Dewasa🌶🌶🌶
"Apa? Pacaran sama Om? Nggak mau, ah! Aku sukanya sama anak Om, bukan bapaknya!"
—Violet Diyanara Shantika—
"Kalau kamu pacaran sama saya, kamu bakalan bisa dapetin anak saya juga, plus semua harta yang saya miliki,"
—William Alexander Grayson—
*
*
Niat hati kasih air jampi-jampi biar anaknya kepelet, eh malah bapaknya yang mepet!
Begitulah nasib Violet, mahasiswi yang jatuh cinta diam-diam pada Evander William Grayson, sang kakak tingkat ganteng nan populer. Setelah bertahun-tahun cintanya tak berbalas, Violet memutuskan mengambil jalan pintas, yaitu dengan membeli air jampi-jampi dari internet!
Sialnya, bukan Evan yang meminum air itu, melainkan malah bapaknya, William, si duda hot yang kaya raya!
Kini William tak hanya tergila-gila pada Violet, tapi juga ngotot menjadikannya pacar!
Violet pun dihadapkan dengan dua pilihan: Tetap berusaha mengejar cinta Evan, atau menyerah pada pesona sang duda hot?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Janji
"Kamu sadar nggak sih sama omongan kamu sendiri?" William menatap gadis di depannya dengan heran, merasa tak habis pikir.
"Sadar kok," jawab Violet mantap.
"Kamu tahu kan kalau sekarang saya masih jatuh cinta sama kamu meskipun itu bukan keinginan saya sendiri?"
"Tahu," Violet menjawab tanpa ragu.
"Dan kamu malah mau minta saya buat nyomblangin kamu ke pria lain, yang tidak lain dan tidak bukan adalah anak saya sendiri?!"
"Iya," Violet mengangguk tanpa dosa. "Apa salahnya itu?"
"Kamu masih tanya apa salahnya? Astaga!" William menggeleng-gelengkan kepalanya, sudah tidak bisa mengerti lagi bagaimana jalan pikiran gadis itu.
Violet menghela napas panjang. "Om, aku tuh sudah memikirkan ini semalaman, dan menurutku ini adalah rencana yang sempurna." Katanya sok diplomatis. "Justru karena sekarang Om masih jatuh cinta sama aku akibat pengaruh air jampi-jampi itu, jadi aku manfaatin Om buat bikin aku deket sama Kak Evan. Karena kalau nanti Om sudah sadar, belum tentu Om bakal mau merestui aku!"
"Sekarang pun saya nggak mau merestui kamu, kali..."
"Ayolah, Om! Aku benar-benar putus asa karena nggak bisa dapetin Kak Evan selama ini. Kita coba dulu deh sampai obat penawar Om datang. Kalau sampai saat itu Kak Evan tetap nggak suka sama aku, aku akan menyerah!" Violet berkata dengan menggebu-gebu.
"Nggak!" William menggeleng tegas.
"Ish, ayolah Om... Please..." Violet tampaknya sudah tahu kelemahan William. Ia bergelayut manja di lengan pria itu dan menatapnya dengan tatapan memelas. William berusaha mengalihkan pandangannya, tapi Violet malah menahan wajahnya dengan kedua tangan hingga tatapan mereka bertemu.
"Om, aku mohon, ya? Please..."
William menelan ludah. Tatapan Violet benar-benar memikat, seolah menyeret William ke dalam lubang hitam penuh pesona. Seperti tersihir, ia pun mengangguk.
"Yes!" Violet bersorak kegirangan.
William langsung tersadar. "Heh, tunggu, tunggu! Yang tadi itu nggak sah! Kamu sengaja memanfaatkan saya saat masih terpengaruh air jampi-jampi itu!"
"Terserah, yang penting Om sudah setuju! Nggak bisa dibatalin, titik!"
...----------------...
Om, aku udah di depan kantor Om nih!
William sedang ada di tengah rapat ketika notifikasi pesan dari Violet muncul di layar ponselnya. Ia hanya melirik sekilas dan memilih untuk tidak membukanya. Fokusnya kembali ke pembicaraan dengan seorang kolega dari perusahaan Jepang yang tengah membutuhkan jasa perusahaannya.
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama.
Ting! Ting! Ting!
Notifikasi dari Violet terus berdatangan, merusak konsentrasinya.
P P P P P Om! Ayo! Om udah janji loh!
William menghela napas panjang. Gadis bawel ini...
"Sepertinya Anda sedang ditunggu oleh klien penting," ujar perwakilan perusahaan Jepang itu sambil melirik ponsel William.
"Ah, iya... begitu..." William tersenyum kecut. Sebenarnya tidak sepenting itu sih, tapi bisa-bisa Violet akan terus menerornya sepanjang hari jika tidak segera dibalas.
"Kalau begitu, lebih baik kita akhiri saja meeting hari ini," ucap perwakilan Jepang itu, ia berdiri dan menjabat tangan William. "Senang bekerja sama dengan Anda, Tuan William."
"Begitu juga dengan saya, Tuan Hanamichi," balas William sambil tersenyum canggung.
William lalu mengantar Hanamichi hingga ke depan gedung, dan selama itu pula ponselnya terus bergetar akibat rentetan pesan dan telepon dari Violet. Namun William memilih untuk mengabaikannya dan fokus mengantar kepergian Hanamichi. Saat mobil Hanamichi berlalu, William dan sekretarisnya menundukkan kepala, memberi hormat ala Jepang.
Tapi begitu William mendongak, matanya langsung menangkap sosok Violet yang melangkah mendekat dengan wajah bersungut-sungut.
"Om!" teriak Violet dari ujung sana. "Kenapa sih WA aku nggak dibalas?!"
William buru-buru memalingkan muka, pura-pura tidak melihat, dan segera berbalik menuju pintu masuk kantor.
"Om William!"
Suara nyaring itu memaksanya berhenti melangkah. Sial, batin William kesal.
"Ooooom! Jangan kabur Ooooom!" Violet berteriak-teriak sambil menunjuk William dengan dramatis.
Sekretaris William yang memperhatikan kejadian itu mengernyitkan dahi heran. "Pak, siapa gadis itu? Apa Bapak mengenalnya?"
"Eh... itu..." William sedikit ragu sebelum menjawab, "Keponakan ku."
"Keponakan?" Sekretarisnya mengangkat alis. Sepanjang yang ia tahu, seluruh keluarga besar William tinggal di Amerika. Lagi pula, wajah gadis itu terlihat sangat lokal. Jadi, dia keponakan William dari pihak siapa?
"Hah... Hah... Om, kenapa sih aku panggil dari tadi nggak noleh?" Begitu sampai di depan William, Violet langsung mengomel panjang lebar dengan napas terengah-engah. "Tau nggak sih, aku udah kirim chat dan telepon sampai dua puluh kali! Tapi nggak ada satu pun yang Om angkat! Om nggak lupa sama janji Om sendiri, kan?"
William mendengus kesal. Ia ingin menjawab, tapi segera menyadari kalau mereka saat ini sedang menjadi pusat perhatian di depan gedung. "Astaga, kamu itu bawel sekali..." gerutunya sambil menarik tangan Violet, menyeretnya menjauh.
"Om! Kok narik-narik aku sih!"
"Hush! Diam! Kamu mau pergi apa nggak?"
"Mau lah, Om!"
"Ya sudah, ayo!" tukas William sebal sambil terus menariknya menuju mobil. Sebelum masuk, ia sempat menoleh ke sekretarisnya. "Aku akan keluar sebentar, kalau ada yang mendesak, telepon aku. Pastikan semua laporan keuangan untuk rapat sore ini sudah siap."
"Siap, Pak," kata sang sekretaris sambil mengangguk, meski tampaknya masih banyak pertanyaan di kepalanya soal gadis yang bersama bosnya itu.
...----------------...
Beberapa saat kemudian, mobil William berhenti di depan sebuah restoran mewah. Violet turun dan menatap sekeliling dengan heran.
"Om, kita ngapain ke sini?"
William memutar bola matanya kesal. "Purple, tadi kamu minta apa ke saya?"
Violet berpikir sejenak. "Ketemu Kak Evan."
"Ya udah, ayo!" tukas William sambil melangkah masuk lebih dulu. Wajah Violet langsung berbinar.
"Jadi Kak Evan ada di sana? Ya ampun, aku jadi deg-degan!" Violet histeris sendiri. Ia buru-buru menyusul William dan mencegatnya. "Om, Om! Coba lihat sini, aku masih kelihatan cantik, kan?"
William menghentikan langkahnya, menatap Violet dari ujung kepala hingga kaki. Hari ini, gadis itu mengenakan atasan Sabrina yang dipadukan dengan rok mini. Wajahnya dipoles sedemikian rupa, sehingga tampak lebih cantik dari biasanya.
Huh, jadi dia dandan secantik ini cuma buat ketemu anakku? Ngeselin banget.
"Om!" Violet melambaikan tangan di depan wajah William. "Kok malah bengong sih? Jawab dong! Aku cantik, kan?"
"Menor," jawab William singkat. "Kayak biduan."
"Apa?!" Violet terbelalak. "Ih, Om! Yang bener dong! Dasar Om-Om nyebelin!" gerutunya kesal, mengejar William yang sudah lebih dulu masuk ke restoran.
Sebelumnya, author mau ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa bagi para pembaca yang muslim 🥰🙏
Terus.. untuk menjaga kekhusyukan para pembaca dalam beribadah, mulai besok bab selanjutnya akan update setelah buka puasa. Jadi tenang aja, meskipun ada adegan plus plusnya, ga akan bikin batal 🤭
Terimakasih atas perhatian nya...
Dukung terus karya ini dengan kasih like, komen, gift, subscribe, dan lain-lain.
Terimakasih! ❤