NovelToon NovelToon
Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: @Asila27

Di dunia yang penuh gemerlap kemewahan, Nayla Azzahra, pewaris tunggal keluarga konglomerat, selalu hidup dalam limpahan harta. Apa pun yang ia inginkan bisa didapat hanya dengan satu panggilan. Namun, di balik segala kemudahan itu, Nayla merasa terkurung dalam ekspektasi dan aturan keluarganya.

Di sisi lain, Ardian Pratama hanyalah pemuda biasa yang hidup pas-pasan. Ia bekerja keras siang dan malam untuk membiayai kuliah dan hidupnya sendiri. Baginya, cinta hanyalah dongeng yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Takdir mempertemukan mereka dalam situasi tak terduga, sebuah insiden konyol yang berujung pada hubungan yang tak pernah mereka bayangkan. Nayla yang terbiasa dengan kemewahan merasa tertarik pada kehidupan sederhana Ardian. Sementara Ardian, yang selalu skeptis terhadap orang kaya, mulai menyadari bahwa Nayla berbeda dari gadis manja lainnya.

dan pada akhirnya mereka saling jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Asila27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pertengkaran Nayla dan papa nya

Sesampainya di kantor, Nayla langsung berlari menuju ruangan papanya.

Saat sampai di depan pintu ruangan, Nayla dicegat oleh sekretaris papanya.

"Non, Non belum boleh masuk. Bapak lagi ada tamu," ucap sekretaris itu dengan ragu.

Nayla mengerutkan kening, wajahnya penuh amarah. "Aku gak mau tahu! Mau papa ada tamu atau tidak, aku mau masuk!" serunya dengan nada tinggi.

"Tapi, Non... nanti Non Nayla mengganggu pertemuan Bapak," ucap sekretaris dengan wajah cemas.

Nayla mendengus, matanya menyipit tajam. "Aku gak mau tahu! Sekarang kamu minggir!" katanya dengan nada keras.

"Gak bisa, Non. Bapak benar-benar ada tamu."

"Kamu mau dipecat?! Berani-beraninya melarangku masuk?" bentak Nayla, wajahnya merah padam.

Sekretaris itu terkejut, menelan ludah, lalu buru-buru menepi.

Di dalam ruangan, Pak Andi yang tengah membahas kerja sama dengan koleganya merasa terganggu oleh suara teriakan Nayla di luar.

"Maaf, Pak Johan, di luar sepertinya ada kekacauan. Saya urus sebentar ya," ujar Pak Andi dengan ekspresi terganggu.

"Silakan, Pak Andi."

Saat Pak Andi baru beranjak, tiba-tiba pintu ruangannya didorong dengan keras. Brak!

"Papa! Apa maksud Papa?!" teriak Nayla dengan mata yang memerah karena kecewa.

Pak Andi menatap Nayla dengan tajam. "Ay, kenapa kamu teriak-teriak?! Papa masih ada tamu!" ucapnya dengan ekspresi marah.

Nayla mencengkram tangannya, rahangnya mengeras. "Aku gak peduli, Pa! Aku minta penjelasan Papa! Papa harus menjelaskan semuanya dengan jelas!"

Pak Andi menghela napas, lalu menatap Pak Johan dengan permintaan maaf. "Pak Johan, maaf, saya ada urusan sebentar dengan anak saya. Saya minta waktunya sebentar."

Pak Johan mengangguk mengerti. "Oh iya, Pak Andi. Silakan. Kalau begitu, saya keluar dulu."

Pak Andi buru-buru menahan. "Tunggu sebentar, Pak Johan. Saya akan menyelesaikan ini dengan cepat."

Pak Johan tersenyum tipis. "Gak perlu, Pak Andi. Kita bisa bicara soal kerja sama ini lain kali. Sekarang, selesaikan dulu urusan dengan anak bapak."

Pak Johan beranjak pergi, sementara Pak Andi langsung menoleh ke sekretarisnya. "Ranti, tutup pintunya."

"Iya, Pak," ucap Ranti sebelum menutup pintu.

Saat pintu sudah tertutup, Pak Andi menatap Nayla dengan wajah penuh emosi.

"Ay, sejak kapan kamu gak tahu sopan santun?!" bentaknya dengan tatapan tajam.

Nayla mendengus sinis, matanya penuh amarah. "Papa gak perlu tanya kenapa aku gak sopan! Dan Papa juga gak perlu bawa-bawa Mas Ardana! Sekarang aku minta penjelasan Papa!"

Pak Andi menghela napas kasar. "Penjelasan apa lagi, Ay? Apa maksudmu bertindak semaumu sendiri hingga menyebabkan bisnis Papa gagal?!" Matanya menatap tajam ke arah Nayla.

"Papa masih mikirin bisnis?! Papa masih gak sadar kesalahan Papa?! Papa cuma mikirin untung dan untung tanpa peduli sama aku!" Nayla mengepalkan tangannya, tubuhnya bergetar karena emosi.

"Pantas Mama pergi ninggalin Papa! Karena sikap Papa yang cuma peduli bisnis, tanpa pernah memikirkan kebahagiaan aku!" lanjut Nayla dengan mata berkilat penuh kemarahan.

Pak Andi terkejut, wajahnya seketika berubah tegang. "Ay, siapa bilang Papa gak mikirin kebahagiaan kamu? Justru Papa melakukan semua ini demi kebahagiaanmu!" suaranya meninggi, berusaha mempertahankan wibawanya.

Nayla tertawa sinis sambil menangis. "Papa bilang demi kebahagiaanku?! Papa tahu kebahagiaan yang aku inginkan?! Oh iya, Papa sudah bikin aku bahagia dengan menyuruh Mas Ardana pergi dari kota ini, kan?!" Nayla menatap Pak Andi dengan mata penuh luka.

Pak Andi mengerutkan dahi, ekspresinya dingin. "Ay, kamu harus sadar. Lelaki itu gak cocok untukmu!"

Nayla menatap tajam. "Aku yang gak cocok, atau Papa yang gak cocok?! Kenapa Papa melakukan semua ini? Kenapa Papa menuduh Mas Ardana seperti itu?!"

Pak Andi mendengus. "Papa gak nuduh, Ay. Itu kenyataan! Lelaki miskin itu cuma ingin memanfaatkanmu!"

"Cukup, Pa! Cukup!" Nayla menjerit marah. "Papa menuduh Mas Ardana tanpa bukti!"

Nayla menarik napas dalam, menatap papanya dengan kecewa. "Sekarang aku sadar kenapa Mama pergi ninggalin Papa. Karena Papa hanya ingin aku mengikuti keinginan Papa. Tapi Papa gak pernah mau nurutin apa yang aku mau."

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Nayla. Ia terhuyung mundur, matanya membelalak tak percaya. "Papa menampar aku... lagi?" suaranya bergetar.

Pak Andi mengepalkan tangan, wajahnya penuh emosi. "Cukup, Ay! Papa gak mau berdebat sama kamu cuma gara-gara orang miskin itu!" teriaknya.

"Bulan depan kamu akan Papa nikahkan dengan anak teman Papa!" lanjutnya dengan suara penuh ketegasan.

Nayla menatapnya dengan mata berair, lalu tertawa pahit. "Papa mau menikahkan aku?! Papa harus tahu, aku gak akan pernah menuruti keinginan Papa! Apalagi menikah dengan anak teman Papa itu! Jangan pernah bermimpi, Pa!"

Plak!

Tamparan kedua mendarat di pipinya. Nayla terhuyung, air matanya jatuh. Ia menatap papanya dengan mata penuh kebencian.

Pak Andi terdiam, wajahnya berubah tegang setelah menyadari perbuatannya. "Ay, Papa gak sengaja... Papa terbawa emosi..."

Nayla menatapnya dengan dingin. "Udahlah, Pa. Papa gak pernah mikirin kebahagiaanku. Dan satu lagi, sampai kapan pun aku gak akan menikah sama anak teman Papa itu." Ia berbalik dan berlari keluar dari ruangan.

Di luar, para karyawan berkumpul dengan wajah penasaran.

"Pak Andi lagi bertengkar sama siapa, ya?" bisik salah satu karyawan.

"Kayaknya sama anaknya. Soalnya tadi aku lihat anak Pak Andi lari ke sini sambil menangis," jawab karyawan lain.

Ranti yang melihat para karyawan berkumpul langsung mengusir mereka. "Kalian kenapa di sini? Kembali kerja sana! Dipecat baru tahu rasa!"

Mendengar ancaman itu, para karyawan langsung bubar dan kembali ke ruangan masing-masing.

Di luar kantor, Nayla masih berlari menuju mobilnya, air mata terus mengalir di pipinya.

1
Nyoman Nuarta
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!