NovelToon NovelToon
Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Hantu
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: MAHLEILI YUYI

Di atas bukit di tengah hutan, lebih kurang lima kilo meter jarak nya dari kampung.Terdengar sayup-sayup untaian suara yang berbunyi melantun kan seperti mantra jika di lihat dari dekat, ternyata dua orang pemuda berumur tujuh belas tahun paling tinggi, dihadapan orang itu tergeletak sebuah foto dan lengkap dengan nasi kuning serta lilin dan kemenyan.

Sesekali mengepul asap kemenyan yang dia bakar dari korek api, untuk mengasapi sebuah benda yang dia genggam di tangan kanan.

Jika di perhatikan dari dekat sebuah benda dari jeruk purut yang telah di keringkan, di lubang dua buah untuk memasukan benang tujuh warna.

Menurut perkataan cerita para orang-orang tua terdahulu, ini yang di namakan Gasing Jeruk Purut, keganasan nya hampir sama dengan gasing tengkorak tapi gasing jeruk purut hanya satu kegunaan nya saja, tidak sama dengan gasing tengkorak,

Gasing tengkorak bisa di gunakan menurut kehendak pemakai nya dan memiliki berbagai mantra pesuruh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Tasapo Setan

       Ayah mu itu, berbagai cara dia untuk mendapat kan Tante, entah pelet apa yang dia minta sama Om nya). Jawab Mama Gura sambil melipat kain.

"Kakek, apa benar Ayah minta pelet sama kakek, untuk mendapat kan Tante?" Tanya Yana pada kakek nya, karena Ayah Gura itu keponakan kandung Kakek nya. Karena itu juga penyebab nya Yana memanggil Ayah pada Ayah nya Gura, yang pertama karena suami tante nya, yang kedua karena keponakan kakek nya.

"Ota! Etek waang tu nan wang iyo an, la jaleh Etek waang tu dulu, nan ndak baranti mancaliak Ayah waang tu karumah Amak nyo, bantuak samuik mangaja gulo, kok ndak banikahan lai, mungkin Etek waang tu nan ka gilo". ( Kata tante mu itu yang kamu iya kan, sudah jelas tante mu itu dahulu yang tidak berhenti bertandang kerumah Ibunya, Ingin melihat ayah mu, seperti semut mengejar gula, jika tante mu tidak di nikah kan sama Ayah mu, mungkin tante mu yang akan gila). Jawab Kakek nya sambil membuka rokok Gudang Garam merah nya.

"Wuih!!, Tante yang bohong, ternyata tante yang tergila-gila sama Ayah, masa sih tergila-gila sama orang legam dekil seperti itu, aku lihat Tante nggak jelek-jelek amat, Mirip Papa ku, Juga mirip Gura, kuning langsat bersih, tubuh tinggi Sintal, rambut hitam mengkilap panjang, hidung mancung, wuih!! apa lagi dada nya Tante beee!!!".

"Shuuttt!!".

Ucapan Yana terhenti, dia melihat Tante nya sedang meletak kan telunjuk di bibir nya sambil tersenyum dan mengedip kan kedua mata nya.

Namun Ayah Gura, Kakek nya, dan juga Papa Yana seperti tidak mendengar saja ucapan Yana yang barusan, apa lagi Ayah Gura dia tersenyum-senyum saja sedang duduk di samping Mama nya Gura sambil meminum kopi.

"Yan!, tidak boleh bicara seperti itu, dilarang oleh Adat". Ucap Gura perlahan di telinga Yana.

"Oo!, Maaf aku tidak tahu". Jawab Yana perlahan juga.

"Kek! cerita kita tadi belum selesai, ayo lanjutin lagi!". Ucap Yana pada kakek nya.

"Oh, iyo jadi!". (Oh, iya baik). Jawab kakek nya, sambil menggulung rokok daun enau, rokok kesukaan beliau, untuk campur Rokok Gudang Garam.

"Asalamualaikum!!". Tiba-tiba suara mengucap kan salam lagi, dari pintu.

"Alaikumsallam". Jawab mereka semua nya.

"Oh!, masuak la". (Oh!, masuk saja) Jawab mama Gura.

" Ooo!!, Uni Tita, tamu dari nagari subarang kiro e!".(Ooo!!, Kak Tita tamu dari seberang ternyata). Ucap mama gura menyapa tamu itu.

"Rami urang di rumah ma, oh Uda Rama bagai kiro nyo, pabilo Uda Rama pulang kampuang?". ( Ramai orang di rumah kira nya, oh! Kakak Rama, Kapan Kak Rama pulang kampung?). Ucap tamu itu, sambil melangkah ke arah Papa Yana.

"Sudah hampir dua hari kami di kampung Ta!". Jawab Papa Yana, sambil bersalaman dengan Tita, setelah itu dia bersalaman dengan Mama Yana.

"Kakak!, ndeh lupo yo Ambo, Kakak, eh! Kakak".( Kakak!, waduh lupa Aku, Kakak, eh! Kakak) Ucap Tita sambil berpikir, mengingat nama Mamanya Yana.

"Leili". Ucap Rama.

"Oh!, iyo, Kak Leili, la lupo yo ambo". ( Oh!, iya, Kak Leili, sudah lupa Saya). Ucap Tita.

"Kamu kesini membayar arisan juga?". Tanya Ayah Yana pada Tita.

"Indak Da!. Ko a, bapak anak urang ko, sajak sudah babuko tadi la muntah-muntah bagai, la sakik kapalo, katiko ambo kan ka siko tadi la mandingin bagai kecek e, tu ka mamintak ubek ka Mak Datuak, kok tasapo bagai baliyau". (Tidak Kak!. Begini, Ayah Anak-anak ku, sejak sesudah berbuka tadi muntah-muntah, setelah itu sakit kepala, ketika aku hendak kesini tadi kata nya, tubuh nya dingin, Rencana ku minta obat sama Om Datuk, mungkin ketempelan). Jawab Tita sambil melangkah ke arah Kakek Gura.

"Ooo". Jawab Rama sambil mengangguk.

"Mak Datuak, cubo di liek an, Laki Ambo dulu, kok yo di sapo setan bagai". ( Om Datuk, coba di terawang suamiku, apa benar dia di sapa setan). Ucap Tita, lalu Tita duduk di samping Mama Gura yang sedang melipat kain.

"Oh! Iyo, jadi". Oh! Iya, baik) Jawab Kakek Gura, dia hentikan segala aktifitas nya, dan lalu dia duduk bersila, sambil membaca doa.

"Ko sia ko Nti!". (Ini siapa ya Nti!) Tanya Tita menunjuk ke arah Yana.

"Yana anak Uda Rama". ( Yana anak Kak Rama)  Jawab Mama Gura.

(Ha!, gadang nyo lai". (Ha!, besar nya) Jawab Tita terkejut.

"Yo la patuik yo inyo gadang nya Ni!, cuma tigo bulan se tuo Gura dari Yana nyo". (Sudah patut dia itu besar Kak!, cuma tiga bulan saja tua nya Gura dari Yana). Jawab mama Gura.

" Ooo, yo, yo". (Ooo, iya, iya). Jawab Tita sambil mengangguk-ngangguk.

"Tita!!".

"Yo! Mak Datuak". ( Ya! Om Datuk) Jawab Tita.

" Manuruik pancaliak an batin Ambo, Yo tasapo setan Laki Tita tu, bantuak tampek tasapo nyo nampak dek Ambo, ado batang pauah kamba jo sungai kaciak di sinan, di ma kiro-kiro tampek nyo tu, lai tau dek Tita?". (menurut penglihatan batin Ku, iya Suami Tita disapa Setan, ciri-ciri tempat tersapa nya itu, ada pohon mangga kembar dekat sungai kecil, di mana kira-kira tempat nya itu, apa Tita tahu tempat nya) Ucap Kakek Gura, sambil menghidup kan kembali rokok nya.

"Oh! Iyo Mak Datuak, di kabun, dakek surau tingga tu, ado batang pauah kamba, nan sabalah nyo la mati, di tembak patui ma". (Oh! Iya Om Datuk, di kebun dekat Musala tinggal tu, ada mangga kembar, yang sebelah sudah mati di sambar petir). Ucap Tita.

"Gura! co ambiak garam ka dapua, baok ayia putiah sakali yo". ( Gura! ambil garam ke dapur, serta bawa air putih ya). Ucap Kakek nya.

"Jadi Kek!". Ucap Gura, dia lalu berdiri menuju ke dapur.

"Titah! Ayah nyo a kaba kini, lai sehaik-sehaik sajo?". (Tita! Ayah nya apa kabar sekarang, apa dia sehat-sehat saja?". Tanya Kakek Gura pada Tita.

"Itu la Mak Datuak, patang ko latibo yo sasak angok baliau, ndak bulia dek kami makan sapuluik tu, bamakan juo". (Itu lah Om Datuk, kemaren tiba lagi sesak nafas beliau, tidak boleh oleh kami makan nasi pulut, Beliau makan juga). Jawab Tita.

"Salero urang tuo la namo nyo ndak, mano nan di larang dek anak-anak tu, itu nan ka tuju". ( Selera orang tua nama nya, mana yang di larang anak-anak, itu yang di sukai). Ucap Kakek Gura.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!