kemudian beralih, ia melihat punggung Arga yang menjauh dan hilang dari balik pintu.

...----------------...

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Fiona ketiduran, wajahnya menempel di buku tepat di atas meja kamarnya.

"Aku ketiduran... Apa dia sudah balik?" gumam Fiona.

"Sudahlah ... Lagian kan aku gak wajib harus menyambutnya pulang ... Pernikahan ini ... Hanya sebuah perjanjian," ucapnya lagi.

Fiona lantas ke tempat tidurnya, ia kemudian menarik selimutnya. Bersiap untuk mimpi indah. Kasur di apartemen memang sangat nyaman, membuat Fiona jadi kesiangan.

...----------------...

Pukul 8 pagi baru keluar kamar, masih pakai piyama semalam. Belum cuci muka, dia langsung keluar untuk melihat kondisi di luar, karena terdengar suara orang berbicara.

Baru membuka pintu, dua pasang mata langsung tertuju pada Fiona.

"Maaf ..." ucap Fiona langsung buru-buru masuk kamar lagi.

Sementara di luar sana, Arga pura-pura menyesap kopinya.

"Siapa gadis itu? Kenapa dia ada di apartemen kamu?"

"Oh ... hemm ... Istriku," jawab Arga dengan tenang dan gaya khasnya.

"Istri? Bercanda kamu! Kenapa kamu menikah tapi Mama tidak tahu? Jujur sama Mama! Kalian cuma tinggal bareng tanpa status?? Astaga! Arga! Kamu tidak takut gadis itu menularkan penyakit??? Siapa tahu dia mengidap penyakit berbahaya?"

"Maaa!" Arga langsung melirik pintu kamar Fiona. Takut kalau istrinya dengar.

Sementara sang mama memegangi kepalanya yang mau pecah. Baru balik dari luar negeri, sengaja berkunjung ke apartemen Arga, malah dapat pemandangan yang tidak sedap. Putranya kumpul keboh dengan seorang gadis muda.

Tidak mau sang mama bicara panjang lebar dan menuduh yang bukan-bukan, Arga kemudian mengetuk pintu Fiona.

Klik

Fiona sudah cuci muka, kelihatan wajahnya yang lembab dan basah.

"Bisa keluar sebentar? Kamu belum pernah ketemu dengan orang tuaku bukan?"

"Harus? Apa harus ketemu?"

Arga mengangguk.

"Tapi belum mandi," kata Fiona menolak secara halus.

"Tidak apa-apa, sebentar saja. Kalau sudah bicara, dia akan pergi."

Fiona mengatupkan kedua bibirnya, kemudian jalan mengikuti Arga.

"Hallo, Tante ... Selamat pagi," sapa Fiona. Mencoba menyapa meskipun terpaksa.

"Pacar Arga?" tebak Mama Arga.

"Istriku, Ma," sela Arga.

BUGH!

Sang mama langsung memukul lengan anaknya.

Arga menghela napas panjang, kemudian berdiri dan masuk kamarnya, tak lama, dia kembali sambil membawa dua buah buku kecil.

"Maaf tidak memberitahu Mama, tapi pernikahan kami resmi, tercatat di negara," ucap Arga.

Mama Arga langsung memegangi keningnya.

"Mama juga akan jadi nenek segera," ucap Arga lagi.

Tambah pusing lah nyonya besar tersebut sampai tidak bisa berkata-kata.

1
Nurul
karya kak sept gak pernah gagal...😍😘🥰
SasSya
gak mungkin dr nyokap
SasSya
padahal....
SasSya
lho lho lhoooooo
mau sedot sedot aja ooommmm 😂
SasSya
udah bukan gadis ommmm
udah kau bobol sieee
🤣
Sept September: sebenernya belummm 🤭🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
SasSya
nahhhhh looooohhh
mlendung fiiiii
SasSya
kecebong mu kayanya jadi cambah ommm
😂
SasSya
heyyyy
pikiran mu liar sekali Tarrrr
😂🙆‍♀️
SasSya
mau minta pertanggung jawabannya fi
😃
SasSya
hooooooo
kang buaya
SasSya
di biang keroknya
SasSya
Iyaaaaa
beresiko kembung 9 bulan 🤣🤣🤣🤣😂
SasSya
siapa yg bangkit gaaaa
😃
Ila Lee
itu obat segala masalah perang ranjang hilang pusing kepala atas kepala. bawah 🤣🤣🤣🤣🤣
SasSya
hooooooo
kejadian 😱
SasSya
terjadikah anu?
SasSya
hiiiiiiiiiiiiiii 😬

Taraaaa gak usah dipikirin 😃
SasSya
gak tanggung jawab buanget ini buaya !!

hiiiiiiiiiiiiiii fio...
semoga tidak kenapa2
SasSya
hooooooo dasar garangan emang!😡
Ila Lee
wahdu ibu MCM apa ya sangup melihat anaknya susah sebagai ibu sepatut nya menerima pilihan anak asalkan anak bahagis harus nya begitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!