NovelToon NovelToon
Blood In The Hell

Blood In The Hell

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Sci-Fi / Zombie
Popularitas:630
Nilai: 5
Nama Author: Puja Andriani

Ketika wabah zombie mulai menyebar di sekolah, Violetta berusaha keras untuk menahan perasaannya. Luka hatinya akibat perselingkuhan Zean dan Flora masih segar, dan kini dia terjebak dalam situasi hidup dan mati yang mengharuskan dia untuk tetap fokus. Namun, perasaan sakit hati itu tetap menghantui, mengganggu konsentrasinya setiap kali dia melihat Zean atau Flora di dekatnya.

Di tengah situasi yang genting, Arshanan, cowok yang dikenal dingin dan tidak banyak bicara, justru menunjukkan perhatian yang mengejutkan. Meski jarang berbicara, ia selalu ada di sekitar Violetta, seolah memastikan gadis itu baik-baik saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puja Andriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 08

Dada Violetta naik turun, napasnya memburu, kedua matanya berkaca-kaca, ketika ia mengambil langkah lebih dalam ke ruang tamu rumahnya. Violetta mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang kini terasa begitu asing. Menatap foto-foto keluarga nya yang dulu berjajar rapi di dinding, beberapa kini terjatuh ke lantai dengan kaca bingkai yang pecah. Sofa besar di sudut ruangan terlihat acak-acakan dengan bantal-bantalnya berserakan dan ada noda kecokelatan di permukaannya, hati Violetta mencelos.

Sementara Arsahanan terus memposisikan dirinya berjalan di belakang Violetta, tongkat baseball di tangannya siap diayunkan kapan saja. Matanya terus bergerak menatap ke sekitar dengan penuh kewaspadaan, "Kita gak bisa lama-lama disin, Vi, terlalu sunyi, gua agak kurang nyaman." Arshanan berbisik di sisi wajah Violetta.

"Tapi gue harus nyari petunjuk dimana keberadaan keluara gue, Nan," kata Violetta dengan suara yang bergetar, seperti ia akan segera menangis.

Arshanan menarik bahu Violetta, merangkul pundak Violetta seolah ia ingin memberikan kekuatan pada cewek itu. Meski Violetta merasa aneh dengan kehangatan ang di tunjukan oleh Arshanan, namun ia tidak menoleh, sebab di saat seperti ini, Violetta benar-benar membutuhkan dukungan dan tampa ia sadari, kehadiran Arshanan saat ini menjadi sumber ketenangan untuknya.

Zean dan Flora yang sempat berpisah dengan kedua nya untuk memeriksa ruangan lain, kembali menghampiri Arshanan dan Violetta. Namun, langkah Zean terhenti ketika matanya menangkap momen antara Violetta dan Arshanan. Sesuatu di dalam diri Zean bergolak. Zean tidak tau mengapa, tetapi melihat Violetta yang terlihat begitu akrab dengan Arshanan menimbulkan rasa tak nyaman yang aneh di dadanya.

Dulu, Zean tidak pernah peduli dengan siapa yang dekat dengan Violetta. Namun, semenjak situasi ini dimulai, ada sesuatu yang berubah, perasan cemburu yang menyusup tanpa ia sadari, mengganggu pikirannya. Perasaan itu begitu kuat hngga ia bahkan tidak melirik ke arah Flora yang berdiri beberapa langkah di belakangnya, mengikuti nya dengan langkah kecil dan takut-takut. Flora yang jelas mengandalkan Zean sebagai pelindungnya, kini tampak bingung dengan perhatian Zean yang teralihkan.

Genggaman pada tongkat baseball di tangannya mengerat, napasnya memburu karena campuran emosi yang tak lagi bisa ia tahan. Zean menatap nyalang Violetta yang bersandar di pundak Arshanan, dadanya terasa seak dan tanpa memperdulikan lagi logika serta situasi mereka saat ini, Zean melangkah dengan cepat dan penuh dengan amarah menghampiri keua nya dan tanpa aba-aba langsung menarik kasar Arshanan agar menjauh dari Violetta.

"Lo suka kan sama pacar gue?!" Zean bersungut penuh amara seraya menghardik Arshanan dengan tuduhan itu.

Arshanan yang tidak menduga serangan Zean sempat terhuyung ke belakang, tubuhnya hampir terjatuh ke lantai karena dorongan tiba-tiba Zean. Namun, Arshanan segera berdiri tegak, keseimbangan yang hampir hancur segera di benarkan. Ia bergeming saja menatap Zean dengan sorot mata tajam namun tenang.

Sementara di sisi lain, Flora yang berdiri tidak jauh dari mereka terlihat membeku di tempatnya berdiri. Matanya membelalak lebar, cukup terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan Zean, pacar gue? Perasaan Flora mencelos, kalimat yang dikatakan Zean seperti menyengat dirinya. Meski ia merasa bersalah karena merebut Zean dari Violetta yang merupakan temannya , tetap saja melihat kecemburuan Zean saat itu membuat Flora sakit hati. Ia merasa seolah semua perhatian Zean selama ini mendadak terasa tidak ada artinya. Nafas Flora buru, namun ia tidak mengatakan apapun.

Violetta sendiri terlihat begitu marah ketika mendengar sekaligus melihat apa yang telah dilakukan Zean kepada Arshanan. dan saat Zean mengambil langkah lebih dengan kemarahan yang membara, Violetta dengan sigap menarik lengan Zean sebelum cowok itu sempat melayangkan pukulannya kepada Arshanan. Napas Violetta memburu dan matanya seolah memancarkan kilatan emosi yang campur aduk antara kemarahan dan kekecewaan.

"ZEAN!! Lo apa-apan sih?!" Violetta berteriak kepada Zean dengan nada tegas penuh kekesalan.

Zean menatap Violetta dengan mata penuh amarah dan luka tersembunyi, tetapi sebelum cowok itu sempat menyahut, v

Violetta sudah kembali bersuara, "Gue bukan pacar lo lagi! Lo lupa? Kita udah putus! Dan itu gara-gara lo sendiri, Zean! Lo selingkuhi gue! Jadi sekarang jangan pernah lagi lo berani-berani nya bilang kalau gue pacar lo!" Suara Violetta meninggi, ia menekan setiap suku kata yang ia lontarkan. Matanya memerah, ia begitu merasa kesal hingga rasanya akan menangis. Namun, tentu saja Violetta menahan diri nya.

ia kemudian mendorong tubuh Zean hingga tubuh cowok itu terhuyung mundur, hampir menabrak Flora yang berdiri mematung di belakangnya, " Sana balik ke selingkuhan lo!" Kata Violetta dengan sengaja dan penuhh dengan sarkastik.

Violetta kemudian menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Ia berbalik dan menghampiri Arshanan yang masih bergeming, namun belum sempat ia melontarkan tanya, cowok itu sudah lebih dulu membuka mulutnya, "Gue gak apa-apa," katanya seolah tahu apa yang akan ditanya kan oleh cewek di depannya ini.

Zean berdiri dengan rahang mengantup rapat, tangannya pun mengepal erat di sisi tubuh dengan kepala yang menoleh arah lain, Zean terlihat sekali sedang menahan emosi nya yang mendidih di dada nya. Flora yang berdiri tak jauh darinya, perlahan mengulurkan tangan, menyentuh dengan lembut lengan Zean, " Zean," gumamnya dengan nada suara yang nyaris tidak terdengar, namun penuh ketulusan.

Dan tampaknya sentuhan Flora itu berhasil meluruhkan sedikit kekakuan di tubuh Zean. Perlahan, ia mengendurkan kepalan tangannya dan menoleh kepada Flora seraya menyunggingkan senyuman kecil yang hampir tidak terlihat. Meski wajahnya masih menyiratkan kekesalan, Zean menggenggam tangan Flora yang masih berada di lengannya, seolah ingin mengatakan pada Flora bahwa ia sudah lebih tenang.

Sejenak keheningan sempat mengisi atmosfir di sekitar mereka hingga suara gemeretak mengerikan terdengar dari salah satu sudut ruangan yang mana membuat ke-empat nya langsung menoleh spontan ke sumber suara dan dengan refleks menyoroti mengarahkan senter ponsel mereka hingga cahaya redupnya menembus kegelapan dan memperlihatkan sesosok tubuh yang bergerak pelan, kaku dan aneh.

Violetta lantas menutup mulutnya, tubuhnya merapat kepada Arshanan, sebab di bawah sorotan cahaya dari senter ponsel mereka, mereka bisa melihat supir pribadi keluarga Violetta yang sudah berubah menjadi zombie tampak berdiri di ambang pintu salah satu ruangan dengan tubuh yang tampak ringkih, kulitnya bahkan sudah berubah menjadi pucat kehijauan dan mata kosongnya bersinar mengerikan di bawah cahaya ponsel serta mulutnya yang terbuka lebar mengeluarkan suara geraman yang memekakan telinga, serta darah segar yang ada di sudut bibirnya seolah menjadi petanda bahwa ia telah menyerang seseorang sebelumnya.

Ke-empat remaja itu berdiri kaku di ruang tamu yang remang-remang, dimana dindingnya memantulkan bayangan menyeramkan dari cahaya senter ponsel mereka. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani bergerak, bahkan untuk menghela napas saja mereka rasanya takut akan menimbulkan suara yang akan menarik perhatian zombie itu. Seragam sekolah yang masih melekat di tubuh mereka terlihat lembab sempat diterpa sisa-sisa air hujan dan juga noda kotor. Masing-masing dari mereka menggenggam ponsel mereka yang senternya masih menyala dengan erat di tangan kanan, sementara tangan kiri mereka menggenggam tongkat baseball yang sudah siap untuk di gunakan kapan saja.

Arshanan yang memang sejak tadi berdiri di dekat Violetta yang bahkan masih terlihat agak bersembunyi di belakangnya, menoleh ke arah cewek itu untuk berbisik, " Kita harus pergi secepatnya dari sini," katanya.

Violetta yang masih terlihat pucat, mengigit bibir nya, matanya yang berair membalas tatapan Arshanan, ia terlihat begitu cemas, "Tapi keluarga gue....." Suara Violetta terdengar bergetar.

Namun, belum sempat ia menyelesaikan perkataannya, Arshanan sudah lebih dulu menyela dengan nada serius, "Gue ngerti perasaan lo. Tapi kita gak punya pilihan lain. Gue janji, kita bakal cari keluarga lo bareng-bareng, kiita bakal cari keluarga kita bareng-bareng, tapi hal pertama yang harus kita lakui saat ini adalah keluar dengan selamat dari tempat ini. Rumah lo bukan lagi tempat yang aman, dan gue yakin di rumah lo ini pasti bukan cuman ada sopir lo doang, tapi zombie lain pasti juga ada di sini."

Sementara itu, Zean yang berdiri di belakang mereka bersama Flora masih melemparkan tatapan kesal ke arah Arshanan, tapi ia menahan dirinya untuk tidak mengatakan apapun dan Flora di sisi nya, memeluk tongkat baseball nya erat-erat, menggigil ketakutan. Flora bahkan terlihat hampir menangis, tapi ia hanya bisa menundukan kepalanya, mencoba menyembunyikan perasaan takutnya.

Kali ini dari arah lain, terdengar suara gemeretak yang membuat ke-empatnya menoleh dengan refleks, senter ponsel mereka serempak mengarah ke sumber suara, kemudian suara geraman dari sopir Flora yang telah berubah menjadi Zombie terdengar lagi, membuat mereka kembali menoleh di ikutin dengan senter ponsel mereka. Kaki ke-empat remaja ittu refleks bergerak perlahan mengambil langkah mundur ketika melihat sopir itu mulai bergerak ke arah mereka dengan langkah terseret-seret, namun yang bikin ke-empat nya merasa lebih ngeri adalah adanya dua sosok zombie lainnya yang perlahan muncul dari bayangan gelap.

Flora hampir memekik, ia merasa sangat takut dan panik, tubuhnya bergerak lebih merapat pada Zean yang sudah mengambil ancang-ancang dengan tongkat baseball nya yang di genggam lebih erat, seolah ia bersiap untuk menghadapi ancaman yang ada di depan mereka.

"Kita harus bergerak cepat untuk keluar dari sini, " Dikte Arshanan dengan suara berbisik, "Tapi jangan membuat suara apapun. Kita harus bergerak dengan formasi gue di depan dan Zean di belakang, sementara kalian berdua, Violetta dan Flora berjalan di tengah."

Zean yang mendengar nya mau tidak mau setuju, ia mengesampingkan dahulu perasaan cemburu nya pada Arshanan.

Violetta awalnya tampak ragu, namun Arshanan berhasil meyakinkannya, " Percaya sama gue, kita bakal keluar dari sini dengan selamat."

Dan akhirnya mereka bergerak perlahan dan berusaha menjaga setiap langkah kaki mereka agar tidak menimbulkan suara sedikitpun. Jantung mereka berdegup kencang, hampir terasa bisa di dengar di tengah keheningan ketika zombie-zombie itu bergerak semakin dekat dengan geraman yang semakin jelas terdengar. Namun, syukurnya ke-empat remaja itu berhasil mencapai pintu depan tanpa insiden dan berhasil keluar dengan selamat.

1
Sadako
Kalau tidak update, penggemar setiamu bakal hilang nih
Gusti Raihan
ceritanya bikin ketagihan, keep up the good work thorr!
Isolde
Bahagia meluap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!