Dasar dari sebuah pernikahan adalah kejujuran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pramita rosiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Kakak!!" ucap Arumi sambil memeluk Bintara dan menangis di pelukannya, hal yang sama seperti satu tahun yang lalu ketika Bintara memeluk adik kecilnya itu ketika dia menangis.
"Kakak,,,"
"Ada apa ini??" Suara mengejutkan dari luar yang membuat semua orang di ruangan itu menjadi diam seketika
"Aku tanya ada apa ini??"
"Ibu,,, kamu ada disini??" Ucap Bintara kepada ibunya yang tiba-tiba datang disaat sang adik dalam kondisi masih menangis dipeluknya
"Rumi?? Kenapa kamu menangis?? Ayo katakan pada ibu!!" ucap sang ibu sambil menghampiri Arumi
"Sarah,,, kenapa kamu ada disini tanpa mengatakan kepadaku??" Tanya mantan suaminya
"Aku tidak perlu minta ijin siapapun untuk bertemu dengan anak-anakku, dan walaupun kita sudah berpisah tapi mereka tetap anak-anakku"
"Jadi sekarang katakan Rumi, kenapa kamu menangis?? Apakah ayah memarahi mu? Jika iya maka ibu akan mengajukan tuntutan ke pengadilan untuk memindahkan hak asuh mu kepada ibu" Ucap ibunya dengan sangat angkuh
"Cukup ibu,, ayah tidak ada memarahiku dan aku tidak peduli siapa yang menjadi wali asuhku Karena yang terpenting saat ini adalah memberikan ijin kepada ku untuk pergi ke Singapura" Ucap Arumi dengan penuh penekanan kepada ibunya.
Sang ibu yang mendengar hal itu dengan tegas melarang Arumi untuk pergi tanpa memperdulikan perasaannya
"Kamu tidak akan pergi kemanapun, ibu pastikan kamu tidak mendapatkan ijin itu. Sudah cukup kamu menjadi anak nakal dengan pergi dari rumah tanpa ijin, jadi jangan harap kamu bisa seenaknya di keluarga ini".
Mendengar perkataan ibunya itu membuat Rara tersenyum remeh dan menatap mata ibunya untuk menekankan mengenai kondisi keluarganya saat ini
"Ibu bilang keluarga?? Huhh, aku bahkan tidak bisa merasakannya. Aku datang hanya ingin mengatakan hal ini, dan aku tidak peduli kalian mau memberikan ijin atau tidak. Tapi yang pasti tidak akan ada yang bisa menghalangiku untuk mencapai apa yang telah aku pilih termasuk ibu!!" ucap Arumi dengan penuh percaya diri yang kemudian melangkah pergi dari rumah.
Sebelum benar-benar keluar, tiba-tiba sang ayah menghalanginya dan mengatakan hal yang mengejutkan semua orang di sana
"Rumi sayang!! Kamu boleh pergi, ayah mengijinkan kamu pergi" ucap sang ayah kepada anaknya dan hal itu langsung ditolak oleh mamanya yang tidak mengijinkan Arumi pergi
"Apa maksudnya ini?? putriku tidak akan pergi kemanapun!!. Dan kamu Rumi, cukup kamu terus membuat masalah dengan impian kamu yang tidak jelas itu, jika dulu kamu mau mengikuti saran mama maka kamu pasti menjadi dokter yang hebat seperti ibu dan Cakra. Tidak saat ini, kamu hanya menjadi orang yang tidak jelas masa depannya"
"Arumi tidak peduli mama mengijinkan atau tidak, selama aku masih bisa berjalan kemanapun maka tidak ada yang bisa mengehentikan ku untuk meraih mimpiku termasuk ibu!!. Lagi pula ibu bukan wali asuhku dan ayah adalah wali asuhku yang sudah memberi ijin, jadi aku akan pergi ke Singapura" ucap Arumi dengan tegas dan membuat Bintara yang mendengarnya tersenyum bangga dengan sikap sang adik yang berani memperjuangkan impiannya.
Dan hal itu membuatnya malu karena tidak bisa berani pada dirinya sendiri untuk menemukan jati dirinya. Setelah itu Arumi menatap sang ayah dan tersenyum singkat dan kemudian pergi dari sana setelah sang ayah mendatangani surat ijin persetujuan orang tua.
Setelah Arumi pergi dari sana, dia langsung pergi menemui Luna untuk menceritakan kabar gembira ini. Sampailah dia di asrama kampus dan melihat Luna sedang sibuk berdandan,
"Luna!!! Luna ada hal yang ingin aku katakan!!" Ucap Arumi sambil memeluk Luna dengan sangat erat
"Uhuk, uhuh,,, hentikan Rum bisa-bisa gue mati karena sesak nafas!! Lihat karena ulah lo make up gue sampai rusak!! ada apa sih sampai lo semangat kayak gini?? " kesal Luna yang dibalas senyuman bahagia oleh Arumi
"Aku akan pergi ke Singapura" ucap Arumi sambil berputar bahagia. Dan Luna yang melihatnya hanya bengong melihat tingkah temannya itu
"Huhh, bukannya lo gak dapet ijin untuk pergi?? Apa lo udah nemuin caranya untuk pergi??" Tanya Luna dengan penuh penekanan
"Tada!!! Lihat" Arumi menunjukkan surat ijin yang sudah ditandatangani,
Dalam beberapa detik Luna hanya diam kemudian dengan tiba-tiba dia bangun dan mengunci pintu kamar asrama dengan cepat dan dia menunjukkan gerak-gerik seperti pencuri dan menghampiri Arumi
"Apa lo memalsukannya??" Bisik Luna, yang membuat Arumi tertawa terbahak-bahak karena tingkah teman baiknya itu
"Wah kalau benar itu bagus sekali, gue kira mahasiswa pintar kayak lo gak akan menggunakan cara kotor kayak gini"
"Emm" Arumi menggeleng dan tersenyum, dan Luna langsung melongo karena langsung paham dengan artinya
"Jadi,, jadi ini benar-benar tanda tangan Paman???".
"Emmm" Arumi mengangguk kali ini
"Oh My God!!! Ini benar-benar luar biasa!!,, tapi tunggu ini tanda tangan paman?? Berarti lo pergi menemui keluarga lo??" Ucap Luna yang awalnya senang berubah jadi khawatir
"Emm" dan saat ini Luna menanggapi dengan raut wajah datar
"Lalu bagaimana?? apa mereka marah apa mereka mukul lo??? What is That?? Kenapa dengan wajah lo,, mereka menampar lo?" Ucap Luna dengan panik setelah melihat bekas lembab di wajah Arumi
"Ayo katakan Rum!!, kenapa lo diem aja?" desak Luna kepada Arumi
Arumi yang baru menyadari bekas lembab di wajahnya langsung memalingkannya dan berusaha menutupinya.
"Ini bukan apa-apa, ini hanya salah paham" jawab Arumi yang berusaha meyakinkan Luna
"Huhh lo pembohong yang amatir, dan gue bukan orang yang mudah untuk dibohongi jadi jangan menutupinya lagi!!. Katakan semuanya apa mereka memukul lo karena tidak pulang?? Jika iya maka gue akan melaporkan mereka atas dasar kekerasan pada anak"
"Tidak Lun, Ayah dan Ibu tidak memukulku. Ya mereka memang marah tapi tidak akan pernah menyakitiku" ucap Arumi
"Lalu ini perbuatan siapa??"
"Kak Bintara,,,"
Mendengar nama itu, Maya langsung melongo karena tidak percaya. Pasalnya dari dulu dia sangat tahu jika di keluarga Arumi hanya Bintara yang paling sayang dan mengerti kondisi Arumi
"Kak Bintara!!! Bagaimana bisa?? Dia kan kakak kesayangn lo dan dia yang selalu membela lo, jadi tidak mungkin kak Bintara melakukannya" Ucap Luna karena tidak percaya dengan perkataan Arumi, tapi setelah Arumi hanya diam setelah mengatakan itu. Membuat Luna jadi percaya
"Lalu apa lo baik-baik saja??" Tanya Luna karena takut temannya bersedih
"Emmm aku baik-baik saja, lagi pula Kak Bintara melakukannya juga karena kesalahanku. Dan aku yakin dia juga terpaksa melakukannya"
"Huhh hubungan keluarga kalian sangat rumit, tapi apapun itu kita lupakan saja semua yang sudah terjadi karena ada hal yang harus kita rayakan yaitu perayaan lo yang akan pergi ke Singapura"
"Hehehe,, emmm kita merayakannya aku mentraktir"
"Yeyyy, akhirnya dapat merasakan uang hasil komikus terkenal ini"
Setelah semua permasalahan yang panjang akhirnya Arumi dapat merasakan kebahagiaan untuk kebebasannya, walaupun dia tidak tahu nasib kedepannya akan seperti apa tapi selama dia yakin pada dirinya maka dia pasti akan mencapainya dan membuktikan jika keputusan yang diambilnya tidak salah.
"Yeyyy, pelayan tolong tambah dagingnya lagi!!!, Hari ini adalah hari besar jadi aku akan makan dengan bebas bukan begitu Rumi?"
"Emmm"
Bersambung