Ratu Maharani, gadis 17 tahun yang terkenal bandel di sekolahnya, dengan keempat sahabatnya menghabiskan waktu bolos sekolah dengan bermain "Truth or Dare" di sebuah kafe. Saat giliran Ratu, ia memilih Dare sebuah ide jahil muncul dari salah satu sahabatnya membuat Ratu mau tidak mau harus melakukan tantangan tersebut.
Mau tahu kisah Ratu selanjutnya? langsung baca aja ya kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Makan malam
Malam harinya, di mansion mewah keluarga Alatas, suasana terasa tenang namun penuh energi yang tersembunyi. Lampu kristal menggantung megah di ruang utama, memancarkan cahaya hangat yang menerangi setiap sudut ruangan dengan elegan.
Di salah satu kamar utama, Ratu sedang bersiap-siap untuk menemani sang Daddy makan malam bersama teman lamanya.
Ratu berdiri di depan cermin besar, mengenakan dress hitam dengan potongan sederhana namun elegan yang memeluk tubuhnya dengan pas. Warna gelap dress itu sangat kontras dengan kulit putih mulusnya, menambah kesan anggun sekaligus memikat.
Rambut hitam legamnya tergerai rapi, menambah aura kuat yang terpancar dari dirinya. Matanya yang tajam menatap bayangan dirinya sendiri, menyiratkan tekad dan keberanian yang tak mudah terlihat dari luar.
Dengan satu tarikan napas dalam, Ratu meluruskan bahunya dan melangkah keluar kamar, siap menyambut malam yang penuh tantangan dengan sikap bar-bar namun tetap anggun yang menjadi ciri khasnya.
Ratu melangkah keluar dari kamarnya dengan langkah pasti. Di lorong mansion yang luas, maid-maid yang berlalu lalang memberi jalan dengan hormat, menyadari aura kuat yang mengelilingi Nona muda mereka.
Meski penampilannya anggun, ada sesuatu dalam tatapan dan sikapnya yang membuat orang tak berani mengganggunya.
Di ruang utama, Daddy Anggara sudah menunggu dengan setelan jas hitam yang rapi. Ia menatap Ratu dengan senyum hangat, lalu mengulurkan tangannya.
“Kau siap, sayang?” tanya Daddy Anggara dengan senyum hangatnya.
Ratu menyambut tangan Sang Daddy dengan genggaman kuat. “Selalu siap, Dad. Malam ini kita tunjukkan siapa yang pegang kendali.” ujar Ratu dengan senyum liciknya.
"Daddy tidak berniat menjodohkan aku sama anak temannya Daddy, kan?" tebak Ratu.
"Kita lihat saja nanti," jawabnya dengan lirikan penuh maksud.
"Baiklah," pasrah Ratu dengan memanyunkan bibirnya.
"Sudah jangan cemberut begitu, nanti cantiknya hilang lhoh," goda Daddy Anggara, lalu menyentil gemas hidung mancung putri cantiknya.
"Aw, sakit Dad," keluh Ratu kesal.
"Alah ... lebai bangat gitu aja sakit," ujar Daddy Anggara.
Ratu hanya mencibir kesal, lalu keduanya berjalan bersama menuju mobil mewah yang sudah menunggu di halaman.
Sesampainya di restoran mewah itu, Ratu melangkah keluar dari mobil dengan sikap percaya diri yang sulit diabaikan. Gaun hitamnya yang sederhana namun elegan berkilau di bawah cahaya lampu jalan.
Daddy Anggara membuka pintu untuknya, lalu berjalan berdampingan masuk ke dalam restoran. Suasana mewah dan tenang langsung menyambut mereka, dengan meja-meja yang tertata rapi dan pencahayaan lembut yang menciptakan atmosfer eksklusif.
Beberapa tamu dan staf restoran tak bisa menahan pandangan mereka pada Ratu, wajah cantiknya dengan tatapan tajam dan sikap bar-bar yang tersembunyi di balik pesona anggunnya membuatnya menjadi pusat perhatian tanpa harus berusaha.
Daddy Anggara menepuk bahu Ratu ringan. “Daddy harap malam ini kau bisa bersikap anggun, kurangi sikap bar-barmu itu," peringat Dady Anggara tegas.
Ratu menoleh, senyum tipis menghiasi bibirnya. “Siap. Mari kita mulai.”
Daddy Anggara tersenyum hangat melihat sikap Ratu yang penuh percaya diri.
Tiba-tiba Ratu menatapnya dengan mata tajam dan berkata, “Dad, masuklah duluan, ya! Ratu mau ke toilet dulu sebentar," ujar ratu.
Daddy Anggara menatap sejenak, lalu mengangguk. “Baiklah, tapi hati-hati, ya,"
Ratu mengangkat bahu santai,“ tenang saja Dad, Ratu bisa jaga diri,"
Dengan langkah mantap, Ratu berbalik dan melangkah ke arah toilet sedangkan Daddy Anggara masuk ke dalam restoran.
Ratu melangkah mantap memasuki lorong yang sedikit lebih redup menuju toilet. Namun, tanpa sengaja, karena buru-buru ia menabrak seseorang, seorang pemuda yang sedang berjalan pelan habis dari toilet.
Tubuh Ratu terhuyung ke belakang, namun, sebelum tubuhnya menyentuh lantai dengan sigap, pemuda itu menangkapnya dengan lembut masuk dalam pelukannya. Napasnya tertahan sejenak, wajahnya menatap Ratu dengan sorot mata terkejut dan sedikit kikuk.
Ratu, yang sempat memejamkan matanya membukanya perlahan pandangannyan tertuju langsung ke wajah pemuda yang baru saja ia tabrak, dan sedetik kemudian matanya kembali melebar ia baru menyadari siapa pemuda itu, memicingkan mata dan jantungnya berdegup lebih kencang. “Kau?” ujar Ratu pelan, suara penuh campur aduk antara terkejut dan sedikit kesal.
Pemuda itu menatapnya, seakan berusaha mengingat, kemudian wajahnya berubah samar oleh ingatan momen di cafe saat Ratu mendadak menghalangi langkahnya lalu momen manis terjadi dan berakhir pahit itu, tiba-tiba muncul dalam benaknya.
“Kau?” gumamnya pelan, masih dalam pelukannya, “Kau kan gadis ... ah! aku tidak menyangka kita bertemu lagi dengan adegan seperti ini.” ujarnya dengan senyum menggoda.
Suasana di lorong itu mendadak terasa berbeda antara ketegangan, kekaguman yang tak disangka, dan kehangatan yang tumbuh perlahan di antara mereka.
Ratu gegas melepaskan diri perlahan, menatap matanya tajam namun hatinya bergetar. “Gue, gue minta maaf, tapi tak sepenuhnya salah gue juga, itu karena lo dah lancang sama gue," ujar Ratu meminta maaf tapi juga tak mau sepenuhnya di salahkan.
Pemuda itu tersenyum, suaranya hangat, “Ya, tidak masalah aku mengerti dan aku juga salah sudah lancang saat itu, tapi aku tak bermaksud aku hanya reflek, jadi maafkan aku juga ya Nona cantik.
"Panggil gue Ratu," potong Ratu cepat.
"Nama yang cantik secantik orangnya, Ratu, aku Nathan," ujarnya juga memperkenalkan dirinya.
"Hm, kalau gitu, gue permisi ya," ujar ratu langsung pergi meninggalkan Nathan yang masih mematung menatap punggung ratu yang mulai menjauh.
"Huff, malu Banget gue, kenapa bisa ketemu lagi sama tuh cowok sih!" Gumam ratu pelan sambil terus berjalan ke toilet.
Setelah beberapa menit Ratu kembali keluar dan geges menemui sang Daddy.
Ratu masuk ruangan VVIP itu dengan gaya anggunnya.
"Malam semua, sudah membuat kalian menunggu," ujar Ratu dengan suara lembut. Membuat Daddy Anggara mengerutkan dahinya lalu tersenyum kecil menyambut sang putri semata wayangnya.
"Wah, ternya putrimu tak Hannya cantik ya, Anggara? Tapi juga sangat anggun dan sopan," puji seorang pria paruh baya yang seumuran dengan Daddy Anggara.
"Ia, dia memang sangat anggun. Siapa namamu sayang?" timpal wanita paru baya yang duduk di samping pria tersebut.
"Saya Ratu Maharani Tan, Om," jawab ratu ramah.
"Nama yang sangat bagus," lanjut wanita paruh baya itu.
Daddy Anggara tersenyum hangat pada sang putri lalu menariknya pelan untuk duduk di sampingnya.
"Sayang, ini teman Daddy namanya Om Bramantyo dan itu istrinya namanya Isyana," ucap Daddy Anggara memperkenalkan temannya.
Ratu mengangguk pelan, "Salam kenal Om Bram, Tante Isyana," ujar ratu tersenyum manis.
Keduanya gegas membalas dengan senyuman hangatnya pada Ratu.
"Oh ya, dimana Putra kalian? Apa dia tidak ikut?" tanya Daddy Anggara.
Tiba-tiba, suara seorang pemuda terdengar dari pintu masuk.
“Maaf, saya terlambat,” ucapnya saat melangkah masuk.
Semua mata langsung menoleh ke arah suara itu. Ratu menoleh perlahan, dan seketika ekspresi wajahnya berubah matanya membelalak tak percaya.