NovelToon NovelToon
Anjani Istri Yang Diremehkan

Anjani Istri Yang Diremehkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh
Popularitas:107k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Uang miliaran di rekening. Tanah luas. Tiga ratus pintu kontrakan.

Anjani punya segalanya—kecuali harga diri di mata suaminya dan keluarganya.

Hari ulang tahunnya dilupakan. Status WhatsApp menyakitkan menyambutnya: suaminya disuapi wanita lain. Dan adik iparnya dengan bangga menyebut perempuan itu "calon kakak ipar".

Cukup.

"Aku akan tunjukkan siapa aku sebenarnya. Bukan demi mereka. Tapi demi harga diriku sendiri."

Dan saat semua rahasia terbongkar, siapa yang akan menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8

Pagi itu, Anjani memulai harinya seperti biasa. Udara masih segar menyapa halaman kontrakan kecil yang ia huni. Meski sederhana, tempat itu tampak asri dan hidup. Di sudut-sudut halaman, pot-pot dari ember bekas dan kaleng cat berdiri rapi, penuh tanaman yang tumbuh subur. Tanaman-tanaman itu seolah tahu bahwa tangan Anjani adalah tangan yang penuh kasih, yang merawat bukan hanya karena hobi, tetapi karena cinta.

Tak ada yang tahu, di balik sosoknya yang bersahaja, Anjani sebetulnya sangat mampu membeli rumah mewah di kawasan elit mana pun. Namun, ia memilih hidup sederhana. Sebagian besar penghasilannya ia putarkan untuk mendukung UMKM, dan sebagian lagi diam-diam ia salurkan untuk membiayai beberapa panti asuhan. Tak satu pun pengurus panti itu tahu bahwa pemilik utamanya adalah perempuan yang kini sedang menyapu halaman kecil sambil bersenandung pelan.

Setelah menyiram tanaman dan merapikan dapur, Anjani duduk di teras. Secangkir teh hangat menghangatkan jemarinya. Ketika ketenangan hampir meninabobokan pikirannya, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor yang sudah akrab—Rina, sahabat lamanya semasa kuliah, kini bekerja sebagai asisten kepala Balai Penelitian Pertanian.

Tak lama, ponselnya berdering.

“Halo, Rin?” sapa Anjani ringan.

“Jan, aku ganggu sebentar ya. Ini penting,” suara Rina terdengar cepat, penuh semangat.

“Kenapa? Tumben kamu kayak dikejar proposal,” Anjani tertawa kecil, menyesap teh sambil bersandar di kursi rotan.

“Siang ini jam satu, Pak Guntur dan tim mau ke tempatmu.”

Anjani langsung menegakkan tubuh. “Pak Guntur dari Balitbangtan itu?”

“Iya, benar. Mereka serius, Jan. Tertarik banget sama formula bibit organik yang pernah kamu kirim itu.”

“Hah? Tapi itu aku kirim cuma iseng, Rin. Waktu webinar itu aja, aku bales emailnya sambil goreng tempe, loh.”

“Nah, justru itu. Mereka terkesan. Katanya formulamu punya potensi besar. Jadi, mereka mau diskusi langsung. Gak usah khawatir, bukan mau wawancara kerja. Cuma ngobrol dan pengin kamu jelasin lebih rinci soal prosesnya.”

Anjani terdiam sejenak. Ia nyaris lupa bahwa beberapa bulan lalu, saat mengikuti seminar daring, ia sempat mengirimkan hasil uji coba formulasi pupuk organik berbahan limbah rumah tangga. Sebuah eksperimen kecil dari dapur sempitnya sendiri.

“Tapi tempatku ini, Rin... rumah kontrakan biasa. Gak enak nerima tamu penting.”

“Gak penting itu, Jan. Yang mereka cari itu kamu dan idemu. Siapin aja bahan seadanya. Siapa tahu mereka malah nawarin kerja sama. Atau royalti.”

Obrolan pun berakhir, tapi detak jantung Anjani justru mulai cepat. Ia bersih-bersih rumah seadanya. Meja dilap, kursi dirapikan, dan seteko air putih serta beberapa gelas disiapkan. Tidak ada penganan istimewa, hanya kesungguhan yang ia hidangkan.

Pukul satu tepat, mobil plat merah berhenti di depan kontrakan. Seorang pria paruh baya turun, mengenakan batik rapi dan senyum hangat. Di belakangnya, dua staf muda ikut melangkah. Mereka memperkenalkan diri sebagai Guntur dan tim dari Balitbangtan.

Langsung pada tujuan, Guntur membuka pembicaraan dengan tenang.

“Bu Anjani, kami telah mempelajari formulasi yang Ibu kirim. Kami sangat terkesan. Ini punya potensi besar, terutama untuk para petani kecil. Kami tidak menawarkan pekerjaan tetap, tapi kolaborasi. Kami ingin menjadikan Ibu sebagai tenaga ahli lepas untuk mengembangkan formula ini.”

Anjani menelan ludah. Ia nyaris tak percaya dengan apa yang ia dengar.

“Ibu tak perlu tinggalkan rutinitas Ibu. Kami hanya minta Ibu menyempurnakan formula ini. Kalau nanti dipatenkan dan diproduksi massal, Ibu akan menerima royalti sebagai pemilik hak intelektualnya,” lanjut Guntur mantap.

Pertemuan itu tidak berlangsung lama. Tapi dampaknya... luar biasa. Setelah tamu-tamu itu pulang, Anjani duduk sendirian di ruang tamu kecilnya. Wajahnya tenang, namun matanya berkaca-kaca.

Bukan karena bangga. Tapi karena lega.

Di saat suaminya dan keluarga mertua memandangnya sebelah mata, dunia luar justru melihat nilainya. Mungkin, semesta memang tahu kapan waktunya seseorang yang tersembunyi mulai bersinar.

.....

Siang itu, Mirna duduk di ruang makan sambil mencoret-coret daftar belanja di tangannya. Matanya tajam memindai setiap item, lalu mencoret harga satu per satu. Beras, misalnya, yang semula kualitas super seharga 800 ribu, kini ia ganti dengan yang paling murah: 300 ribu per karung.

“Pantas saja dia boros. Segala beras organik, gaya-gayaan doang. Sama-sama beras, sama-sama putih, sama-sama dimakan,” gumam Mirna sambil mencibir.

Ia lanjut mencoret sabun mandi dan sabun cuci. Produk organik yang dulu dipakai Anjani diganti dengan merek biasa yang harganya jauh lebih murah.

“Sabun aja pilih-pilih, katanya aman buat kulit. Sok-sokan banget. Hidup itu yang penting hemat, bukan gaya.”

Tangannya kembali sibuk mengubah daftar. Ia menghitung cepat penghematannya—sekitar satu setengah juta rupiah.

“Lumayan. Bisa buat beli dua dus mi instan, empat kilo telur, dan sayur seadanya. Yang penting perut kenyang, nggak usah sok sehat!”

Mirna menghela napas panjang. Ada kegetiran di nada suaranya. “Anakku manajer, gaji 16 juta, tapi nanti makannya cuma nasi, mi, dan telur. Ironis.”

Sejenak, pikirannya melayang. Dulu, saat Anjani yang mengelola uang rumah tangga, semuanya terasa cukup meski hanya tiga juta per bulan. Makanan sehat, dapur selalu ada stok, dan anak-anak tak pernah mengeluh kekurangan.

Mirna menggelengkan kepala, hampir saja kagum.

“Ah, tidak. Dia cuma perempuan kampungan. Nggak mungkin dia lebih pandai dari aku.”

“Ceklek.” Suara pintu terbuka. Nina dan Nani masuk dengan tas kuliah masih menggantung di pundak.

“Bu, minta uang 200 ribu buat tugas kampus,” kata Nina.

Mirna menatap mereka tajam. “Tugas apa sampai butuh 200 ribu?”

“Itu buat berdua, Bu. Kita biasanya minta ke Kak Anjani. Tapi kan sekarang uangnya dipegang Ibu,” jelas Nani.

“Enggak ada!” potong Mirna cepat. “Buat makan aja Ibu udah ngirit-ngirit. Gak nyisa sedikit pun!”

Nani menggerutu, kecewa. “Waktu Kak Anjani pegang uang, kita gak pernah kekurangan…”

"Daripada kalian terus memuji wanita kampungan itu, lebih baik kalian cuci baju sendiri! Lihat tuh—sudah numpuk kayak gunung. Heran, anak perawan joroknya minta ampun!" semprot Mirna, suaranya meninggi sambil menunjuk ke tumpukan pakaian kotor di pojok rumah.

“Ih, Ibu… masa kita balik ke zaman jahiliyah lagi?” sahut Nina, setengah bercanda.

“Kalau bukan kalian, terus siapa yang mau nyuci?” tanya Mirna ketus.

“Ya... Ibu dong,” jawab Nina polos.

Mata Mirna langsung melotot tajam, membuat Nina dan Nani refleks mundur beberapa langkah. Tanpa perlu komando, mereka segera masuk ke kamar.

“Baru tiga hari Kak Anjani nggak ada, hidup rasanya rempong banget,” keluh Nani sambil menjatuhkan diri ke kasur.

“Iya... mana uang jajan gak ada lagi. Nongkrong di kafe juga mimpi,” sahut Nina sambil membuka ponselnya.

“Nin, gimana kalau kita terima tawaran Joni aja?” bisik Nani hati-hati.

Nina menoleh cepat. “Gila kamu! Masa kita mau jadi ayam kampus?!”

“Terus gimana? Kamu tahu sendiri kan Ibu pelitnya kayak apa. Waktu kita SMA aja kita cuma dikasih uang 15 ribu per hari,” ujar Nani frustrasi.

“Kita sabar aja. Sebentar lagi Bang Riki nikah sama Mbak Lusi. Aku yakin deh Mbak Lusi lebih loyal. Kemarin aja kita dikasih uang 200 ribu,” kata Nina, mencoba menenangkan diri.

“Nina! Naniiii!” Teriakan Mirna membuyarkan percakapan mereka. “Ngobrol aja kerjaannya! Cepat cuci baju kalian sebelum Ibu bakar itu semua!”

“Duh, Ibu balik lagi jadi mak lampir,” gerutu Nina pelan.

Dengan malas, mereka keluar kamar, membawa ember dan baju kotor ke kamar mandi. Sementara itu, Mirna masuk dapur, mulai menyiapkan makan malam dengan wajah kesal yang belum juga reda.

1
Scorpio🔪🔪🔪
yaelah,Diko itu pasti ada niat terselubung juga ke Anjani, sengaja mau bikin Anjani jauh dari pak Jamal biar lebih mudah jalankan rencana san Anjani ngga ada lindungi.
Soraya
Firman ada ada aja
Soraya
si Riki berhalu ria
Soraya
senjata makan tuan namanya
Lesmana
laah ambil kunci mtr , tp ngendarain mbl ?? gimana bisa ?? /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ma Em
Mungkin yg mau dijodohkan sama Wulan adalah Firman anak nya tuan Piter.
Ninik
seru Thor padahal firman itu ya Steven kan Thor keren
yumi chan
untung thor wuln gk jd main drma sama riski..jd amn..kn firman anknya piter..jd sru nanti permaianan mereka...thor mdh2an raka tau siapa musuh dia yg sbnrnya jngn trus2san nudh anjni sja pdhl musuhnya kluarganya sndri
Lesmana
wuaduh.. setan & iblis bersatu dah.. riki jd sodaraan ama viona , bisa jadi iparan sama raka juga /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ninik
kok aku justru curiga ya kalau sebetulnya firman itu ya Steven yg mau dijodohin sama Wulan iya g sih thor
Elizabeth Zulfa
kok bs kbtulan gitu dijdohin brengan mreka... dan juga jngn2 si firman tuh cucunya si Piter zg bkal dijfhin ma wulan ya
Elizabeth Zulfa
pantesan toxic cemua trnyata masih 1 keturunan 😏😏
Elizabeth Zulfa
Bram ini bokap kandungnya riki kn ya... tpi dia kn juga bokapnya viona... brrti mreka sodara seayah beda ibu dong
Liana CyNx Lutfi
Jodoh memang kalian berdua
Uthie
Hahaa... bakalan jadi pasangan kocak itu.. tapi kaya Tom dan Jerry 😂
Tapi.. kayanya bakalan lucu kalau si Firman yg dan bucin duluan nantinya 😂😂👍
Uthie
Wahhhh... si Riki saudaraan sama si Viona 😏
Liana CyNx Lutfi
wowwwww viona adeknya riki,masih dlm 1 lingkaran
Uthie
halu aja terus sampai cape 😜
Liana CyNx Lutfi
Jngn smpai rizky mau jd calon suami boonganya wulan thoor tmbh kacau nanti keluarganya wulan itu keluarga toxic ,lusi kyk bonglon aza'blom dpt karma aza'....Riki mimpi disiang bolong pingn balikan sama anjani haahahaha
Liana CyNx Lutfi
Raka aneh mlah mau blas dendam ke anjani
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!