NovelToon NovelToon
Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Era Kolonial / Mengubah Takdir / Cewek Gendut
Popularitas:207k
Nilai: 4.8
Nama Author: ICHA Lauren

Aku membuka mata di sebuah ranjang berkelambu mewah, dikelilingi aroma parfum bunga yang asing.
Cermin di depanku memantulkan sosok wanita bertubuh besar, dengan tatapan garang dan senyum sinis—sosok yang di dunia ini dikenal sebagai Nyonya Jenderal, istri resmi lelaki berkuasa di tanah jajahan.

Sayangnya, dia juga adalah wanita yang paling dibenci semua orang. Suaminya tak pernah menatapnya dengan cinta. Anak kembarnya menghindar setiap kali dia mendekat. Para pelayan gemetar bila dipanggil.

Menurut cerita di novel yang pernah kubaca, hidup wanita ini berakhir tragis: ditinggalkan, dikhianati, dan mati sendirian.
Tapi aku… tidak akan membiarkan itu terjadi.

Aku akan mengubah tubuh gendut ini menjadi langsing dan memesona.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehadiran Orang Ketiga

Selesai sarapan, Nateya membantu Anelis mengenakan tas sekolah mungil berwarna cokelat tua, yang dibuat dari kulit asli. Gadis kecil itu pun tersenyum cerah, meski tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

“Sudah siap, sayang?” tanya Nateya seraya memegang tangan Anelis.

Anelis mengangguk, matanya berbinar.

Mereka pun melangkah menuju halaman depan, di mana Victor sudah berdiri tegap di samping mobil. Begitu melihat atasannya datang, ia langsung membuka pintu belakang.

Namun, tepat ketika Anelis akan masuk, suara berat Elias terdengar dari belakang.

“Tidak usah, Victor. Hari ini aku yang akan mengemudi. Kau berjaga saja di rumah.”

Victor terperanjat, tubuhnya kaku sejenak sebelum menunduk dalam. “Siap, Tuan Jenderal.”

Elias melangkah maju dengan wibawa penuh, seragam militernya menambah kesan tegas. Ia membuka pintu mobil sendiri, lalu berbalik ke arah Nateya.

“Kau dan Julian ikut. Kita antar Anelis ke sekolah bersama, lalu langsung ke barak," ucapnya mengandung kepastian, bukan permintaan.

Perkataan Elias sedikit membuat Nateya terkejut. Alih-alih merasa senang, Nateya hanya menaikkan setengah alisnya.

"Terima kasih, kalau begitu.”

Mereka berempat masuk ke dalam mobil. Elias di kursi kemudi, Nateya dan Julian duduk di belakang bersama Anelis.

Suasana hening sebentar, hanya suara mesin mobil yang menderu pelan. Jalanan pagi masih lengang, pohon-pohon asam dan kelapa di tepi jalan bergoyang diterpa angin.

Begitu sampai di sekolah, Elias menghentikan mobil tepat di halaman depan. Kehadiran keluarga Jenderal Elias sontak menarik perhatian. Beberapa guru yang sedang berdiri menundukkan kepala penuh hormat, sementara para murid berbisik-bisik kagum melihat mobil mewah itu berhenti.

Nateya bergegas keluar, membantu Anelis turun dengan hati-hati. Ia berlutut sejenak, merapikan kerah seragam putih putrinya, lalu merengkuhnya dalam pelukan hangat.

“Belajar yang rajin, ya. Mama selalu menyayangi Anelis.”

Anelis mengangguk cepat, senyumnya merekah. Ia melambaikan tangan kecilnya ke arah Nateya, Julian, dan akhirnya ke Elias.

Untuk sesaat, ada pancaran bahagia di wajah gadis itu. Ia tampak senang diantar oleh ayah ibunya sekaligus.

Setelah tubuh mungil Anelis menghilang melewati gerbang sekolah, Nateya kembali ke mobil. Ia duduk dengan tenang di samping Julian.

“Sudah saatnya berangkat," tuturnya kepada Elias.

Tanpa menjawab, Elias langsung menginjak pedal gas. Mobil meluncur meninggalkan halaman sekolah, menuju arah barak militer.

Sepanjang perjalanan, Nateya mencondongkan tubuh sedikit ke arah Julian, menunjukkan pemandangan di luar jendela.

“Lihatlah gedung tinggi bercat putih, itu kantor residen. Dan di seberangnya, ada pasar tradisional, orang-orang menjual buah, kain batik, juga rempah. Kalau di jalan itu ada delman dengan kuda yang gagah.”

Julian menatap penuh minat, matanya berbinar.

“Indah sekali, Mama. Rasanya, aku bisa menggambar semua ini nanti.”

“Kalau begitu, jadikanlah menggambar sebagai latihanmu di rumah. Dunia ini terlalu luas untuk tidak kau abadikan," balas Nateya mengusap pucuk kepala putranya.

Elias, yang mendengarkan dari balik kemudi, menoleh sekilas melalui kaca spion. Pandangannya sulit ditebak, tetapi jelas ada secercah heran di sana.

Istrinya yang dulu dianggapnya manja, pemarah, dan egois kini tampak begitu sabar, penuh perhatian, dan hangat terhadap anak-anak. Sebuah sosok ibu yang sejati.

Mobil akhirnya berbelok masuk ke kawasan barak militer. Bangunan tinggi dengan cat krem kusam berdiri tegak, dikelilingi halaman luas dengan tiang bendera Belanda yang menjulang.

Suara teriakan prajurit berlatih menggema, “Satu! Dua! Tiga! Empat!” Suasana penuh disiplin dan wibawa militer terasa menekan sejak mereka turun dari mobil.

Belum sempat mereka melangkah jauh, seorang perwira muda mendekat dengan langkah cepat. Wajahnya tegang, topi militernya miring sedikit karena tergesa. Ia berhenti tepat di hadapan Elias, memberi hormat.

“Lapor, Jenderal!” suaranya lantang. “Saya Letnan Willem. Tuan Jenderal sudah ditunggu di ruang tamu utama.”

Elias mengerutkan kening. “Oleh siapa?”

Letnan Willem menundukkan kepala sedikit, tampak ragu sebelum menjawab. “Nona Amara, Tuan.”

Suasana mendadak beku.

Elias menahan napas sejenak, sebelum bersuara dengan berat. “Baik, aku akan menemuinya."

Seolah tak terpengaruh oleh kehadiran adik tirinya, Nateya tetap berjalan mantap sembari menggenggam jemari Julian. Ia sama sekali tidak menoleh pada Elias. Nateya tidak mau kehilangan fokus, sebab tujuan utamanya adalah menemui Ragnar.

“Julian, kita langsung ke barak pengobatan. Mama ingin menjenguk Mayor Ragnar,” pungkas Nateya pada sang putra.

Baru beberapa langkah mereka berjalan, Elias tiba-tiba menyusul cepat. Ia berdiri di depan Nateya, menghalangi sang istri pergi.

“Seruni, tunggu dulu. Aku hanya perlu menemui Amara sebentar. Setelah itu, kita bisa bersama-sama menemui Ragnar.”

"Lalu, aku harus menunggu kau selesai menemui kekasihmu?" balas Nateya sinis.

Elias hendak menjawab, tetapi pada saat yang sama terdengar suara langkah sepatu hak kecil mendekat. Ketiganya menoleh hampir bersamaan.

Dari arah beranda, muncul seorang wanita bergaun lebar. Amara berjalan dengan wajah berseri.

Gadis itu mengenakan gaun katun putih dengan renda halus yang menghiasi leher dan lengan bajunya. Sementara rambutnya dihiasi topi bundar kecil berhias bunga mawar.

Di tangannya, Amara membawa sebuah kotak rotan yang ditutupi kain putih bersulam. Senyum lembut segera merekah di wajahnya ketika melihat Elias.

Namun, senyum itu seketika goyah begitu matanya menangkap sosok Nateya di samping Julian.

“Oh, ada Kak Seruni juga rupanya,” ucap Amara dengan nada terkejut, meski berusaha terdengar ramah. Ia bergerak lebih dekat, menundukkan kepala sedikit seolah menyapa dengan sopan.

Elias tampak kaku. Tatapannya bergeser sekilas ke arah Nateya, yang wajahnya tetap dingin tanpa ekspresi.

Melihat Elias tak langsung menghampirinya, Amara tersenyum lagi sembari mengangkat kotak di tangannya.

“Aku datang untuk berterima kasih atas pertolongan Kak Elias semalam. Aku ingin mengantarkan makanan kesukaan Kak Elias.”

Sengaja, Amara berhenti sejenak, sebelum ia mengalihkan pandangan kepada Nateya.

“Kak Seruni tidak marah, kan?”

Julian menoleh cepat ke arah ibunya, penasaran dengan reaksi Nateya. Elias sendiri tak bergeming. Wajahnya sulit dibaca, antara bimbang, canggung, dan ingin segera menghentikan situasi yang memanas itu.

1
Erna Fkpg
tetap semangat seruni walaupun banyak orang yang meragukan kemampuanmu
Erna Fkpg
terimakasih untuk upnya 💪💪💪
Siska Sutartini
Siap-siap masuk jebakan kau amara. skalian aja kau rayu dg mesra si Elias tu, jadi bukti perselingkuhan langsung didapatkan Seruni. merasa paling cantik? eeuw kamu terlalu percaya diri Amara. namanya juga pelakor
lin s
meskipun byk rintangan smga mnjdi lngkah menuju kesuksesan dalam karirnya seruni krn berjasa mengobati para warga, kan klo dpt kprcayaan dri gubernur suatu saat klo seruni kesulitan bisa dibntu /Smile/
Myra Myra
jgn berlagak amara dia tak heran ngan elias bodoh tu... tunggu jew nnty...
Sandy Aulia Putri
pertama kasih like
Siska Sutartini
Wah gila bgt sih ini pelakor saudara tiri, hatinya busuk ga ada kawan. mudah-mudahan setuni aman dari fitnah si pelakor amara & emaknya si nenek sihir
lin s
lnjut thor knp satu bab kurang puas/Smile/
lin s
ya ampun pnya saudara tiri begitu enaknya diapain thor.. apalagi klo ayahnya seruni tau klakuan busuknya plus aibnya lama kelamaan trbongkar dihadapan publik psti amazing 🤭🤣
Wega Luna: di santet 🤣🤣🤣🤣,ilmu paling ampuh untuk perempuan macam Amara
total 1 replies
Erna Fkpg
wah GK sabar nunggu serangan balasan dr seruni untuk amara
Myra Myra
bila nak terbongkar kebusukan amara
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hadir kak
Sunaryati
Beri jawaban sejujurnya Bi
Siska Sutartini
ayo jawab yg jujur bi warti, si oelakor sering datang bahkan menginap. bahkan bi warti sudah memperingatkan Elias agar tidak mengajak Amara ke rumah peristirahatan Seruni di gunung. ceritakan smua klakuan Elias dg Amara
Imas Masripah
up lagi kk/Determined//Determined//Kiss/
Erna Fkpg
duh bakalan lama ni perceraiannya soalnya elias mulai ada rasa sama seruni
lin s
jgn smpai seruni memberi kesempatan pd elias smntara elias memberikan celah buat amara msuk kermh tngga mereka, seandainya ada cctv dijaman itu pasti mmbntu bwt bkti seruni🤭
Yani Cuhayanih
modus murahan sekali jenderal /Smug/
Siska Sutartini
sudah terlambat Elias, ini bukan Seruni yg dulu yg biasa kau acuhkan. kira2 siapa ya 2 org yg berpakaian lusuh itu? wira brajaksh?
Wega Luna
entahlah aku GK bisa komentar apa apa🤣🤣🤣🤣🤣,🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!