Hubungan asmaranya tak seindah kehidupannya. Hatinya sudah mati rasa karena selalu dipermainkan oleh para pria. Namun, seorang pria yang baru pertama kali ia jumpai malah membuat hatinya berdebar. Akankah Violet membuka hatinya kembali?
Sayangnya pria yang membuat hatinya berdebar itu ternyata adalah pria yang menyebalkan dan kurang ajar. Gelar 'berwibawa' tidaklah mencerminkan kepribadian si pria ketika bersamanya.
"Kau hanyalah gadis manja, jangan coba-coba untuk membuatku kesal atau kau akan tau akibatnya." — Atlas Brixton Forrester.
****
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
...Sebelum membaca wajib LIKE! ☺️...
...***...
Semua orang sudah duduk di kursi meja makan yang sangat mewah bak di istana kerajaan. Para pelayan berbondong-bondong menyajikan banyak makanan dan camilan.
"Di mana Bibi Birdie?" tanya Daxton pada Arrow yang duduk di sampingnya. Birdie adalah nama nenek Atlas.
"Ibu sedang tidak enak badan, jadi dia istirahat di kamar saja," jawab Arrow.
"Oh, benarkah?"
"Ya. Tidak apa-apa, dia sudah makan malam, kau tak perlu takut." Arrow tertawa kecil.
"Mom, aku ingin pulang..." Violet berbisik pada Rachel.
"Bicara apa kau ini! Kita bahkan baru duduk!" desis Rachel.
"Sambil menunggu makan malam tiba, silahkan nikmati camilan sederhana yang kami sajikan," ucap Beatrice (Ibu Atlas). Dia duduk di depan Rachel.
"Ah, terimakasih, Nyonya," balas Rachel. Sedangkan Violet hanya tersenyum canggung.
Beatrice tersenyum, pandangannya beralih menatap Violet. Violet yang di tatap seperti itu pun tersenyum canggung, dia menyelipkan anak rambutnya dengan gerakan canggung pula.
"Apa dia putri kandungmu itu?" tanya Beatrice pada Rachel.
Rachel mengangguk, senyumnya semakin lebar. "Iya, Nyonya."
"Sudah ku bilang, jangan panggil aku dengan sebutan seperti itu." Beatrice terkekeh kecil.
"Tidak bisa, Nyonya. Maaf..."
Jujur saja, Beatrice sangat cantik meskipun sudah tua, sikapnya juga sopan dan anggun, berbeda dengan sikap anaknya yang terkesan menyebalkan. Lagi-lagi Violet berdecih dalam hati saat mengingat sikap Atlas padanya.
Setelah lama berbincang-bincang, akhirnya mereka semua makan malam bersama. Tidak ada percakapan panjang, karena semua orang fokus makan.
Diam-diam mata Violet menatap keluarga Atlas yang ada di sana. Semuanya tampan dan terlihat berwibawa dengan ciri khas masing-masing. Violet merasa sedang berada di tengah-tengah keluarga kerajaan sekarang.
Hingga tiba-tiba, matanya reflek melihat ke arah Atlas yang sialnya pria itu juga menatapnya. Langsung saja Violet kembali menatap piring di depannya, menghindari tatapan Atlas.
Dia pikir dia keren? Batin gadis itu.
Beberapa menit kemudian, semuanya telah selesai makan malam. Orang-orang juga berpencar, ada yang ke belakang rumah dan juga ada yang ke ruang tamu untuk mengobrol dengan Daxton, khususnya orang tua Atlas, Jaxon, Atlas dan Arrow.
"Putrimu sudah dewasa ternyata. Lama sekali kita tidak bertemu," ucap Davidson sembari menatap Daxton.
Daxton berteman dengan Arrow, tentu saja Davidson juga mengenal teman adiknya tersebut, bahkan dulu mereka sering bermain billiard bersama.
Davidson tersenyum tipis, "Ya, tak terasa, waktu cepat berlalu," katanya.
"Lalu, bagaimana perjanjian kita beberapa tahun lalu? Apakah masih berlaku?" tanya Davidson.
Daxton melirik Violet sebentar, lalu kembali menatap David. "Ya, tentu."
David tersenyum tipis. Dia melirik kedua putranya masih dengan tersenyum.
Violet mulai merasa tidak nyaman, apalagi ketika daddy nya meliriknya seperti tadi. Apakah ada sesuatu?
"Bagus kalau begitu. Kedua putraku sudah terlalu tua. Mereka harus segera menikah." Ucapan Davidson membuat Violet semakin panas dingin, dia melirik mommy nya yang malah mengangguk singkat. Apa maksudnya?
"Mom—"
"Violetta." Daxton memanggil nama Violet, dan otomatis Violet tidak jadi bicara.
"Ya, Daddy?" tanya gadis itu.
"Biar aku saja yang bicara." David segera menyahut. Pria itu menatap Violet dengan tatapan intens.
"Malam ini bukan hanya pertemuan biasa, Nak. Aku yang mengundang daddy mu datang kemari untuk membicarakan perjodohan kau dan anakku," jelas David.
Deg!
Benar apa yang dia duga. Violet meremas dress nya dengan erat. Matanya menatap lurus ke arah Davidson tanpa rasa takut.
"Maksudnya apa? Saya belum mau menikah, Tuan," jawab Violet dengan sopan. Meski hatinya sudah ingin berkata kasar, dia mencoba sesopan mungkin.
"Aku yang meminta daddy mu agar tidak mengatakan perjodohan ini padamu. Aku tau perasaanmu, tapi, hanya putri Daxton lah yang bisa aku percayai. Wanita di luar sana tidak dapat ku percayai untuk menjadi istri anakku." Davidson berbicara begitu lembut agar Violet tidak terpancing emosi.
Hening beberapa saat. Semua mata tertuju pada Violet. Rachel mengelus tangan putrinya.
Ini gila! Batin Violet berteriak.
"Apa kau mau menikah dengan Atlas, Violetta?"
Pertanyaan yang dilontarkan Davidson membuat Violet bingung. Tentu dia akan menolak, tapi dia tidak mau kedua orangtuanya kecewa. Meski saat dirumah dia terkesan tak peduli dengan apa yang dikatakan orangtuanya mengenai 'ingin memiliki menantu seperti Atlas Forrester', Violet tetap bisa melihat harapan itu di mata mereka.
"Violetta." Daxton kembali memanggilnya.
Violet menoleh ke arah Daxton, dan dia melihat daddy nya mengangguk pelan, begitu juga dengan mommy nya.
"Tidak apa-apa, jangan dipaksa jika dia tidak mau," ucap Davidson, dia tersenyum tipis, tapi sorot matanya sangat berharap Violet mengatakan 'mau'.
Atlas menatap datar gadis itu. Dia duduk begitu santai karena memang dialah yang akan dijodohkan oleh orangtuanya. Atlas sudah tau semuanya, jauh sebelum dia bertemu dengan Violet.
"Bagaimana, Nak?" Beatrice bertanya dengan nada lembut nan anggun.
Violet menatap semua orang dengan tatapan gugup. Lagi, dia menatap kedua orangtuanya yang juga berharap padanya.
Selama ini mereka tidak pernah meminta apapun padanya, apakah Violet harus mengabulkan permintaan mereka untuk kali ini?
3 detik kemudian, Violet mengangguk kaku. Dia menatap Davidson dan berkata, "Saya mau menikah dengan anak anda, Tuan..."
Semuanya tersenyum lega kecuali Violet, Jaxon dan Atlas.
"Syukurlah. Tidak apa-apa jika kalian belum saling mencintai, seiringnya waktu, cinta itu pasti akan tumbuh," celetuk Arrow yang disetujui para orang tua.
Kenapa dia diam saja? Bukankah dia tidak suka padaku? Harusnya dia berteriak menolak perjodohan ini! Batin Violet sembari menatap Atlas.
"Baiklah. Kalian akan bertunangan, tidak langsung menikah. Kalian bisa pendekatan lebih dulu," ucap Davidson membuat Violet mengangguk kaku.
"Putri mommy semakin cantik kalau seperti ini," bisik Rachel. Dalam hati, Violet berdecak saat mendengar pujian itu.
"Kalian akan bertunangan pada hari Kamis depan. Persiapkan dirimu, Violetta," kata David. Lagi-lagi Violet mengangguk.
"Jangan membuat calon istrimu kesal, Atlas. Daddy tidak segan-segan menghukummu jika kau melakukan itu lagi." David menatap anaknya penuh peringatan.
"Ya."
What the?! Jadi mereka tau kalau si Atlas selalu membuatku kesal?! Batin Violet. Dia menunduk dan memejamkan matanya dengan erat. Dia malu! Mengingat keluarga Atlas lebih berkuasa, pasti mereka bisa mendapatkan informasi apapun.
"Ajaklah Violet ke taman, Nak. Kalian harus bicara dengan kepala dingin," ujar Beatrice pada Atlas.
"Ikutlah dengan Atlas." Rachel ikut-ikutan menyuruh Violet.
Terpaksa kedua manusia itu berdiri dari duduknya dan segera menuju taman belakang mansion. Violet berjalan di belakang Atlas dengan ragu. Berada di situasi seperti ini membuatnya tidak bisa mengomel. Mereka mendadak sama-sama canggung, ah, atau hanya Violet saja yang canggung?
Atlas duduk di sebuah bangku taman berwarna putih, Violet pun segera duduk di sampingnya.
30 detik mereka hanya saling diam, menatap air mancur kecil di depan sana.
"Kau tidak terkejut, artinya kau sudah tau tentang perjodohan itu, kan?" tanya Violet memecahkan keheningan.
"Hm."
Lihat, pria itu tidak seperti sebelumnya yang selalu terlihat mengesalkan.
Violet berdecak sebal.
"Seharusnya kau menolak!" kata gadis itu.
"Aku tidak pernah membantah ucapan orangtuaku," balas Atlas membuat Violet terdiam. Sangat berbeda dengannya yang sering membantah orangtuanya.
Atlas menatap Violet yang menunduk memainkan jari-jarinya lentiknya.
"Aku memang bukan pria baik di matamu, tapi kau bisa percaya padaku, aku tidak akan main-main dengan perjodohan ini," ucap Atlas. Dia dan Violet adalah korban keegoisan orang tua mereka. Jadi, tidak ada gunanya untuk saling menyalahkan.
Mereka berdua saling menatap. Selama ini, tatapan teduh itu tidak pernah Violet temui dalam diri Atlas.
"Ya..." Hanya itu yang keluar dari mulut Violet.
Menikah karena perjodohan, semoga hubungan mereka baik-baik saja kedepannya.
***
Dijodohin deh🤪
kalau ky gitu mlah mirip binaragawan