Shenina Jean atau yang akrab disapa Nina adalah seorang wanita karir sekaligus istri dari lelaki bernama Argan Dio. mereka merupakan sepasang kekasih yang menikah atas dasar saling mencintai.
karena tak kunjung mendapatkan keturunan, Shenina memutuskan untuk meninggalkan dunia kerja dan melepaskan jabatan bersama mimpi-mimpinya. Agar bisa lebih fokus pada program kehamilan yang tengah ia jalani.
Namun setelah semua usaha yang ia lakukan, ternyata Shenina mendapati suami yang sangat dicintainya justru menjalin hubungan gelap dengan wanita lain merupakan orang terdekatnya.
Kenyataan pahit atas pengkhianatan tersebut membuatnya hancur berkeping-keping. hingga ia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin. menghilang tanpa jejak, merombak dirinya secara keseluruhan lalu kembali dengan kehidupan dan identitas yang benar-benar baru.
Bagaimana kisah kelanjutannya....? apakah Shenina akan balas dendam ? Atau justru memulai cinta yang baru ? Nantikan kisahnya ya……..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketika Cinta Berakhir
Setelah bangun Nina melihat orang-orang sudah berkumpul di sekelilingnya. Ada ayah dan juga ibunya yang terlihat khawatir, begitu juga dengan Shendra.
Mereka sangat lega karena kini Nina sudah sadar.
“Nina….,syukurlah kamu sudah bangun Nak” ucap wanita paruh baya yang nampak prihatin dengan keadaan Nina.
“Anakku bu, bagaimana dengan anakku ??” Tanya Nina mulai menangis mengingat apa yang telah terjadi padanya.
Buah hati yang di nantikan sekian lama, terpaksa harus dia ikhlaskan dengan penuh air mata.
Sementara keluarganya tidak bisa berbuat apa-apa selain turut berduka. Mereka sendiri juga sudah berupaya semaksimal mungkin, namun takdir berkata lain.
Mau tidak mau itulah kenyataan yang harus Nina terima. Dia pikir dengan menahan semuanya akan membuat dirinya baik-baik saja, tapi ternyata Nina salah.
Beban yang dipikulnya terlalu besar, hingga membuat Nina berakhir dengan kehilangan janin yang ada dalam kandungannya.
Hal itu seketika membuat Nina teringat kembali dengan dua orang yang telah tega memainkan sandiwara di belakangnya.
Dia ingin marah tapi ia sadar kemarahan hanya akan memperkeruh keadaan. Meski hatinya terus berontak ingin melampiaskan kekesalan yang ada.
Nina melihat orang di sekelilingnya dengan tatapan yang sama.
Ya, mereka semua pasti sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kemana perginya Dio di saat istrinya sedang dalam kondisi seperti ini.
Ayah dan ibunya pasti bertanya-tanya namun enggan mengungkapkan karena takut menyinggung perasaan Nina.
Mereka lebih memilih diam dan menunggu sampai Nina sendiri yang memutuskan untuk bicara.
Begitu juga dengan Shendra, lelaki itu hanya mengikuti nasihat kedua orangtuanya untuk tidak bicara apapun sebelum Nina benar-benar siap.
“Bu, rasanya aku ingin mati saja” ucap Nina dengan tatapan kosong.
“Apa yang kamu bicarakan Nak, tolong buang jauh-jauh pikiran seperti itu ??”
“Tapi aku sudah tidak kuat lagi Bu”
Wanita paruh baya itu mulai kembali terisak memeluk putrinya. Ia membayangkan betapa malangnya nasib seorang anak perempuan yang sudah ia besarkan seperti anak kandungnya sendiri.
Sebelum bertemu dengannya, Nina hanyalah seorang anak sebatang kara yang bahkan tidak ingat siapa namanya.
Sekarang ia tidak punya siapapun kecuali keluarga Shendra.
“Nak, ibu tidak akan memaksa jika kamu belum mau bicara, tapi ibu mohon jangan pernah berpikir untuk meninggalkan ayah dan ibumu”
Wanita paruh baya itu menepuk lembut punggung putrinya. Ia tahu betapa rapuhnya perasaan Nina saat ini.
“Maafkan aku bu, sekali lagi maafkan aku” ucap Nina lirih dalam pelukan ibunya.
“Kami semua sangat menyayangimu Nak” ucap sang ayah menimpali.
Hari itu Nina tetap memilih untuk bungkam dan memendam semuanya sendirian. Dia perlu waktu untuk bisa mengatakan kebenarannya.
Saat itu Nina hanya mengatakan secara garis besar bahwa dia dan suaminya sudah tidak saling mencintai.
Nina juga mengutarakan keinginannya untuk segera bercerai dengan suaminya. Semua ia lakukan demi kebaikan bersama.
Nina memohon pada keluarganya untuk tidak menghakimi siapapun yang terlibat di dalamnya.
Dia tidak ingin keluarganya merasakan kesedihan dan mengasihaninya lebih jauh lagi.
Cukup dia yang menderita, karena bagaimanapun juga semua ini adalah jalan yang sudah ia pilih.
Nina berusaha kuat dan tegar di hadapan orang yang sudah susah payah membesarkannya.
Mendengar ucapan itu kedua orang tuanya hanya bisa mendukung keputusan anaknya. Meski sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang ingin mereka tanyakan pada Nina.
Karena sesungguhnya tidak ada orangtua yang baik-baik saja ketika melihat anaknya menderita.
Begitu juga dengan Shendra. Mereka semua tahu persis bahwa Nina bukanlah orang yang impulsif dalam mengambil keputusan. Ia tidak akan gegabah dalam bicara ataupun bertindak.
Kedua orangtuanya mendidiknya dengan sangat baik, sehingga ia tumbuh menjadi wanita yang stabil dalam segala hal.
Jika Nina sudah mengambil keputusan, itu artinya dia sudah memikirkan semuanya dengan matang. Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Namun tetap saja kali ini mereka mencemaskan keadaan Nina. Pasalnya Nina terlihat sangat tenang untuk wanita yang barusaja mengatakan ingin mati di hadapan keluarganya.
Hal itu membuat Shendra semakin curiga. Dia tahu adiknya sedang tidak baik-baik saja, wanita itu hanya pura-pura tegar untuk menutupi kehancurannya.
Hari itu juga Nina memutuskan untuk menghubungi Dio. Ia tetap bersikeras meyakinkan Shendra meski kakaknya itu sudah melarangnya.
Shendra khawatir jika hal buruk terjadi lagi pada adiknya. Namun Nina berjanji semua akan baik-baik saja, justru sebaliknya Nina yang paling takut kalau kakaknya akan hilang kendali ketika bertemu dengan Dio.
Saat menerima kabar dari Nina, Dio ingin segera datang menemuinya, namun Yuri yang ada disampingnya tiba-tiba pusing dan mual.
Wanita itu memakai berbagai macam alasan agar Dio tidak menemui istrinya.
Melihat Dio yang tak kunjung datang membuat Shendra semakin geram. Kini lelaki itu sendiri yang berinisiatif menelepon Dio.
“Cepat kau kesini atau aku yang kesana !!” Ucap Shendra dengan satu tarikan nafas kemudian ia menutup teleponnya.
Satu kalimat dari Shendra itu sudah membuat nyali Dio menciut. Lelaki itu bergegas pergi meninggalkan Yuri yang dari tadi berusaha menahannya.
Sesampainya di rumah sakit lelaki itu langsung menuju ruangan dimana Nina dirawat.
Semakin dekat langkahnya semakin lambat, Dio melihat banyak sekali pengawal yang berjaga di area tersebut termasuk ada sekretaris Ken yang ikut di antaranya.
Saat memasuki ruangan ternyata di dalam juga ada kedua orangtua Nina dan juga Shendra.
Dio langsung memberi salam pada ayah dan ibu mertuanya. Namun lelaki itu sama sekali tidak berani menatap mata Shendra yang sedari tadi terlihat sangat ingin menerkamnya.
“Apa yang terjadi sayang ? Kenapa tiba-tiba dirumah sakit ? Kenapa tidak mengabariku lebih dulu ??” Tanya Dio yang keheranan, karena memang dirinya tidak tahu menahu sejak awal istrinya masuk rumah sakit.
Lelaki itu memeluk Nina dan mengecek kondisi tubuhnya. Sementara Nina masih tak bergeming sedikitpun.
Wanita itu masih berusaha menata hatinya untuk berhadapan dengan Dio, sejujurnya Nina sudah tidak ingin lagi bertemu atau sekedar melihat wajah suaminya.
“Bisa tinggalkan kami berdua sebentar?, aku ingin bicara dengan Dio” ucap Nina yang akhirnya buka suara.
Shendra terlihat sangat cemas, lelaki itu enggan pergi dari ruangan tapi sorot mata Nina meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.
Suasana kembali hening, kini di ruangan itu hanya tersisa Nina dan suaminya.
“Nina, apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana keadaan anak kita ??” Tanya Dio sembari menyentuh perut istrinya.
Sementara Nina hanya terdiam menatap Dio, perlahan air matanya berlinang tanpa berucap sepatah katapun.
Mulutnya masih membisu, dia bingung harus memulai dari mana. Karena setiap kata yang keluar dari mulutnya akan terasa sangat menyakitkan baginya. Tapi disisi lain Nina ingin segera mengakhirinya.
“Sayang ada apa sebenarnya ??” Ucap Dio mengusap air mata istrinya.
“Mari kita berpisah saja mas, aku sudah tidak tahan dengan semuanya” ucap Nina langsung pada intinya.
“Apa maksudmu sayang ??”
“Berhenti bersandiwara mas, berhenti !!!”
“Nina aku minta maaf, aku benar-benar menyesal atas perbuatanku” ucap Dio yang mulai menyadari kesalahannya.
“Cukup mas, aku sudah memaafkanmu, aku juga sudah merelakanmu, dan aku sudah membuang jauh-jauh perasaanku padamu”
“Nina jangan seperti ini Nina kumohon beri aku satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya”
“Tidak ada yang bisa diperbaiki mas, aku sudah hancur berkeping-keping. Terimakasih karena pernah menjadi bagian dalam hidupku, terimakasih karena pernah mencintaiku, dan terimakasih sudah memberiku kesempatan mengandung malaikat kecil dalam rahimku”
“Tidak Nina jangan bicara seperti itu, kau berhak marah dan menuntutku. Tapi kumohon maafkan aku atas kekhilafanku, kita bisa memulai semuanya lagi dari awal”
“Semua sudah berakhir mas, kini kau bebas melakukan apapun bersama Yuri”
“Maafkan aku karena belum bisa menjadi istri yang baik, aku akan mendoakan yang terbaik untukmu. Dan jangan pernah sia-siakan wanita yang kini mencintaimu. Kuharap kita jangan pernah bertemu lagi !!”
Mendengar kalimat itu Dio benar-benar merasa bersalah, selama ini ia menutup mata dan dibutakan oleh Yuri.
Dio tidak pernah menyangka Nina akan bersikap seperti itu, padahal Nina sudah mengetahui semuanya tapi wanita itu tetap merendah di hadapan suaminya.
Tidak ada satupun kata kasar yang keluar dari mulutnya. Namun kalimat yang lembut itu justru mencabik-cabik perasaan Dio seolah lelaki itu seperti ditampar oleh kemunafikannya sendiri.
Kini lelaki itu tidak bisa membendung air matanya, ia bersimpuh dihadapan istrinya berharap semua bisa kembali seperti semula.
Nina bahkan memeluknya untuk yang terakhir kali, sebelum para pengawal membawa Dio keluar.
Shendra segera masuk menghampiri Nina, wanita itu menangis sejadi-jadinya dalam pelukan kakaknya.
Airmatanya terus mengalir tanpa henti, cintanya sudah berakhir sementara lukanya kekal abadi.
semoga shendra cepet tau penyebab Nina pisah dengan Dio, biar tau rasa si Dio dan Yuri..