Zandra Van Houten ( Cahaya Untuk Zayd )

"Kali aja Ca, itu pan informasi yang pastinya ga gampang. Laki lu juga, nyarinya pasti ngabisin waktu. Itu skill loh, kita ga bisa anggap enteng jasa orang." ucap Jane, Cahaya tersenyum. Ia memegang pundak Jane, menatap lembut gadis di depannya.

"Kita emang ga pernah ngobrol, ketemu juga cuma say hay. Tapi gue tau, kalo lu itu orang baik Jane. Lu cuma introvert, selalu jaga jarak ma orang-orang. Gue juga ga bisa paksa lu, buat kumpul bareng ma kita. Karena lu pasti punya privasi, atau emang suka sendiri. Jadi....

DEG

Tiba-tiba tubuh Cahaya terdiam, ia berdiri menatap kosong seperti patung. Membuat Jane dan sahabat-sahabat Cahaya terkejut,

"Ca... Cahaya... wooyyy lah, ngapa lu?" Jane mengguncang lengan Cahaya, menyadarkan gadis itu. Ketiga sahabatnya saling tatap, sudah di pastikan ada yang tak beres.

"Ajak Cahaya duduk dulu, kita ga bisa ganggu dia. Kalo udah kaya gini, tunggu aja. Ntar juga sadar sendiri.." ucap Ansika

"Maksud lo, Cahaya sering kek gini?" tanya Jane, seraya membantu Cahaya duduk di sebelahnya. Ansika dan Grisha mengangguk, membuat Jane berubah cemas.

"Bang Zayd, bisa ke kampus?" tanya Ezra, rupanya ia sedang melakukan panggilan

'Cahaya melihat sesuatu lagi?' Ezra mengangguk

"Ehh... maksudnya iya bang, Cahaya masih diem aja ini. Belum mau ngomong, di ajak balik juga ga jawab." jawab Ezra

'Tolong jaga Cahaya, abang ke sana sekarang.'

"Oke bang" panggilan pun selesai

"Bentar lagi bang Zayd ke sini, kita tunggu aja." Jane hanya diam menyimak, karena ia sendiri bingung. Karena memegangnya, Cahaya jadi seperti ini.

"Jane... gue rasa... lu dalam bahaya..." ucap Ansika, Jane langsung menatapnya

"Lu ngomong apaan sih? Jangan bikin orang parno deh" ucap Jane, Ansika dan Grisha saling tatap. Melihat ekspresi wajah kedua gadis di depannya, membuat Jane paham. Bila apa yang di ucapkan oleh Ansika, bukanlah gurauan.

"Gue yakin, ini ada hubungannya sama kondisi Cahaya sekarang kan?" tanya Jane, ketiganya mengangguk

"Lu percaya atau ga, Cahaya bakal kaya gini. Kalo dia liat suatu insiden di masa depan, yang bakal terjadi sama orang yang di pegangnya." jawab Grisha

"Itu artinya, bakal terjadi sesuatu ma gue." ketiganya mengangguk kembali

"Kalo tebakan gue ga meleset, ini pasti ada hubungannya sama si Susan atau keluarganya. Karena yang bermasalah ma lu, ya.. cuma dia buat saat ini." ucap Ansika, Jane mengangguk

"Coba lu hubungi keluarga lu deh, bokap atau abang lo" saran Ezra

"Lo juga dari keluarga berada, ada di sana... ada di sini. Dimana-mana ada...

PLAK

"Sakit woy..." Ansika mengusap pundaknya, yang di pukul Grisha

"Serius An" tegur Grisha

"Et dahh... serius gue juga, belum beres tadi. Maksud gue, lu bukan dari keluarga menengah ke bawah. Ga mungkin kan, kalo bonyok lu ga punya pengawal. Kalo bisa bawa mereka juga, buat jaga-jaga." ucap Ansika, sembari memanyunkan bibirnya

"Makanya kalo ngomong itu jangan separo-separo ay, udah tau si Ica mah ga bisa di ajak becanda. Makanya jomblo sampe sekarang..." celetuk Ezra, Grisha langsung menatap kesal pada pria itu

"LU..." Ansika tertawa

"Kalian bisa serius ga?" tanya Jane

"Kita mah udah setelan pabrik kek gini Jane, ga bisa di reset. Lagian yang bisa bikin Cahaya sadar, cuma bebeb ma keluarganya." jawab Ansika

"Oooohhh..." Jane mengangguk

.

.

"BAANG" teriak Ezra, Zayd yang baru saja keluar dari mobil. Langsung berlari, menghampiri sahabat tunangan nya.

"Masih sama?" Ezra dan yang lain mengangguk, Jane terdiam menatap Zayd.

"Kenapa Jane?" tanya Grisha, seraya menyenggol lengan Jane

"Jangan jatuh cinta loh, tunangan Cahaya ini." Jane tersadar, ia menatap Grisha dan Ansika

"Kaya kenal, wajahnya ga asing. Iya ga sih?" jawab Jane

"Ya iyalah ga asing, orang fotonya terpampang nyata di depan ruang rektor." jawab Ezra, membuat Jane terkejut

"Jadi dia...

"Yups... salah satu lulusan terbaik pada masanya, juga... salah satu penerus keluarga Van Houten." Jane membulatkan kedua bola matanya

"Aku terkejut" refleks Jane, membuat ketiganya tertawa

"Ada kaget, bilang-bilang." gumam Ezra, mereka pun mengalihkan perhatian mereka pada Zayd dan Cahaya

"Sayang" panggil Zayd, seraya mengusap pelan bahu Cahaya. Perlahan kesadaran Cahaya pun kembali, ia menatap Zayd.

"Abang, kok di sini?" tanya Cahaya, ia melihat ke arah teman-temannya. Kedua matanya membulat, saat ia melihat Jane.

"Jane, lu dalam bahaya." ucap Cahaya, meski udah tau dari temannya yang lain. Mendengar Cahaya yang mengatakannya, membuat dia takut.

"Apa yang kamu liat, hmm?" tanya Zayd, Cahaya menatap Jane lagi

"Jane... lu bakal ngalamin kematian tragis, muka lo hancur karena sayatan. Bahkan tubuh lo juga..." Cahaya tak bisa meneruskannya langsung

'Tubuh lo ditikam berkali-kali, setelah lo di perkosa secara bergilir. SUSAN' lanjut Cahaya dalam hati, ia mengepalkan tangannya

"Gue rasa, masalah dia ma Susan ga bisa di tunda lagi Ca." ucap Grisha, Cahaya mengangguk

"Kamu tau kapan kejadiannya?" tanya Zayd, Cahaya mengingat kembali kejadian yang akan terjadi tersebut. Ia mengingat tempat kejadian, di sebuah kamar. Sepertinya kamar kosan, seorang laki-laki. Ada poster joker di dinding, ada miniatur film animasi yang sedang booming saat ini. Jam di dinding menunjukkan pukul 4.15, entah itu sore atau di subuh hari. Kalender digital di atas meja... 12 Oktober...

DEG

"Hari ini ... 12 Oktober... Jane, apa lu punya kenalan cowok. Mungkin penggemar joker, dan animasi one piece?" Jane terkejut mendengar pertanyaan itu

"Maksud lo apa Ca? Apa itu Pelaku?" tanya Jane, Cahaya mengangguk

"Ga mungkin Ca, dia pacar gue." ucap Jane tak percaya

"APA?!" teriak teman-teman Cahaya, dan Cahaya yang paling terkejut. Karena....

"Pacar lo... selingkuh." Jane menggelengkan kepalanya, ia tak percaya ucapan Cahaya.

"Lo pacaran udah berapa lama?" tanya Grisha, yang merasa kasihan melihat Jane

"Gue ma dia, udah mau 2 tahun. Dia sayang banget ma gue, ga mungkin dia lakuin itu." jawab Jane

"Apa lu gada curiga sedikit pun ma hubungan kalian gitu?" tanya Ansika, entahlah... otaknya tiba-tiba mikir kalo si Jane ini cuma di manfaatin doang. Kaya ada toge di dalem gehu, eaaa...

"Maksud lo?" tanya Jane balik, Ansika menghembuskan nafas panjang

"Kaya dia yang kalo lu ajak keluar, selalu lu yang keluar duit. Kalo di ajak ketemu ma keluarga lo, ada aja alesannya. Terus suka tiba-tiba batalin janji, dengan alesan ada kesibukan yang ga bisa di tinggal. Misal itu juga..." Jane mengangguk, apa yang di katakan Ansika... SEMUA BENAR

"Lu ga curiga, kalo hubungan kalian. Ternyata ada dalang di baliknya, kaya yang nyuruh laki lu buat deketin lu." Jane mengerutkan dahinya

"Sebenernya...

...****************...

Jangan lupa masukin ke favorit, like, komen, gift sama vote nya yaaaa ❤️❤️❤️❤️