Airilia seorang gadis yang hidup serba kekurangan, ayahnya sudah lama meninggal sejak ia berusia 1 minggu. Airilia tinggal bersama ibunya, bernama Sumi yang bekerja sebagai buruh cuci. Airilia merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya bernama Aluna yang berstatus sebagai mahasiswa yang ada di banjar.
Pada suatu hari, Airilia kaget mendengar Sumi terkena kanker darah. Airilia yang tidak tau harus kemana mencari uang, ia berangkat ke banjar untuk menemui Aluna, agar Aluna mau meminjamkan uang untuk pegangan saat Sumi masih di rawat dirumah sakit.
Alih-alih meminjamkan uang, Aluna justru membongkar identitas Airilia sebenarnya. Aluna mengatakan bahwa Airilia anak pelakor yang sudah merebut ayahnya. Sumi yang berlapang dada merawat Airilia semenjak ibunya mengetahui ayahnya meninggal karena kecelakaan. Aluna yang menuntut Airilia harus membiayai pengobatan Sumi sebagai bentuk balas budi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Putus
Setelah pulang dari klinik, Sumi hanya berbaring di kasur, ia tidak diizinkan Airilia bekerja atau mengurus rumah. Sumi yang bosen berada didalam kamar, ia segera keluar kamar dan melihat Airilia sedang menyetrika baju pelanggannya.
"Lia, ibu bantu, ya?".
"Enggak usah bu, ibu istirahat aja. Sebentar lagi aku selesai".
"Lia, ibu bosen tau didalam kamar terus". Airilia tersenyum ke arah Sumi, ia senang melihat ibunya sehat.
"Ya udah, ibu temenin aku disini, tapi ibu enggak boleh pegang apapun". Sumi mengangguk, ia menatap Airilia sedang melipat baju.
"Ya Allah..., terima kasih telah menitipkan Airilia, walaupun dari rahim perempuan lain, aku sangat menyayanginya. Jika suatu hari nanti, engkau mengambilku, tolong jaga dia, aku enggak bisa hidup tanpa Airilia. Tapi apakah Airilia bisa hidup tanpa aku?".
"Bu.., ibu kenapa menangis?apa ibu kangen sama kak Luna?". Sumi menggeleng.
"Bolehkah ibu minta sesuatu sama kamu?".
"Boleh, apapun permintaan ibu, aku pasti akan mengabulkannya". Airilia menggenggam tangan Sumi.
"Permintaan ibu cuma satu. Ibu ingin setelah lulus sekolah, kamu melanjutkan ke pondok pesantren yang ada di Banjar". Airilia terkejut dengan permintaan Sumi.
"Bu..., aku enggak mau ninggalin ibu sendiri disini?". Airilia meneteskan air matanya dihadapan Sumi.
"Ibu enggak papa sendiri disini. Apa kamu bisa mengabulkan permintaan ibu?". Sumi menghapus jejak air mata yang ada di pipi Airilia.
"Bu, kenapa harus disana?kan dikampung disini juga ada pesantren?".
"Lia, ibu ingin kamu fokus sama hafalan. Kalau disana kamu banyak teman dan katanya gratis bagi anak yatim. Lia mau kan pergi kesana?". Airilia bimbang, namun saat melihat Sumi menaruh harapan kepadanya, akhirnya Airilia mengangguk.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Sudah hampir 15 menit, Aluna menunggu Reza di cafe kenangan, namun Reza belum juga datang. Saat Aluna beranjak dari tempat duduk, ia melihat dari jauh bahwa Reza datang bersama Dinda sambil berpegangan tangan.
"Selamat pagi, Luna. Silahkan duduk". Saat Aluna ingin pergi dari sana, Dinda langsung memegang tangan Aluna dan menyuruhnya untuk duduk kembali.
"Reza, ngapain kamu membawa Dinda kesini?".
"Kenapa?aku istrinya mas Reza, jadi berhak dong kalau aku ikut". Dinda tersenyum, sedangkan Aluna marah kepada Reza bahwa ia tidak tahu kalau Dinda juga ikut.
"Luna, ada yang ingin aku sampaikan sama kamu?". Reza menatap Aluna, lalu melirik Dinda.
"Apa?kamu ingin menikahi aku?aku enggak papa kok, jadi istri kedua kamu". Ucap Aluna membuat Dinda menatap tajam ke arah Aluna.
"Aku ingin mengakhiri hubungan kita". Aluna kaget mendengar keputusan Reza.
"Kenapa?apa salah aku, Reza?".
"Salah kamu, karna mencintai suami orang". Sindir Dinda.
"Maafkan aku, aku ingin kita putus".
"Kenapa Reza?kenapa kamu menyakiti aku seperti ini, aku enggak terima?".
"Kamu enggak dengar, kalau suamiku minta putus. Jadi, mulai sekarang jauhi suamiku".
"Luna, Maaf, aku enggak bisa menyakiti Dinda. Karna Dinda sedang hamil".
"APA.. HAMIL?".
"Iya, aku hamil anak mas Reza. Mulai sekarang kamu, jauhi suamiku. Ayuk, mas Reza kita pulang". Dinda menarik Reza dari sana. Sedangkan Aluna, ia meneteskan air matanya.
"Reza, aku udah memberikan semuanya sama kamu, termasuk keperawanan aku. Aku akan balas dendam sama kalian semua". Langit mendung seakan mendukung Aluna untuk membalas dendamnya. Aluna yang merasa sedih, segera keluar dari cafe walaupun diluar sedang hujan.
*Bersambung*