Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
“Kau berani melawanku?!” Damian berteriak, matanya dipenuhi api kemarahan.
Braakk..!!
Sebelum Anna bisa berkata apa-apa lagi, Damian mendorong tubuhnya dengan kasar.
Ia terjatuh keras ke lantai, kepalanya terbentur ujung meja.
Kepalanya terasa sakit, Anna mengangkat tangannya dengan lemah untuk menyentuh dahinya. Ia bisa merasakan darah yang hangat mulai mengalir dari dahinya.
Tangannya gemetar. Pandangannya sedikit kabur dan detak jantungnya berdentum keras di telinganya sendiri.
Dalam kebingungan, Anna mencoba bangkit dari tubuhnya yang sudah mulai melemas.
Damian berdiri mendekat, tatapannya masih dipenuhi kemarahan. Namun, ada juga bayangan ketakutan di matanya, seolah-olah ia baru saja menyadari apa yang telah ia lakukan.
“Kau tidak akan pergi ke mana-mana, Anna,” tegasnya dengan suara rendah, hampir seperti desisan.
“Ingat itu!”
Anna terbaring di lantai, merasakan kepalanya yang berdenyut nyeri, sementara Damian berbalik dan meninggalkannya begitu saja. Ia kembali masuk keruangannya dengan pintu yang tertutup keras di belakangnya.
Lorong itu terasa sunyi setelah kepergian Damian. Hanya terdengar napas Anna yang terendah-engah. Rasa sakit fisik bercampur dengan rasa sakit hatinya. Anna mulai menangis tanpa henti.
Untuk pertama kalinya, Anna merasa benar-benar terjebak. Damian sudah melewati batas atau Anna yang baru saja mengetahui sifat asli Damian.
Dan sekarang, Anna tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya sendiri. Tapi bagaimana caranya?
...****************...
Semenjak kejadian malam itu, mereka berdua benar-benar hidup dalam kesunyian. Anna tak pernah lagi berbicara dengan Damian begitu pun dengan Dareen.
Anna tak bisa bertemu dengan Dareen dalam keadaan terluka.
Namun, Anna tetap melakukan tugasnya. Melayani Damian. Mempersiapkan pakaian, makan bahkan air untuk Damian mandi dalam keadaan diam dan datar. Ia benar-benar sudah terpuruk.
Malam itu, Damian berjalan dengan mantap menuju sebuah Apartemen mewah. Dengan membawa beberapa cemilan untuk ia santap bersama kekasih prianya.
Hatinya di penuhi kegembiraan. Namun, ketika ia membuka pintu apartemen kekasihnya, semua itu hancur seketika. Matanya terbelalak.
Di depannya, Damian melihat Chris-pria yang selama ini ia percayai dan sembunyikan dari dunia sedang bersama seorang wanita, bercumbu dengan mesra di sofa.
Damian terdiam, tak mampu berkata apa-apa. Napasnya tercekat, matanya terpaku pada pemandangan yang mematahkan hatinya tanpa ampun.
Pria itu, yang biasanya selalu penuh perhatian padanya, kini seolah telah melupakannya, menggantikan tempat Damian dengan seorang wanita.
Damian menjatuhkan barang bawaannya ke lantai dengan kasar. Christ yang mendengar itu terkejut dan buru-buru melepaskan pelukan mesra dengan wanita tersebut.
“Damian, ini tidak seperti yang kamu pikirkan.” Ucapnya terbata-bata dengan kata-kata yang terdengar kosong bagi Damian.
Damian hanya berdiri di sana, wajahnya tanpa ekspresi, tapi dalam hatinya ia dipenuhi dengan kehancuran dan kemarahan yang membara.
Ia melirik wanita itu. Alisnya berkerut.
“ Sarah?”
Damian tertawa,
“Bahkan wanita itu, Adik tiriku?” Damian mendengus lalu berbalik dan meninggalkan tempat itu. Menutup pintu dengan keras seolah itu bisa mengakhiri segala rasa sakit yang mendesaknya.
Pikirannya kusut, penuh dengan kekecewaan dan pengkhianat. Ia merasa hampa.
Damian memutuskan pergi ke bar miliknya.
Malam itu, ia benar-benar tenggelam dalam alkohol, mencoba melupakan semuanya. Setiap tegukkan minuman hanya membuat kemarahannya semakin membara, namun ia tak peduli. Kepalanya berputar-putar. Dengan pikiran yang kacau, dan setiap kenangan bersama Christ terasa seperti belati yang menusuk hatinya.
Waktu berlalu dan Damian sudah tak bisa lagi membedakan antara realitas dan mabuknya.
Malam yang dingin terasa semakin kabur. Dengan langkah goyah, ia pulang ke mansionnya dengan taxi.
Ketika Damian sampai di mansionnya, dia nyaris tidak bisa berdiri tegak. Matanya merah dan tubuhnya berbau alkohol yang begitu menyengat. Pikirannya dipenuhi kabut amarah dan luka.
Saat itu, tanpa sadar Damian terus melihat pintu kamar Anna. Seolah-olah ada sesuatu yang mendorongnya ke sana. Entah itu kebencian, kebingungan atau sekadar keinginan untuk menghancurkan sesuatu demi meredakan rasa sakit di hatinya.
Dengan langkah yang goyah dan penglihatan kabur. Damian membuka paksa pintu kamar Anna.
Anna yang sedang tertidur tiba-tiba terbangun saat Damian masuk kamarnya dengan langkah tak teratur.
Matanya yang mabuk menatap Anna dengan cara yang berbeda kali ini. Bukan tatapan dingin dan kejam seperti biasanya. Tetapi penuh dengan keputusasaan dan kehancuran. Tanpa berkata apa-apa Damian mendekati tempat tidur Anna.
Seketika Anna langsung panik. Merasa ada yang tidak beres dengan Damian.
“Damian.. Apa yang mau kau lakukan?” suaranya gemetar saat ia mundur ke sudut tempat tidur. Ia sudah tidak lagi memanggil Damian dengan sebutan ‘pak’. Anna sudah muak dengan hidupnya dan Damian.
Damian menatap lekat mata Anna. Dengan tatapan lembut dan terasa sakit.
“Anna..”
.
.
.
Next👉🏻
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩