NovelToon NovelToon
Milikku Selamanya

Milikku Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / CEO Amnesia
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: erma _roviko

Bukan pernikahan kontrak! Satu atap selama 3 tahun hidup bagai orang asing.

Ya, Aluna sepi dan hampa, mencoba melepaskan pernikahan itu. Tapi, ketika sidang cerai, tiba-tiba Erick kecelakaan dan mengalami amnesia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jejak gengsi

Pagi itu, Aluna bangun di kamar tamu dengan perasaan yang ganjil, sebuah campuran antara kekosongan yang membebaskan dan kejelasan yang dingin. Ia telah mencapai titik nol, tidak ada lagi yang bisa diambil darinya, dan ironisnya, itu memberinya kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. 

Ia tidak lagi perlu berharap, tidak lagi perlu meneteskan air mata.

Ia mengenakan blouse sederhana dan celana panjang kerja, menanggalkan gaun deep emerald yang terasa seperti kostum semalam. 

Pukul tujuh pagi. Tepat.

Aluna sudah duduk di kursinya, lima kursi terpisah dari ujung meja yang akan diduduki Erick. 

Cahaya matahari pagi menyinari ruang makan, tetapi gagal menembus tirai tipis dan membawa kehangatan. Semua berjalan sesuai jadwal yang sudah mereka tetapkan secara tidak tertulis tiga tahun lalu, sebuah jadwal yang lebih kaku.

Tepat pukul 07:05, Erick muncul.

Ia mengenakan setelan bespoke berwarna charcoal yang elegan, setiap lipatan kainnya mencerminkan kesempurnaan. Ia berjalan, mengambil koran ekonomi yang sudah disiapkan butler, dan duduk di ujung meja seolah ia baru saja pindah dari sampul majalah. 

Erick duduk dengan postur sempurna, bahunya lurus, dagunya sedikit terangkat, sebuah baju zirah yang terbuat dari sikap dan harga diri.

“Selamat pagi, Tuan Erick!” sapa Aluna, menggunakan nada formal yang menjadi batas komunikasi mereka.

Erick melipat sedikit korannya, hanya agar ia bisa melihat Aluna sekilas. 

“Pagi, Aluna,” jawabnya, tanpa emosi. Ia tidak bertanya bagaimana tidurnya. Ia tidak bertanya tentang makanan dingin semalam. 

Di mata Erick, Aluna membaca kebekuan yang sempurna, seolah peristiwa dramatis itu hanyalah gangguan kecil yang cepat ia lupakan.

Aluna mengamati sarapannya yang sempurna, scrambled eggs yang dibuat chef pribadi, dan kopi hitam pekat. Semuanya sempurna, rapi, dan terstruktur. Sama seperti hidup Erick. 

Di meja itu, yang terdengar hanya bunyi denting halus sendok pada porselen dan suara halaman koran yang dibalik, sebuah simfoni kesunyian yang telah mereka mainkan selama tiga tahun.

‘Apa dia tidak pernah lelah memakai topeng itu,’ pikir Aluna getir. 

‘Topeng seorang pria yang membiarkan kebanggaan membunuh kebahagiaannya sendiri.’

Erick menyelesaikan sarapannya dengan presisi. Ia melipat koran. Ia tidak menatap Aluna. Ia hanya mengeluarkan desahan pelan, seolah melepaskan beban yang ia pikul di kantor, bukan beban yang ia pikul di rumah.

“Aku berangkat,” katanya, bangkit.

“Hati-hati,” balas Aluna.

Erick tersenyum sangat tipis dan bahkan tidak terlihat, lalu pergi tanpa menoleh sedikitpun. Langkahnya cepat dan tegas, sangat profesional. 

“Apa yang aku harapkan dari pernikahan ini?” Aluna sudah menahan perasaan hampa dan dingin suaminya, Erick selalu membentangkan dinding es yang sulit ia jangkau. 

Aluna menunggu hingga suara mobilnya hilang di kejauhan. Keputusan sudah bulat. Ia harus segera memulai proses pelepasan.

Aluna kembali ke kamar tamu. Ia tidak membuang waktu, meraih ponselnya dan menekan nomor telepon kantor hukum Aditama, firma hukum yang terkenal menangani perceraian dengan rapi dan senyap.

Ia mendengar nada sambung yang panjang, kemudian suara resepsionis yang ceria menyambutnya.

‘Selamat pagi, ini dengan kantor hukum Aditama. Ada yang bisa saya bantu?’

“Selamat pagi,” jawab Aluna, suaranya stabil dan tegas. 

“Saya Aluna. Saya ingin membuat janji untuk konsultasi gugatan perceraian. Secepat mungkin. Hari ini, jika memungkinkan.”

‘Tentu, nyonya. Boleh saya tahu nama lengkap anda, dan nama suami anda, untuk keperluan pengecekan jadwal pengacara?’

Aluna menarik nafas dalam-dalam, kembali lagi meyakinkan tekad yang sangat kuat. 

“Nama saya Aluna. Saya ingin mengajukan gugatan perceraian saya dari tuan Erick Wijaya.”

Ada keheningan sejenak dari seberang telepon. Nama Erick Wijaya membawa beban tersendiri.

‘Mohon tunggu sebentar, nyonya Aluna!’ kata resepsionis itu, suaranya kini terdengar lebih berhati-hati. Setelah beberapa saat, ia melanjutkan.

‘Kami bisa menjadwalkan anda dengan bapak Hendrawan, spesialis kasus keluarga kami, pukul empat sore ini. Apakah itu cocok?’

“Sangat cocok. Terima kasih.”

Aluna menutup sambungan telepon., kalimat itu diucapkan dengan lantang, memutus semua simpul rumit dari gengsi dan pengorbanan yang sia-sia. Lega. Itu adalah langkah pertamanya menuju kebebasan sejati.

Aluna tahu ia harus segera membereskan sisa-sisa dirinya di kamar utama, ruang yang selama ini ia hindari. Ia tidak ingin meninggalkan jejak apa pun yang bisa menunda atau mempersulit proses perpisahan.

Saat ia memasuki kamar utama, keindahan dinginnya langsung menyeruak. Kamar itu terasa seperti museum pribadi yang sangat mewah, tetapi sama sekali tidak terasa seperti rumah.

Aluna berjalan ke lemari pakaian Erick yang ukurannya masif. 

Dia membuka laci kecil yang selama ini ia hindari, tempat Erick biasa menyimpan barang-barang pribadi. 

Matanya terpaku pada sebuah kotak kecil dari kayu walnut yang terselip di balik tumpukan dasi sutra. Kotak itu tidak dikunci, hanya disembunyikan.

Rasa penasaran mengalahkan nalar. Aluna mengangkat kotak itu. Debu tipis menempel di permukaannya, bukti bahwa kotak itu juga telah lama dilupakan oleh Erick.

Ia membuka kotak itu. Di dalamnya, ia menemukan tiket konser yang sudah kadaluwarsa dan beberapa draf surat yang dicoret-coret. Dan yang paling menarik perhatiannya, sebuah buku seni edisi terbatas, bersampul kulit tebal. Buku yang ia kagumi di sebuah pameran seni tiga tahun lalu.

Aluna menarik buku itu. “Mengapa? Mengapa Erick membelinya setelah secara terbuka mencibir harganya?”

Lalu Aluna membuka buku itu. Di halaman pertama, sebuah kartu ucapan kecil terjepit. Kartu itu dingin, formal, dengan cetakan emas di tepiannya.

‘Untuk Aluna. Semoga kau menyukainya. – E.’

Hanya itu. Tanda tangan inisial.

Aluna merasakan tusukan di hatinya. Mengapa Erick memilih untuk mengubur hadiah ini, bukannya memberikannya?

Ia membalik kartu itu, dan di sana, ia menemukan jawabannya, tulisan tangan Erick yang lain, yang dicoret-coret dengan kasar menggunakan pensil, menunjukkan adanya pergulatan emosional yang hebat.

Kalimat itu terpotong, dan di bawahnya, ada coretan tinta hitam yang sangat tebal, seolah Erick marah pada kata-kata yang ia tulis sendiri, menolak perasaan itu, dan menyimpannya di peti mati kecil ini.

Gengsi. Ketakutan. Self-Sabotage.

Aluna menyadari bahwa suaminya tidak dingin karena ia tidak mencintainya. Suaminya dingin karena ia terlalu mencintainya dengan cara yang pengecut. 

Erick terlalu takut untuk menunjukkan kelemahannya, terlalu takut untuk menunjukkan bahwa ia juga merindukan hubungan mereka, sehingga ia memilih untuk menyiksa dirinya sendiri, dan Aluna, dengan kebekuan yang sempurna.

Rasa kasihan muncul, tetapi Aluna segera menolaknya. Kasihan tidak bisa menjadi fondasi pernikahan. Pengorbanan diri yang menyakitkan ini, yang hanya membuang-buang waktu dan hati mereka, adalah keangkuhan yang mematikan.

Segera Aluna menutup kotak itu. Penemuan ini tidak mengubah keputusannya, justru semakin menguatkannya. Ia tidak ingin menikah dengan pria yang memilih untuk mengubur cintanya di balik dinding keangkuhan.

Ia mengemasi barangnya yang tersisa. 

“Berpisah mungkin jalan terbaik untuk semua orang!” 

1
kalea rizuky
lanjut donk
erma _roviko: Siap👍
total 1 replies
kalea rizuky
Aluna pura2 bahagia g enak mending jujur trs cerai biar aja erik gila sebel q liat laki. gt
Soraya
hadiah pertama dari q lanjut thor
erma _roviko: siap😍😍
total 1 replies
Soraya
mampir thor
erma _roviko: Makasih kak😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!