menceritakan tentang seorang gadis mantan penari ballet yang mencari tahu penyebab kematian sang sahabat soo young artis papan atas korea selatan. Hingga suatu ketika ia malah terjebak rumor kencan dengan idol ternama. bagaimana kisah mereka, yukkk langsung baca saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon venn075, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Di kantor seaggel grup
Cassi duduk di ruang kerja pribadinya, memandangi layar ponsel dengan tatapan datar namun tak bisa menyembunyikan kegelisahan di balik sorot matanya. Jarinya menggulir pelan setiap komentar yang terus membanjiri unggahan terakhirnya.
Pertanyaan-pertanyaan dari publik semakin mengerucut pada satu hal yang sama—hubungannya dengan Jihoon.
"Apakah kalian benar-benar bersama?"
"Cassi, benarkah kau dan Jihoon ada di tempat yang sama saat ini?"
"Ini bukan kebetulan, kan?"
Komentar demi komentar terus berdatangan, sebagian memancing, sebagian lagi seolah memohon sebuah kejelasan.
Tak lama, Alexa masuk membawa sebuah tablet dan raut wajah yang menunjukkan keraguan. "Nona, media sosial semakin panas… Berita tentang unggahan tadi pagi sudah diangkat hampir semua media besar. Mereka menyimpulkan kalau itu semacam pesan tersembunyi dari kalian berdua."
Cassi menghela napas panjang, menatap Alexa sekilas. "Aku sudah membacanya… Mereka benar-benar tak akan diam sebelum mendapatkan jawaban."
Alexa menelan ludah, lalu melanjutkan, "Netizen bahkan mulai membandingkan gaya penulisan kalian, mereka bilang… ini terlalu intim untuk sebuah kebetulan."
Hening sejenak. Cassi kembali menatap layar ponselnya, lalu bergumam pelan, "Sepertinya, cepat atau lambat… kita memang harus menghadapi ini, Alexa."
Alexa mengangguk pelan, "Perintah Nona, aku akan siapkan apapun yang dibutuhkan."
Cassi menutup matanya sebentar sambil bersandar di kursi kerjanya, ia yakin ini baru awal dari rencana nya kedepannya akan banyak serangan yang muncul dari arah yang bahkan tidak di perkirakan nya.
---
Di perusahaan gold entertainment
Suasana gym pribadi milik agensi dipenuhi suara dentuman musik dan deru alat olahraga yang terus berputar. Di sudut ruangan, Jihoon tengah fokus mengangkat barbel dengan tubuhnya yang berkeringat, memperlihatkan ketahanan fisik yang terlatih. Otot-otot lengannya menegang seiring setiap gerakan, namun wajahnya tetap tenang, seolah berolahraga adalah pelarian dari segala hiruk-pikuk dunia luar.
Di sampingnya, sang manajer, Hyunsoo, berdiri dengan sebuah tablet di tangan, membaca jadwal hari ini dengan nada datar.
"Setelah ini, kau ada fitting untuk pemotretan majalah pukul tiga, lalu meeting endorsement jam lima. Malamnya, makan malam bersama tim produksi album. Dan—"
Hyunsoo terdiam sejenak, ragu melanjutkan.
Jihoon melirik melalui kaca, menyadari perubahan nada suara manajernya. "Dan apa lagi?" tanyanya santai sambil menaruh barbel ke tempatnya.
Hyunsoo menghela napas, lalu melanjutkan, "Berita tentangmu dan Cassi kembali naik. Kali ini media lebih gila… Mereka bilang unggahan kalian berdua pagi ini sengaja dibuat saling berkaitan. Katanya… kalian benar-benar sedang menjalin hubungan."
Jihoon terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Biarkan saja… Aku lelah membantah sesuatu yang mereka ciptakan sendiri."
Hyunsoo menatap Jihoon dengan cemas. "Apa kau yakin ingin membiarkan ini terus berkembang tanpa klarifikasi?"
Jihoon mengangkat bahu acuh, lalu melanjutkan latihannya. "Biarkan mereka menebak. Toh, kebenaran hanya milikku dan Cassi."
Ucapan itu diakhiri dengan tawa kecil Jihoon, seolah rumor yang beredar tak lebih dari sekadar hiburan di sela-sela hidupnya yang sibuk.
---
Di ruang obrolan privat milik SIN5, notifikasi terus bermunculan sejak pagi. Grup chat yang biasanya sepi karena tiga member lainnya masih menjalani wajib militer, kini mendadak ramai. Daniel, satu-satunya member yang sudah kembali dari militer bersama Jihoon, menjadi yang paling vokal menanyakan kabar.
"Hyung… ini beneran? Kau sama Cassi Seaggel? Media gila-gilaan bahas kalian hari ini." tulis Daniel, nada pesannya penuh rasa ingin tahu.
"Jihoon, aku juga baru baca. Kau baik-baik saja kan?" Salah satu member yang tengah wamil, sempat membalas dari markasnya.
"Kalau benar, kenapa kau nggak cerita dari awal?" lanjut member lain, mencoba ikut bicara meski terbatas waktu dan sinyal.
Jihoon yang saat ini tengah istirahat di sela sela padat jadwalnya hanya membaca pesan-pesan itu dalam diam. Sesaat kemudian, ia membalas singkat.
"Aku belum bisa memberi tahu kalian, jadi lihat saja berita yang tersebar."
Jawaban datar itu membuat ruang obrolan hening seketika. Daniel menatap layar ponselnya, menghela napas panjang. "Hyung… kau memang nggak pernah mau bicara soal hal pribadi ya, bahkan ke aku sekalipun," gumamnya sendiri.
Mereka semua tahu, meski satu grup selama bertahun-tahun, Jihoon tetap sosok yang sulit didekati—terutama jika sudah menyangkut kehidupan pribadinya. Bahkan Daniel, yang paling dekat dengannya setelah sama-sama kembali dari militer, tak tahu banyak soal kabar kedekatan Jihoon dan Cassi yang kini mengguncang media.
---
Di ruang kerja keluarga Seaggel yang megah namun terasa dingin sore itu, percakapan serius terdengar di antara tiga orang penting keluarga. Erland Mattew Seaggel duduk tegak dengan wajah tegasnya yang sulit terbaca, sementara Kang Nara duduk di sampingnya, sesekali melirik sang suami yang belum juga memberi jawaban pasti. Di seberang mereka, duduk seorang pria tua dengan rambut perak yang masih tampak berwibawa—kakek Cassi, pendiri Seaggel Group.
"Aku dengar sendiri dari tim media kita... Rumor tentang Cassi dan pria itu semakin liar di luar sana," ucap Erland, nadanya berat, seolah menahan gejolak pikirannya sendiri.
Kakek Cassi hanya mengangguk pelan, sepasang matanya menatap tenang ke arah Erland. "Erland... kau tahu aku tidak pernah mencampuri pilihan Cassi. Dari kecil, aku membebaskannya menentukan jalannya sendiri. Dan soal pemuda itu... Jihoon atau siapapun namanya, aku tidak akan melarang jika memang dia yang Cassi pilih."
Kang Nara menghela napas lega mendengar sang ayah angkat bicara. Namun Erland masih diam, rahangnya mengeras seolah menahan sesuatu.
"Aku hanya tidak ingin kita terlalu cepat menyimpulkan," Erland akhirnya bersuara, datar. "Kita belum tahu kebenarannya. Semua ini bisa jadi hanya permainan media, atau... strategi dari pihak lain yang memanfaatkan nama keluarga kita."
Kakek Cassi mengangguk sekali lagi, bijak. "Benar. Maka itu, jangan buru-buru menolak atau mengiyakan. Biarkan Cassi sendiri yang menghadapinya. Jika saatnya tiba, kita baru akan bicara."
Suasana kembali sunyi. Hanya terdengar suara angin dari jendela besar yang terbuka. Masing-masing larut dalam pikirannya—tentang Cassi, tentang Jihoon, dan tentang kebenaran yang masih tersembunyi.
---
Senja mulai merayap di balik jendela ruang kerja Cassi saat ponselnya bergetar pelan di atas meja. Gadis itu sempat mengabaikan getaran pertama, masih sibuk meneliti laporan bisnis yang menumpuk. Namun getaran berikutnya membuatnya melirik, dan alisnya terangkat pelan saat melihat nama pengirim pesan yang terpampang jelas di layar—Ji Hoon.
Perlahan, Cassi membuka pesan itu.
“Jika kau tidak sibuk... Temani aku menonton konser musisi western favoritku. Malam ini. Anggap saja sebagai balasan atas makan malam di rumahmu.”
Sejenak Cassi terdiam. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya. Tawaran itu terdengar sederhana, namun di baliknya terselip makna yang membuatnya ragu. Ia tahu, menerima ajakan ini berarti menyeret dirinya semakin jauh ke dalam lingkaran yang tak lagi bisa ia kendalikan.
Namun entah mengapa, ada bagian dari dirinya yang tak ingin menolak. Seolah ada rasa penasaran yang perlahan tumbuh, juga kenangan akan pesan Soo Young yang masih terpatri dalam ingatan.
Cassi menarik napas dalam, jarinya menari pelan di layar ponsel.
“Baiklah. Aku ikut.”
Tak butuh waktu lama, pesan balasan terkirim. Dan untuk pertama kalinya hari itu, senyum tipis menghiasi wajah Cassi—senyum yang bahkan tak ia sadari muncul begitu saja.