Karya ini dibuat dari hasil pemikiran Author dan hanya Rilis di Noveltoon.
Mohon maaf apabila ada kesamaan tempat dan nama karakter dalam cerita.
Pernah melihat tempat makan yang selalu ramai pengunjung?
Apa yang ada dalam benak kalian?
👉🏻 Rasa yang enak?
👉🏻 Viral?
👉🏻 Murah?
👉🏻 Instagrammable?
👉🏻 Pesugihan?
Jaman sekarang jarang sekali orang akan berpikir bahwa warung atau tempat makan tersebut memakai ilmu pesugihan khususnya untuk anak-anak muda yang kekinian.
Tempat ramai akan dengan cepat menjadi viral jadi mereka hanya beranggapan bahwa makanan ditempat tersebut lagi tren.
Apa masih ada yang menggunakan pesugihan?
Ada!!! mungkin hanya segelintir orang saja dan niat nya hanya untuk menarik pelanggan agar makan ditempat tersebut.
Ingat!!!
Saya tidak mengajak kalian untuk mempercayai hal seperti ini dan bagi yang tidak percaya mohon hormati orang yang memiliki kelebihan untuk hal spritual baik di dunia online maupun real.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pitriyani Calam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Di Kerjain Orangtua Sendiri
Lagi dan lagi, pak Min membuat Agus tidak nyaman karena selalu menyindir atau menjelekan mertua nya. Padahal selama menikah dengan Namira tidak sedikit pun mertuanya berkata buruk atau bercerita buruk pada Namira.
Agus selama ini berusaha untuk selalu menghargai dan mendukung bapak, tapi kenapa seolah Agus adalah musuh atau mata-mata yang membuat bapak harus waspada terhadap Agus. Gumam hati dengan perasaan sedih
Agus kembali pulang menggunakan kendaraan roda dua dengan pikiran yang tidak karuan. Alhamdulillah sampai dirumah dalam keadaan selamat. Agus tidak langsung masuk ke kamar kost nya, dia memilih duduk sejenak di parkiran motor.
"Aa sudah pulang" sapa Namira istri Agus
"Alhamdulillah sudah, neng dari mana?" tanya Agus terkejut melihat istrinya dari luar
"Ini Agam rewel minta jajan" Namira mencium tangan suaminya begitu juga dengan Agam.
Agam anak laki-laki pertama Agus, usia nya sudah 3 tahun.
"Jagoan bapak kenapa rewel" Agus menggendong Agam dan bertanya baik-baik
"Agam mau jajan" dengan menundukan kepalanya Agam takut melihat bapaknya
"Lain kali Agam bisa tunggu bapak pulang ya" Agus mengingatkan anaknya
"Biar atuh a, neng juga nggak apa-apa. Bukannya kata dokter lebih baik banyak jalan sedikit-sedikit" Namira membela Agam
"Tapi aa khawatir neng" terlihat dari tatapan Agus untuk Namira bahwa dia sangat khawatir
"Kita masuk kedalam" ajak Namira, karena tidak enak diparkiran motor ada cctv. Agus juga tidak lupa membawa mie ayam.
"Lelah" Agus bertanya pada istrinya
"Nggak, untungnya kita sudah pindah ke kamar bawah" Namira tersenyum
"Itu karena aa takut neng naik turun, makanya aa ambil kamar yang bawah ini" Agus memberikan bungkusan
"Apa ini?" Namira menerima bungkusan tersebut
"Tadi mampir ke rumah bapak, di buatkan mie ayam sama mie becek" Agus membantu anaknya membuka bungkus biskuit
"Seperti nya enak ini" Namira sudah tidak sabar untuk memakan nya
"Makan mie biasa aja berdua Agam, yang pedas untuk aa" Agus memperingati istrinya agar tidak makan pedas
"Cuma level 1, icip sedikit nggak apa atuh a." Namira cemberut melihat Agus
"Oke, tapi jangan banyak-banyak" Agus mengalah demi Namira
Namira mulai mengaduk mie agar rata dengan bumbu. Pertama yang di coba mie ayam biasa.
"Bismillah" Namira
Suapa pertama Namira tampak diam dan merasakan sedikit pahit, tetapi dia tidak ingin bilang dengan suaminya. Suapan kedua mencoba mie becek dan rasanya hambar dan biasa saja.
Apa bapak bikinnya asal ya karena untuk aa. Batin Namira
Agus memperhatikan istrinya, dari wajah yang cerita tiba-tiba terlihat aneh.
"Ada apa?" Agus bertanya
"Aa cobain, apa mulut neng yang salah" Namira menyuapkan ke mulut suaminya
Mie biasa terasa sangat pahit di mulut Agus begitu juga dengan mie becek yang pahit dan hambar.
Aku yakin ini kerjaan bapak. Segitu benci nya sama aku dan Namira, pak. Gumam Agus dalam hati
Dengan tergesa Agus membungkus kembali mie itu dan membuangnya ke tong sampah.
Ya Allah maaf sekali, bukannya ingin membuang rezeki. Aku tau banyak diluar sana yang kesusahan untuk makan tetapi makanan ini memang sedikit aneh dan tidak bisa masuk ke dalam mulut kami. Sekali lagi maaf ya Allah. lirih Agus sebelum membuang ke dalam tong sampah
"Harusnya jangan di buang, a" Namira
"Itu nggak enak, masa kita mau paksakan untuk makan" Agus kesal mengingat rasa mie ayam yang tidak enak itu
"Aa mau makan apa, neng masakin masih ada bahan sedikit di kulkas" Namira berusaha untuk bangun dari duduknya
"Hari ini kita makan pecel ayam aja yuk di luar" Agus tidak tega apabila istri masih harus masak karena terlihat diluar kamar ada jemuran berarti Namira habis mencuci pakaian hari ini
"Mau sekarang?" tanya Namira
"Aa mau mandi dulu, sebentar doang ya itu Agam pakai kan jaket aja" Agus bergegas membersihkan diri
Rencana nya Agus akan bertanya pada Fatimah atau Fahmi, kenapa mie ayam bapak rasanya pahit tidak seperti biasanya.
10 Menit mandi akhirnya Agus dan keluarga makan pecel ayam pinggir jalan. Warung tenda ini tidak jauh jaraknya dari rumah bapak dan ibu.
"Mau mampir ke rumah ibu nggak, a." Namira bertanya sambil makan
"Yang ada kelamaan, aa besok masih kerja jadi langsung pulang aja habis makan" Agus menjawab dengan pura-pura lelah
Namira mengerti kalau suaminya sedang lelah apalagi tadi niatnya makan mie ayam bapaknya saja udah cukup tetapi ternyata rasanya di luar ekspektasi kedua nya.
Tanpa sepengetahuan Namira, Agus memesan ayam dan nasi uduknya untuk mertua dan adik ipar. Di perjalanan pulang Namira bingung kenapa harus belok kanan sedangkan kost tempatnya masih lurus.
"Untuk apa kerumah ayah" Namira bingung bilangnya lelah tapi mampir ke rumah orangtuanya
"Sebentar doang, ayo ah masuk" ajak Agus memegang tangan Namira sambil menggendong Agam
Motornya di parkir kan di pinggir jalan dekat ujung gang. mereka berjalan kaki masuk ke dalam gang yang hanya pas untuk 2 motor saja.
"Assalamualaikum, yah" Agus dan Namira
"Wa'alaikumussalam" Ayah dan ibu serta adiknya
"Lagi kumpul nih" Agus menurunkan Agam agar mendekati kakeknya
"Ayah habis pulang dagang" ibu menerima uluran anak mantu nya untuk mencium tangan
"Malam banget, yah" Agus merasa kasihan
"Alhamdulillah di kasih waktu sedikit lama untuk memandang jalan raya" Ayah Namira memang selalu positif
"Mashaallah" Agus terharu dengan mertua
"Tadi Namira makan pecel ayam, rasanya enak. Ingat ayah makanya Namira beliin juga buat disini" Agus memberikan bungkusan hitam berisi pecel ayam
Namira menatap suaminya sebab dia tidak pernah bilang ingat ayah atau mau membelikan ayam untuk keluarga, Agus hanya mengedipkan sebelah matanya.
"Ibu mu baru aja mau beli ceker goreng sama usus ayam tepung untuk bapak" ayah Namira senang
"Ya sudah makan ini aja. Arifin juga tadi di beliin sama si teteh" Agus mengajak adik iparnya
Namira mempunyai 1 abang laki-laki dan 1 adik laki-laki sedangkan dirinya anak kedua perempuan satu-satunya.
"Ipin lagi masak mie" sahut Arifin
"Ya nggak masalah makan campur mie nasi sama pecel ayam, nanti malam tidur nyenyak deh" Agus menggoda Ipin
"Gendut yang ada makan mie pakai nasi juga" Arifin
"Sama saja seperti kamu makan mie pakai telur, bikin gendut" Namira menimpali dan menjewer Ipin
"Aduh teteh, sakit tau" Ipin mengelus telinga yang terasa panas
"Oh iya hari sabtu malam minggu, aa Arfan minta tolong sama kita untuk datang kerumah dia" ibu berbicara sambil menyediakan makanan untuk ayah
bersambung...
...🍒Happy Reading🍒...
Huum pak Min memang harusnya didekatkan dengan agamanya lagi pesantren salah satu solusinya, disana banyak orang gak bikin ketakutan yg dirumah.