Jatuh cinta pada pandangan pertama ? siapa yang percaya ?
Ziva bersyukur bisa terlepas dari mantan toxicnya atas bantuan Arshaka, tapi suatu ketika karena mantan toxicnya juga hubungan yang sedang mereka jalin harus berakhir.
Setelah kejadian buruk itu Ziva jadi trauma berat. Dan semakin berat pula hidupnya karena hubungannya dengan Arshaka berakhir di waktu yang sama.
Satu tahun terlewati tanpa saling berkomunikasi, mereka tidak sengaja di pertemukan lagi.
Akankah cinta yang selama ini Ziva jaga dan tertanam untuk Arshaka harus dia perjuangkan atau harus dia relakan ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyiem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8.
Srek..
“Kenapa belum pulang ?”
Ziva melirik sekilas siapa yang menarik kursi di depannya itu.
“Dendam banget kayanya” ucap Arshaka lagi
“Bapak ada masalah apa sih sama saya ?”
“Kenapa ?”
“Ya masa saya dapat peringatan pertama saya di hari pertama training gara-gara gak pakai ID card ? padahal kan itu gara-gara bapak juga”
Bersyukur hanya ada 2 meja yang terisi dan jaraknya cukup jauh dari meja Ziva.
Bukannya minta maaf, Arshaka malah terkekeh tanpa dosa.
“Kamu gak dapat peringatan, Ziva, saya kirimnya via email ke masing-masing divisi dan gak ada nama kamu disana”
Ziva diam saja dengan tatapan datar menatap Arshaka.
“Kenapa ? kamu gak percaya ?”
“Sejak kapan bapak bisa dipercaya ?”
“Saya gak bohong”
“Hem”
“Kamu belum pulang mikirin itu ?”
“Gak”
“Terus ?”
“Jam segini masih macet”
“Bawa motor kan ?”
“Gak”
“Emang rumah kamu dimana sih sampai bela-belain tunda pulang karena macet ?”
“Bapak mau modus apa lagi sama saya ?”
Kali ini Arshaka tertawa mendengar kecurigaan Ziva. Sangat sangat jarang sekali pria itu tertawa.
“Kamu berharap saya antar pulang ?”
“Gak ada yang berharap pak, emang bapaknya aja yang modus”
“Gak habis pikir saya”
“Harusnya saya yang bilang begitu”
“Hem.. nunggu dijemput pacar kamu ?”
“Gak”
“Terus naik apa ?”
“Naik busway”
“Oh, ke arah mana ?”
“Ke- .. haish, si bapak ini benar-benar ya” gerutu Ziva
“Kenapa lagi ?” tanya Arshaka mengulum senyumnya
“Selain pintar modus ternyata bapak pintar mancing juga”
“Mancing apa lagi coba ?”
“Mancing keributan” ketus Ziva
Tring.. tring..
Ziva menggeser tombol hijau di layar ponselnya saat melihat Bianca meneleponnya.
“Hem ?”
“Lo dimana ? masih di hotel ?”
“Iya.. hujan ya Bi ?” tanyanya balik saat mendengar derasnya hujan turun
“Iya, deras banget Zi, gue sampai batalin ke abang ojolnya, kasihan gue gak tega ujan deras begini”
“Tumben lo punya hati nurani”
“Sialan lo !”
“Lo dimana ?”
“Nah itu, untungnya gue berhenti pas dekat Ricis, jadilah gue berteduh disini sambil makan ayam viral yang seekor itu”
“Ck, paling yang dimakan sepotong doang, lo kan lapar mata”
“Makanya lo kesini aja, gue tungguin deh”
“Terus gue kesananya hujan-hujanan ? gitu ?”
“Ya gak gitu juga, naik taksi online gitu loh Zi”
“Kalo gue naik taksi online, mending gue turun di rumah gue daripada ketemu lo”
“Gak ada kasihannya lo sama gue”
“Gak, ya udah nanti kabarin kalau udah reda”
Tuuttt..
“Bapak gak pulang ?”
Sedari tadi pria itu masih setia duduk di depannya sembari sesekali meneguk es kopi botolan yang dibelinya tadi.
“Kan hujan”
“Cowok masa takut air hujan” sindir Ziva
“Gak takut, kan saya bawa mobil”
Ziva mangut saja dengan mulutnya yang membentuk huruf “o”.
“Terus bapak nungguin apa ? kan gak kehujanan ?”
“Nunggu gak macet”
“Modus apa lagi pak ?!”
Lagi-lagi Arshaka terkekeh mendengar terkaan Ziva.
Sepertinya hari ini adalah hari dimana dia lebih banyak menunjukkan tawanya.
“Kamu pikir enak mengemudi pas lagi hujan terus macet ? pegal Ziva”
“Oh gitu”
Tring.. tring..
Kembali Ziva menggeser tombol hijau di ponselnya.
“Apa lagi sih Bi ?”
“Si kikil, Zi ! dia disini sama cewek”
“Se-Serius ?”
“Mana pernah gue bercanda perkara si kikil sih ?!”
“Ceweknya masih sama ?”
“Sama, si rambut pirang itu”
“Oh, ya udah, thanks”
Tuutt..
“Kenapa ? tiba-tiba sedih gitu ?” tanya Arshaka
“Saya duluan ya pak, makasih udah temanin saya disini”
Grep !
Arshaka langsung mencekal tangan Ziva sebelum gadis itu bangun.
“Kenapa ? ayo saya antar”
Ziva menggeleng pelan, “gak usah pak, makasih, saya gak langsung pulang juga”
“Kemana aja saya antar, gimana ?”
“Pak”
“Saya gak akan macam-macam sama kamu, Ziva”
Memang tidak ada kebohongan di wajah Arshaka, namun masalahnya ada di Ziva sendiri. Karena dia sendiri bingung mau ke mana saat hujan deras begini dan dalam perasaan yang buruk.
“Kali ini percaya sama saya”
Baru juga Ziva menghela nafas pelan, Arshaka sudah beranjak bangun.
“Saya ambil mobil dulu ya”
“Loh ?”
“Kamu tunggu di luar aja, kalau ikut ke parkiran nanti kamu kehujanan juga”
“Tapi-"
“Jangan kabur ya”
Pria itu sempat menghadiahinya senyum manis yang baru pertama kali Ziva lihat sebelum pergi.
Kenapa ya ?
..