Milan selalu punya ide gila untuk selalu menggagalkan pernikahan Arutala. semua itu karena obsesinya terhadap Arutala. bahkan Milan selalu menguntit Arutala. Milan bahkan rela bekerja sebagai personal asisten Arutala demi bisa mengawasi pria itu. Arutala tidak terlalu memperdulikan penguntitnya, sampai video panasnya dengan asisten pribadinya tersebar di pernikahannya, dan membuat pernikahannya batal, Arutala jadi penasaran dengan penguntitnya itu, ia jadi ingin lebih bermain-main dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tyarss_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eksekusi
Tidak pernah terpikirkan sebelumnya jika dia akan mengalami kencan buta di umurnya yang menginjak 27th. Arutala yang bisa di bilang seorang pebisnis muda dengan tampang yang rupawan, yang mana bahkan dia bisa memilih wanita manapun yang dia ingkan harus mengalami momen seperti ini. Sedikit menghancurkan harga dirinya. Alasan yang mendasari ia mau melakukan ini semua hanya semata-mata melihat hasil kerja Milan. Begitu penasaran apa yang akan dilakukan wanita itu.
Sesuai dengan perkataan Milan, Arutala datang ke restoran di salah satu hotel bintang lima. Mengenakan kemeja putih polos tanpa jas serta kancing atas yang di biarka terbuka.
Pandangannya menelisik sekitar. mengabsen setiap sudut manusia yang ada di sana. Dan hanya sekali melihat, Arutala menangkap sosok Milan yang duduk di paling belakang. Wanita itu mengurai rambut panjangnya. Meski wajahnya tertutup rambutnya yang terurai, Arutala masih bisa mengenalinya. Dua hari bersama wanita itu membuat Arutala mengingat Milan dengan cepat.
Suasana restoran yang sedikit legang membuatnya curiga. Tidak ingin membuat Milan sedih karena rencananya gagal, Arutala memilih mengikuti sandiwara.
Arutala menghampiri Camila yang sudah sangat siap menanti kehadirannya. Wanita itu tersenyum cantik.
"Halo, Arutala." sapanya. Berdiri menyambut kedatangan Arutala.
"Maaf aku sedikit terlambat." Ucap Arutala sedikit tidak enak karena keterlambatannya.
Camila masih menunjukkan senyumnya. "Tidak apa Aru. Aku mengerti kesibukan mu. Oh pasti sangat lelah menjadi dirimu."
"Tidak juga." Balas Arutala. mereka mulai mengobrol membahas tentang diri mereka. Hal yang wajar dalam pertama kali pertemuan.
"Jadi, selain melakukan diving, apa lagi yang sering kau lakukan?" jujur, Arutala sedikit kagum dengan Camila. Ternyata wanita ini bukan wanita yang manja.
"Aku hanya suka menghabiskan waktu ku di pantai saja. Karena itu membuatku lebih tenang. Apalagi saat menyelam dan melihat ke indahan laut. Ouhh.. kau harus mencobanya. Itu efektif untuk meredakan setres. Kalau kau sendiri? Apa yang kau suka?" kini balik Camila yang bertanya.
"Entahlah, aku tidak tau apa yang membuatku tenang. Tapi kerap kali aku berkuda dengan temanku. Dan itu cukup meredakan setres ku juga."
"Itu bagus. Bagaimana jika kita saling mengenal melalui hobi? Kau bisa mengajak ku berkuda, dan aku bisa mengajakmu diving di tempat yang indah. Itu terdengar bagus bukan?" saran Camila. Sejauh ini ia merasa jika Arutala juga tertarik padanya.
Di sudut ruangan, Milan yang sedari tadi menyembunyikan wajahnya di balik buku menu merasa terganggu dengan kedekatan Arutala bersama Camila. Mereka berdua terlihat menikmati momen bersama. Dan itu membuat Milan malas melihatnya.
Tidak ingin membuat kedekatan mereka terus berlanjut, Milan memberikan aba-aba dengan lirikan matanya pada pria yang berdiri tidak jauh darinya.
Pria itu mengangguk. Ia berbalik lalu berjalan mendekati meja Camila dan Arutala.
"Camila? Is that you?" ujar pria itu.
Wajah Camila menunjukkan keterkejutan. Arutala melihat itu.
"Setelah malam itu, aku hampir tidak bisa melupakanmu. Aku mencoba mencarimu kemana-mana. Tidak ku sangka kita bertemu di sini." dengan berani pria itu memegang bahu Camila. Risih, Camila mencoba menghindar.
Arutala tidak berniat menengahi meski ia tau Camila nampak tidak nyaman.
"Camila?" lagi, seorang pria menghampiri meja mereka. "Kenapa kau mengabaikan pesan ku? aku tidak ingin hubungan kita hanya berakhir satu malam saja."
"Hey, Camila? Senang melihat mu. Malam panas yang kita habiskan di Jepang bulan kemarin sangat berkesan untukku. you so hot." Lagi. Dan hampir ada tujuh pria yang mengrubuni meja mereka. Kalimat yang di ucapkan juga tidak jauh beda. Mereka berucap kagum dan ingin mengulang malam yang sama dua kali.
Jadi, dapat Arutala simpulkan jika camila suka memiliki hubungan one night stand. Pastinya hal ini tidak baik untuk keluarga Ganapatih. Kedepannya bisa menjadi scandal jika Arutala berakhir menikahi Camila.
"Aru, kau mau kemana?" tanya Camila yang panik melihat Arutala berdiri dari kursinya.
"Urusan kita sudah selesai miss." Setelah mengatakan itu Arutala pergi. Ia menyempatkan diri untuk melirik ke arah meja Milan. Dan rupanya wanita itu sudah pergi.
Milan berjalan keluar dengan perasaan puas. Ia sempat melihat sandiwara itu sebentar. Kemudian dia memutuskan untuk pergi sebelum Arutala menyadari keberadaanya.
Baru juga memasuki mobil, satu panggilan masuk dari Arutala membuat Milan mengeryitkan dahi. Untuk apa pria itu menghubunginya?
"Ya Pak Aru? Bagaimana dengan kencanmu?" tanya Milan.
Terdengar helaan napas dari Arutala. "Bad. Kau dimana Milan? I need you now."
"Aku sedang berada di luar. Kau ingin aku menemuimu dimana?"
"Bar."
"Okey. I'm coming now." Balas Milan lalu menutup ponselnya.
Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Menghapus lipstiknya. Kemudian berganti pakaian di dalam mobil. Semua itu di lakukan Milan secepat kilat. Ia harus membuat penampilannya senatural mungkin. Hanya mengenakan kemeja putih polos dan celana pendek jeans. Setelah semuanya terlihat sempurna, Milan turun dari mobi. Masuk ke dalam hotel lagi.
Tanpa permisi Milan duduk di samping Arutala. Pria itu menoleh.
"Apa yang kau lakukan di sini Pak? Dimana teman kencanmu?" tanya Milan bersandiwara. Tentu saja dia tau semua.
Arutala meminum segelas vodka, setelah itu ia menawarkan pada Milan.
"Saya tidak minum pak." Tolak Milan dengan sopan.
Kekehan muncul dari Arutala. "Benarkah?" rasanya Arutala tidak percaya.
"Iyaa.. sekarang jawab dulu pertanyaan saya pak. Apa yang sudah terjadi?" tuntut Milan meminta penjelasan.
"Semuanya kacau Milan. Camila bukan wanita yang tepat buat ku."
Samar, Milan tersenyum miring. Tentu saja tidak akan pernah ada wanita yang tepat untuk Arutala selagi masih ada dirinya.
"Yang tabah yaa Pak." Ujar Milan menyemangati.
"Aku tidak sedang terkena musibah Milan." Ralat Arutala.
"Menurut saya ini sama saja musibah Pak."
Gelas milik Arutala sudah kosong. Tidak ingin mengurusi Arutala yang semakin mabuk, Milan mengajak Arutala pulang.
"Ayo Pak. Saya akan mengantarmu pulang. Jangan sampai kau mabuk di sini."
Arutala menurut. Dia mengikuti Milan. Begitu sampai di parkiran, Arutala langsung memojokkan tubuh Milan. Mengukung tubuh kecil itu.
"Aku menyuruh mu kemari karena aku menginginkanmu Milan." Kata Arutala berbisik di telinga Milan.
Membuat tubuh Milan meremang. Napas Arutala berhembus mengenai pori-pori wajahnya. Tubuh mereka hampir menempel sempurna. Dan milan dapat dengan jelas mencium aroma Arutala. Jelas sekali Arutala saat ini tengah di kuasai alkohol. Hal ini juga sangat menguntungkan untuk Milan tentunya.
"Jangan di sini Aru." Milan mendorong pelan dada bidang Arutala. menciptakan sedikit jarak.
"Lalu dimana? Tell me?" tangan Arutala terulur merapikan rambut Milan yang berantakan.
"Kita ke tempatmu." Jawab Milan.
Milan menyunggingkan senyuman. Ia tidak menyangka hal ini akan terjadi padanya. Rasanya seperti sekali dayung dua pulau terlampaui. Memanfaat kondisi Arutala yang tengah mabuk adalah rencana yang sangat tepat. Dan Milan akan pastikan besok pria itu tidak akan mengingat momen malam ini.