Berbentuk rumah biasa namun memiliki banyak kamar, karena rumah ini memang untuk kamar kost khusus untuk wanita saja. entah itu mahasiswi atau wanita yang sudah selesai kuliah, harga yang murah membuat banyak yang antri di kost milik Pak Manto.
Namun di balik itu semua ada misteri, sebab satu persatu banyak anak kost yang menghilang entah kemana dan tidak bisa untuk di temukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Hanya kepala saja
"Apa?!" Bu Dewi terlihat begitu kaget setelah mendengar kabar dari Rena dan Diva.
"Kami tidak tau jelas nya itu siapa, tapi mungkin saja Gita yang baru pindah itu." jelas Rena.
"Anak baru memang kurang ajar, di kasih pesan bukan nya nurut tapi masih saja membangkang!" Bu Dewi terlihat begitu marah saat ini.
Rena dan Diva saja tidak paham kenapa Bu Dewi sampai semarah itu hanya karena Gita terkurung di kamar sebelah, padahal selama ini Bu Dewi tidak pernah terlihat marah atau memaki kepada siapa saja yang kebetulan membuat ulah di kost tersebut dan baru sekarang mereka menyadari bahwa Bu Dewi juga terlihat begitu garang.
Apa mungkin kalau Gita sudah melakukan sesuatu sehingga Bu Dewi marah seperti ini, Rena juga tidak paham namun dia menyadari kalau di tempat ini ada yang tidak beres dan dia merasa ada yang sudah di sembunyikan oleh Bu Dewi ini sehingga tidak boleh anak kost sembarangan saja melakukan sesuatu.
Kamar itu tidak pernah terlihat ada yang menghuni namun Bu Dewi bukan hanya mengatakan kepada Gita saja bahwa kamar itu ada penghuni, kepada anak yang lain pun Bu Dewi mengatakan kamar itu ada yang menunggu dan tidak boleh sembarangan masuk sana sehingga mereka selama ini abai begitu saja dan tidak pernah berusaha untuk masuk.
Gita penasaran karena selama ini dia selalu saja mendengar suara aneh dari kamar sebelah yang kosong itu, lalu sekarang malah terjebak di sana dengan berbagai macam hal aneh yang harus dia terima karena menunggu teman yang ingin menolong pun harus memakan waktu lumayan juga.
"Jadi bagaimana ini?" Diva melirik Rena yang masih terdiam bingung.
"Tunggu lah dulu, siapa tahu tadi Bu Dewi ke dalam untuk mengambil kunci dan membuka pintu kamar itu." Rena juga berbisik pelan karena takut di dengar oleh pemilik kost.
"Agak aneh ku rasa di sini, dia selalu mengatakan kalau kamar itu ada penghuni tapi sekarang ternyata kuncinya saja tidak ada di sana." bisik Diva kepada Rena.
"Aku sudah bilang dari dulu tapi kau tidak percaya dan mengatakan aku mudah parno karena dari kampung." sewot Rena.
"Ya kan selama ini tidak ada yang aneh dan baru sekarang muncul kejadian seperti ini." Diva tersenyum malu.
Rena hanya memutar bola mata malas dan kemudian mereka berdua mengikuti Bu Dewi yang sudah membawa kunci untuk membuka pintu kamar itu, terlihat jelas dari wajah Bu Dewi kalau wanita ini sedang emosi sehingga Rena dan Diva tidak berani untuk bertanya lebih jauh karena nanti justru akan di sembur oleh dia.
Sampai mereka kemudian di kamar yang selama ini selalu tertutup rapat dan kemudian Bu Dewi segera membuka pintu kamar tersebut, ada rasa berdebar di dalam hati Rena karena dia merasa sambaran angin yang tidak biasa ketika pintu kamar itu terbuka oleh Bu Dewi barusan ini.
"Mana dia?!" Bu Dewi segera menghidupkan lampu untuk mencari keberadaan Gita.
"Ya Allah!" Rena menjerit ketakutan ketika melihat keadaan Gita yang ada di atas ranjang.
"Bu, itu banyak sekali kaki seribu di tubuh Gita!" Diva juga berteriak ketakutan melihat Gita.
"Tolong aku." Gita sudah merintih karena merasakan sakit yang luar biasa pada gendang telinga.
Sroooooot.
Bu Dewi menyemprot dengan kaleng cairan yang berisi racun mematikan sehingga para serangga pasti akan ketakutan dan menjauh dari tubuh Gita, tapi yang paling membuat mereka merasa sedih adalah saat ini Gita sudah terlihat sangat lemas dan dia memang tidak sanggup menahan rasa sakit pada gendang telinga.
Mau tidak mau maka mereka saat ini juga harus segera melarikan Gita ke rumah sakit agar bisa di obati, sekalian untuk melihat apakah ada hewan yang mematikan di dalam telinga dia sehingga sampai saat ini darah masih mengalir deras dari dalam telinga kita yang tadi menjerit kesakitan itu.
...****************...
"Eeeegghhh!"
Rita melenguh dan memegang kepala yang terasa begitu sakit karena tadi di hantam oleh benda yang sangat keras, dia menyadari bahwa sekarang ada dalam ruangan yang sama sekali tidak dia kenal dan seluruh ruangan tertutup dengan plastik putih bening sehingga Rita tidak bisa melihat dengan jelas ke sana kemari apa yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Ruangan apa ini?!" Rita berusaha untuk bangun walau saat ini tubuh terasa begitu berat.
"Hah ini seperti ruang jagal yang ada di film!" pekik Rita ketika sudah menyaksikan seluruh tempat ini.
"Aku belum memotong tubuhmu jadi tidak usah berteriak dulu." seorang pria masuk menggunakan masker dan juga seluruh tubuh tertutup.
"Siapa kau?!" Rita ketakutan dan berusaha untuk lari karena dia takut melihat parang yang ada di tangan pria tersebut.
Tapi kaki dan tangan Rita sudah terikat erat sehingga dia tidak mungkin bisa lari dari ruangan jagal ini, bercak darah yang ada pada plastik putih dan juga beberapa bau amis membuat Rita sangat yakin bahwa mungkin saja anak-anak yang hilang itu dibunuh dalam ruangan ini.
Pria yang ada di hadapan dia jelas bukan Pak Manto karena perawakannya jauh lebih tinggi dan juga ini lebih kurus, tapi Rita memang tidak bisa melihat wajah pria itu karena dia menggunakan masker dengan tertutup rapat sehingga wajah itu tersembunyi dengan rapi.
"Siapa kau?" Rita ketakutan dan berusaha untuk kabur.
"Selama ini kau terus berusaha untuk mengingatkan teman agar jangan sampai ikut campur dalam urusan orang, tapi ternyata justru kau yang terlalu ikut campur!" pemuda itu menyeringai.
"Bajingan gila! kalian semua adalah pembunuh jahat." Rita berteriak keras karena dia paham maksud dari pemuda ini.
"Kau dengarkan aku sekarang, terlalu kepo dengan urusan orang itu juga tidak baik dan ujungnya kau harus mengalami nasib seperti ini." pemuda itu tersenyum menarik masker dari wajah sehingga terlihat bahwa dia memiliki wajah yang begitu tampan.
"Tidak, ini pasti mimpi." Rita ketakutan dan dia berusaha untuk menganggap ini semua hanya mimpi.
"Mimpi apa? kau mencari dia kan." pemuda tampan menunjuk kepala yang sudah ada di atas nampan stainless.
"Zizi?!" Rita mendelik ketika melihat di atas nampan itu sebuah kepala tanpa tubuh.
"Kalau kepala agak susah di giling jadi di biarkan begitu saja dan nanti bila sudah mood maka akan ku kubur!" pemuda itu kembali tersenyum.
Rita merasa seolah dunia ini runtuh begitu saja karena dia tidak menyangka ada manusia seperti ini yang tega membunuh manusia lain, sungguh dia tidak menyangka bahwa Zizi yang selama ini dia cari dengan susah payah ternyata telah di bunuh oleh pemuda ini dan hanya tinggal kepala saja.
Selamat pagi besti, jangan lupa like dan komen nya.
ini kalo mas Zidan lihat bisa bikin klepek-klepek