NovelToon NovelToon
Terpaksa Berjodoh

Terpaksa Berjodoh

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Mengubah Takdir
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Puji Lestari

Aqila Prameswari dan Qaila Prameswari adalah saudari kembar yang lahir dari pasangan suami istri Bayu Sucipto dan Anggi Yulia. Dua gadis cantik nan ramah ini menjadi buah bibir di sekolahnya, SMK Binusa, seakan tiap laki-laki memimpikan kedekatan dengannya.
Namun, walaupun penampilan mereka begitu sama, bak pinang dibelah dua, ada satu hal yang membedakan mereka: sifat mereka. Qaila Prameswari, adik kembar Aqila, memiliki karakter yang sangat berbeda dari kakaknya.
Bagai langit dan bumi, perbedaan sifat antara Aqila dan Qaila menjadi satu fenomena menarik di kalangan teman-teman sekolah mereka. Sementara Aqila dikenal sebagai sosok yang hangat dan penuh semangat, Qaila memiliki pesona misterius yang mengundang rasa penasaran dan takjub sekaligus.
Aqila, seorang gadis cantik yang telah memiliki kekasih, yaitu seorang mahasiswa di universitas terkemuka di kotanya. Sementara itu, Qaila - sang adik kembar, sama sekali tak tertarik berpacaran dan bahkan tak memiliki teman laki-laki.


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8

"Assalamualaikum, Ma!" salam Gavi yang baru saja pulang dengan wajah murung.

"Waalaikumsalam! Pulang kok cemberut, kenapa sih?" tanya Mama Hanum, heran melihat ekspresi wajah anaknya yang penuh masalah.

"Gak papa, Gavi cuma capek aja." balas Gavi sambil duduk di samping sang ibu, mencoba menutupi perasaan galau di hatinya.

"Tumben, biasanya banyak kegiatan di kampus aja kamu gak capek, Gav?" Tanya Mama Hanum makin curiga, mencium adanya sesuatu yang tersembunyi. Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka.

"Assalamualaikum!" salam Qaila yang baru saja sampai di rumah, mengusik keheningan di antara mereka.

"Waalaikumsalam!" balas Mama Hanum dan Gavi bersamaan. Qaila segera menyalami tangan Mama Hanum, lalu beralih kepada Gavi, sang suami. Meski ada beban yang menyiksanya di hati, Qaila harus tetap menunjukkan sikap hormat di hadapan ibu mertua tercinta.

Tak ada yang tahu betapa beratnya perasaan mereka berdua dalam menghadapi cobaan yang sedang mengepung rumah tangga ini.

"Kalian ke kamar sana, bersih-bersih dulu lalu istirahat. Pulang-pulang kok mukanya lemes semua," ucap Mama Hanum.

"Ya, sudah aku ke kamar dulu, ya, Ma!" pamit Qaila sebelum melaju ke kamarnya, dengan harapan suaminya tak menyusul ke kamar juga.

"Gavi juga, Ma!" ucap Gavi, langsung menyusul Qaila.

"Dasar anak muda!" Mama Hanum menggumam, mengejek dengan senyum.

Setibanya di kamar, Qaila langsung masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya rapat-rapat. Ia segera menghidupkan kran air, ingin mengusir penat dengan mandi air hangat.

Di luar, Gavi yang baru saja masuk kamar dan tak melihat keberadaan istrinya itu bisa menebak kalau Qaila sedang berada di kamar mandi.

"Akhhh!" desah Gavi sambil merebahkan tubuhnya di ranjang, kelelahan usai hari yang panjang dan melelahkan.

Pikirannya seketika melayang pada Qaila yang barusan saja ia lihat menangis histeris. Kenangan akan tangis tersedu itu menggugah rasa bersalah dalam hati Gavi.

Entah mengapa, Gavi merasa gegabah menyetujui perjodohan yang tak ia dambakan ini. Rasa cintanya pada Aqila belum juga usai, namun kini ia harus memulai lembaran baru dengan seseorang yang lain, yakni adik kembar Aqila.

Setelah dengan berat hati memutuskan hubungannya dengan Aqila di hadapan orangtua mereka, perasaan Gavi kian terombang-ambing. Hatinya luluh lantak, dan pikirannya serasa tertimbun kabut tebal.

Tenggelam dalam lamunannya, Gavi tidak menyadari bahwa Qaila telah keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan handuk yang melilit tubuhnya.

"Loh, kok gak ada?" gumam Qaila ketika mencari pakaian dalamnya di dalam koper. Ia mengacak-acak isinya, hingga seluruh pakaian berserakan.

Qaila teringat bahwa tadi pagi ia masih menemukan pakaian dalam itu di koper yang sama. Kehilangan itu menambah kekacauan di benaknya, seolah seluruh dunia ini berubah dalam sekejap sejak perjodohan itu dijalin.

Gavi yang mendengar suara berisik pun langsung mendudukan tubuh nya, tatapan nya langsung tertuju kearah qaila yang masih berdiri menggunakan handuk putih milik nya.

Glek!

Gavi menelan ludahnya dengan susah payah; ini adalah pengalaman pertamanya melihat lawan jenis tanpa busana secara langsung.

"Cari apa?" tanya Gavi dengan suara datar, mencoba menyembunyikan perasaan canggung yang membuncah di dalam dirinya.

"Tutup mata lo!" teriak Qaila dengan mata melotot, segera membalikkan badannya agar Gavi tidak bisa melihat pemandangan yang membuatnya malu.

"Ck! Lo ganggu gue!" ucap Gavi kesal, merasa bahwa keberadaan Qaila di kamar pribadinya sudah sangat mengganggu ketenangannya.

"Lo ngapain ke sini? Stop di situ!" ucap Qaila panik, khawatir jika Gavi semakin mendekat dan menemukan barang yang sedang ia cari.

"Cih!" dengus Gavi malas, lalu berkata, "Lo udah bikin kamar gue berantakan!" Dia melihat sekeliling, kesal dengan keadaan kamar yang kini tampak seperti kapal pecah.

Qaila membalas dengan nada frustasi, "Ck! Gue itu lagi nyari barang penting gue!"

"Di rumah gue gak mungkin ada maling, lo gak usah nyari perkara." balas Gavi, merasa seolah Qaila tidak mempercayai keamanan rumahnya.

"Tapi buktinya barang gue gak ada!" ucap Qaila, masih belum menyerah dan terus berusaha meyakinkan Gavi.

"Seberharga apa sih barang lo itu, hah?" tanya Gavi penasaran, lalu mulai mendekat ke arah Qaila untuk memunguti pakaian yang tercecer di lantai.

Qaila segera berteriak, "Stop! Gak usah pegang-pegang baju gue!" dan berusaha menghalangi Gavi.

Mereka terlihat seperti sepasang kucing dan anjing yang tengah bertengkar di kamar yang kacau balau.

"Gak usah GR! Gue cuma mau bantu." Balas Gavi, wajahnya terlihat kesal.

"Udah gue cari, dan itu nggak ada di situ!" Qaila bersikeras, tangannya memegang erat handuk yang melilit tubuhnya.

Wajahnya merah padam, seolah merasa begitu direndahkan. Gavi terdiam sejenak, mencoba mencerna situasi.

"Mungkin pakaian Qaila sudah dibereskan oleh bibi?" pikir Gavi dalam hati. Dia lantas berdiri dan membuka lemari pakaiannya, matanya menyelidik apa yang tak wajar di dalam lemari itu.

Tak disangka, tatapan mata Gavi melebar ketika ia menemukan benda tersebut untuk pertama kalinya.

"Lo cari ini?" Ucap Gavi, seraya mengangkat benda yang menyerupai kacamata berwarna merah menyala itu, tepat di hadapan Qaila.

Tidak bisa dipungkiri, Gavi merasa terkejut dan penasaran dengan temuannya. Qaila yang melihat barang berharga-nya dipegang oleh Gavi, seolah dicemooh, langsung membulatkan kedua matanya.

"Gak usah pegang-pegang!" Teriak Qaila marah, menarik benda merah itu dari tangan Gavi. Amarahnya meluap, membuat darahnya seakan mendidih.

"Ck! Kecil banget sih!" Cicit Gavi dengan sinis, sambil melangkah pergi dari sana.

Dia tak bisa menahan rasa kesal dan penasarannya, merasa terintimidasi oleh sikap Qaila yang over-possessive.

Mendengar gumaman Gavi yang terdengar jelas di telinga-nya, membuat wajah Qaila semakin memerah. Seolah segenap emosi dalam dirinya bercampur aduk: marah, malu, dan terluka.

"Kenapa dia berperilaku seperti ini?" keluh Qaila dalam hati, seraya menghela napas yang terasa berat.

"Lo ngomong apa barusan!" Qaila menghembuskan nafasnya kasar, matanya melotot penuh amarah.

"A-apa?" Gavi tergagap, terkejut melihat Qaila sudah berada di hadapannya.

"Maksud lo apa bilang punya gue kecil?" ucap Qaila dengan nada tinggi, berkecak pinggang.

"Lah, emang kecil kan? Lihat aja ukuran punya lo, gak ada setapak tangan gue gedenya," sahut Gavi, terkekeh sinis.

"Sialan!" geram Qaila.

"Punya lo juga belum tentu gede!" Balas Qaila.

"Mau liat? Atau mau pegang? Buat mastiin punya gue gede apa kecil!" Gavi memprovokasi, membuat Qaila mendelik tajam.

"Najisss!" pekik Qaila, lalu membalik badannya.

Namun, belum sempat ia menjauh, tangan besar Gavi lebih dulu menarik tubuh ramping Qaila ke arahnya, membuat Qaila yang tidak siap langsung terjatuh menimpa tubuh Gavi.

Brukkkk!

Handuk yang melilit tubuh Qaila terlepas di bagian atasnya, membuat Gavi yang berada di bawah tubuh Qaila bisa melihat jelas 'benda' yang dirinya hina sebagai kecil tadi.

Qaila merasa malu, marah, dan tak tahu harus berbuat apa di saat yang sulit seperti ini. Kehormatannya tercoreng, hatinya patah.

Gavi terpaku, menyadari bahwa ucapan pedasnya telah melukai hati Qaila. Tapi yang satu ini lebih membuatnya lebih terpaku.

Sementara itu, Qaila menatap tajam ke arah Gavi, bersiap-siap untuk melepaskan protes dan sumpah serapah yang menggelegak di dadanya.

"Coba rasain?" ujar Gavi dengan nada yang terdengar ambigu bagi Qaila.

"Apa?" tanya Qaila bingung.

Gavi lalu menggerakkan sesuatu yang tiba-tiba "bangun" itu, membuat Qaila tersadar dan segera beranjak dari tubuh Gavi.

Namun, nasib malang menimpa Qaila saat handuk yang ia gunakan terjebak pada resleting celana Gavi, membuat seluruh tubuhnya terpampang nyata di depan Gavi.

Terbelalak, Gavi menatap tubuh Qaila yang tersingkap. Panik, Qaila langsung menutup mata Gavi menggunakan kedua tangannya.

"Dasar mesum!" teriak Qaila, wajahnya memerah menahan malu yang membuak.

"Tutup mata lo!" bentak Qaila. Refleks, Gavi mencoba menjauhkan tangan Qaila dari wajahnya. Namun, tangannya justru malah menyentuh sesuatu yang membuat Qaila berteriak histeris dan marah. Pada saat itulah, emosi keduanya mencapai puncaknya dalam pertarungan batin yang penuh gejolak, di mana hasrat bertabrakan dengan rasa malu dan kemarahan.

°°°°°

Saat makan malam tiba, Qaila masih menundukkan kepalanya, tak sanggup menatap Gavi. Malu yang dirasakan seperti menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Qaila sakit?" tanya Mama Hanum, khawatir melihat wajah pucat Qaila.

"Eh, enggak, Ma!" balas Qaila sambil tersenyum canggung, berusaha menutupi rasa cemas di dadanya.

Gavi, yang melihat semua itu, pun berusaha acuh, berkeinginan untuk melupakan kejadian memalukan tadi. Kepalanya benjol karena lemparan remot AC dari Qaila.

Dia sangat kesal, terpaksa mandi air dingin dan mengompres jidatnya yang memar. Mama Hanum mencium ketegangan yang terjadi antara mereka, lalu berkata,

"Kalian kan sudah menikah, kalau berantem, jangan sampai saling melempar benda gitu dong." Qaila dan Gavi pun saling pandang, wajah mereka memerah, menyesali sikap mereka tadi.

1
Itha Fitra
emang apa yg mreka lakukan smpai di liat qaila
Itha Fitra
tuh kn,rugi kmu aqila..pacar kamu malah berjodoh ama kembaran mu. knp gk ktemu aja dlu,bru ambil keputusan buat kabur atau gk
Itha Fitra
ktemu aja dlu,baru tau jawaban ny.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!