Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Flashback 3
Ani kini duduk di hadapan seorang wanita tua yang di kenal dengan nama Mbah Seto. Mbah Seto adalah pemilik rumah yang Ani singgahi.
"Jadi Mbah udah lama tinggal di sini?" Tanya Ani.
"Iya ndok, sudah belasan tahun setelah suami Mbah meninggal." jawab Mbah Seto dengan mengulas senyum kecil.
Ani merasa tak enak hati, karena membuat wanita tua itu sedih. "Mbah ada kamar mandi?" tanya Ani, karena tiba-tiba ia ingin buang air kecil.
"Ada ndok, tapi agak jauh dari rumah." jawab Mbah Seto.
Ani tampak berpikir sebentar kemudian mengangguk. "Nggak papa Mbah, udah kebelet banget hehe." Ani tertawa kecil.
Mbah Seto tersenyum mendengar itu. "Ini senter nya. Nanti kamu keluar aja lewat pintu belakang, terus lurus aja, nggak jauh dari situ WC nya. Maaf ya Mbah nggak bisa antar, mbah masakin kita makan malam. Berani kan sendiri?"
"iya Mbah, nggak papa. Berani kok sendiri." Dengan perut besar nya, Ani berlalu dari sana menuju WC, sesuai instruksi Mbah Seto tadi.
Tak lama setelah kepergian Ani, Sekumpulan pria sekitar 6 orang, datang lalu mengetok pintu rumah Mbah Seto.
Bruk
Bruk
Bruk!!
Mbah Seto bergegas membuka pintu, raut nya tenang menatap pria-pria yang berada di hadapannya.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?"
"Kami lagi cari orang, nenek liat orang yang ada di foto ini?" seorang pria menunjukkan foto Ani di ponsel nya.
Mbah Seto terdiam sesaat, iris nya menatap pria-pria itu. Kemudian ia menggeleng tanda tak tahu.
"Saya nggak tahu, wanita itu. Saya baru saja pulang dari kota." ucap Mbah Seto sambil menunjukkan tas kusam yang berisikan bahan makanan yang ia beli dari kota.
Pria-pria itu terdiam, namun masih menaruh rasa curiga pada Mbah Seto. Beberapa pria melirik ke dalam rumah, untuk memastikan bahwa tidak ada Ani di sana.
"Kalau nenek liat wanita ini, langsung hubungi kami." Pria itu menyodorkan nomor nya pada Mbah Seto lalu berlalu dari sana.
Mbah Seto terdiam melihat kepergian pria-pria itu. Ada hubungan apa mereka dengan Ani. Wanita tua itu menoleh saat suara Ani terdengar memanggil nya.
"Mbah, siapa yang datang?" tanya nya.
Mbah Seto dengan cepat menutup pintu lalu mengunci nya. Ia bergegas menuju Ani yang heran melihat tingkah nya.
"Ndok, tadi ada yang datang terus cari kamu!"
Deg
Perasaan cemas dan takut menghampiri Ani, tangan nya bahkan bergetar pelan. "S-siapa Mbah?" tanya nya.
"Mbah juga nggak tau. Ada mungkin sekitar 6 pria yang cari kamu, pakaian mereka hitam dan badan nya besar-besar." Jelas Mbah Seto.
Ani sudah menduga bahwa itu adalah anak buah Ana. Rasa khawatir membuat Ani bingung untuk berbuat apa.
"Ndok duduk dulu." Ani duduk di hadapan Mbah Seto.
Mbah Seto mengusap punggung Ani. Ia bisa menangkap kekhawatiran besar yang di rasakan wanita itu. "Kalau mau cerita, kamu boleh cerita sama Mbah. Meskipun nggak bisa kasih solusi apapun setidaknya beban kamu sedikit berkurang." Ani menatap Mbah Seto, ia memeluk wanita tua itu. Tiba-tiba saja ia merindukan orang tua nya.
Ani perlahan mulai menceritakan semua nya, Mbah Seto terdiam dengan tangan yang terus mengelus punggung Ani. Berusaha menenangkan wanita hamil itu.
"Jadi tadi itu anak buah suruhan adik kamu?" ucap Mbah Seto, setelah Ani menceritakan semua nya.
Ani mengangguk. "Mbah saya harus segera pergi dari sini, takut nya mereka datang lagi." ucap Ani tiba-tiba.
Mbah Seto terdiam. Ada perasaan tak rela, saat Ani akan meninggalkan nya. Ia seperti memiliki keluarga setelah keberadaan Ani, meskipun baru 1 hari.
"Kamu mau kemana ndok?" tanya Mbah Seto khawatir.
Ani bingung ingin menjawab apa, rasanya tidak mungkin jika ia kembali ke rumah sang suami. Karena felling nya mengatakan bahwa ada sesuatu yang sudah di rencanakan Ana untuk nya.
"Saya mungkin akan tinggal di tempat teman Mbah." jawab Ani. Membuat Mbah Seto mengangguk.
"Mbah, saya boleh pinjam ponsel?" Tanya Ani. Ia merasa tak enak, namun ia juga harus mengabarkan seseorang untuk menjemput nya.
"Oh boleh. Tapi hp Mbah cuma ini. Nggak papa kan?" tanya Mbah Seto tak enak.
Sebuah benda berwarna hitam Ani genggam saat Mbah Seto menyodorkan nya. "Nggak papa Mbah. Makasih ya." Ani menekan beberapa tombol, lalu mengisi angka yang ia hafal kemudian memanggil seseorang.
Panggilan pertama tak ada jawaban hingga panggilan ketiga sebuah suara terdengar di seberang sana.
"Hallo...?"
****
Pagi-pagi buta, Ani sudah bersiap untuk menunggu teman nya yang sedang berada di dalam perjalanan menuju tempat nya. Sengaja Ani memilih waktu pagi-pagi buta, karena ingin menghindari orang-orang yang mencari nya.
"Mbah, makasih sudah tampung saya 1 hari disini. Mbah juga sudah obatin luka saya. Sehat terus Mbah, nanti saya jenguk kesini kalau semua nya sudah kembali seperti semula." Hormon kehamilan membuat emosi Ani naik turun. Matanya kini berkaca-kaca menatap Mbah Seto yang tersenyum kearah nya.
"Nggak papa ndok. Kamu sehat-sehat terus, biar anak kamu sehat juga. Mbah doakan Semoga masalah kamu cepat selesai."
Ani mengangguk lalu memeluk Mbah Seto. Bertepatan dengan itu sebuah mobil datang ke arah mereka. Seorang pria turun lalu bergegas menuju Ani.
"Kamu nggak papa kan?" tanya nya khawatir.
"Nggak papa Sen. Kita bisa langsung pergi kan?" tanya Ani. Ia tidak ingin mengulur-ulur waktu, takut nya anak buah Ana datang kembali.
"Bisa bisa. Makasih nek, sudah Jaga teman saya. Ini ada sedikit rezeki untuk nenek, mohon di terima." Arsen, teman Ani menyodorkan sebuah amplop untuk Mbah Seto. Namun wanita tua itu menolak dengan halus.
"Saya ikhlas tolong nak Ani. Cukup jaga nak Ani dan kandungan nya supaya baik-baik saja." pesan Mbah Seto.
Arsen dan Ani tersenyum pada Mbah Seto. Betapa baik nya ciptaan Tuhan ini. Dalam hati Ani berdoa, semoga Mbah Seto di berikan umur panjang, agar ia bisa bertemu lagi.
"Makasih Mbah sekali lagi. Mbah nggak mau ikut saya aja?" tanya Ani yang tak rela meninggalkan Mbah Seto sendiri. perasaan nya tak enak, sesuai yang buruk pasti terjadi, tapi entah kapan.
"Mbah di sini aja, kasian ternak sama kebun Mbah nggak ada yang urus." gurau Mbah Seto sambil tertawa, membuat Arsen dan Ani tertawa kecil.
"Ya sudah, Mbah hati-hati ya. Kalau mau ke kota nanti kabarin Saya aja," Mbah Seto mengangguk. Ani melepaskan pelukannya, lalu menyalami Mbah Seto kemudian berpamitan dari sana.
****
Tak lama setelah kepergian Ani, beberapa mobil datang menuju rumah wanita tua itu.
Bruk
Bruk!!
"Wanita tua, keluar sekarang!" Teriakan itu membuat Mbah Seto terkejut.
Mbah Seto berjalan menuju pintu lalu membuka nya. "Iya ad-"
Mbah Seto jatuh tersungkur saat sebuah tendangan mengenai perut nya. "Dasar wanita tua bodoh, dimana kau sembunyikan wanita itu?" Mbah Seto yang kesakitan mendongak menatap wanita yang sangat mirip dengan Ani.
"S-saya tidak tahu!" Ujar Mbah Seto terbata.
"Oh masih ingin berbohong rupanya!" Ana mengkode beberapa anak buah nya untuk menerobos masuk.
Rumah Mbah Seto sudah seperti kapal pecah, karena ulah anak buah Ana. "Lapor bos, target tidak ada!"
Ana menggeram kesal, dengan emosi ia berjongkok di hadapan Mbah Seto yang sudah tak berdaya. "Katakan dimana wanita itu? atau nyawa mu taruhan nya!"
Mbah Seto diam, ia menatap Ana yang terlihat sangat mirip namun tidak dengan sifat mereka. "K-kau tidak...akan pernah ba-bahagia. K-karma akan segera mendatangi mu!"
Dor
Karena muak, Ana langsung mengeluarkan pistol nya lalu menembak tangan Mbah Seto. Wanita tua itu mengerang kesakitan. Darah mengucur keluar.
"Bodoh!" Desis Ana kesal.
Dor
Dor
Seketika Mbah Seto langsung terkapar bersimbuh darah saat Ana melayangkan tembakan di bagian kepala dan jantung.
****
Karma apa yang cocok buat Ananjai?
Kasihan Mbah Seto🌹
Bunga dan kopi nyaaa zayeng jangannn lupa yaa💋🌹