Perubahan Si Murid Bodoh

...Perubahan Si Murid Bodoh....

Melihat Luna semakin dekat dengan Andi, Melly akhirnya mulai tak tahan.

"Apa ini, Mel?" tanya Andi saat gadis itu mengeluarkan sesuatu dari tas.

"Ini kotak bekal makanan yang aku buat sendiri," jawab Melly dengan wajah bersemu merah.

Meskipun tahu dirinya mungkin tak sehebat Andi dalam memasak, tapi ia tetap membuatnya atas saran dari kakaknya, Monika.

"Astaga! Apa itu bisa dimakan?" gumam Andi panik.

Bukan maksud menghina, tapi masakan terlihat cukup buruk dan seperti beracun.

"Ayo buka mulutmu!" ucap Melly ingin memaksa menyuapi Andi.

Andi pun menurut saja untuk memakannya karena tidak ingin gadis itu kecewa.

"Hehe. Kamu lahap sekali makannya, Andi," ucap Melly senang, dan sengaja memanasi Luna.

"Kamu yakin sedang tidak meracuni Andi?" singgung Luna yang akhirnya bereaksi.

"Lihat itu, Andi langsung pucat setelah memakan makanan kamu," singgung Luna marah.

Luna pun segera duduk di sebelah Andi dan menaruh kepalanya di dadanya.

"Makanan aku tidak beracun kok!" bantah Melly. "Aku memasaknya dengan penuh cinta."

Melly pun menarik kepala Andi agar berada di dekapannya.

"Mungkin Andi sakit karena banyak begadang," tambah Melly seraya mengelus rambutnya.

Andi terlihat seperti orang mabuk laut, tapi wajahnya memerah entah karena sakit perut, atau karena ia merasakan bantal-bantal empuk di pipinya.

"Dia jadi begini karena makanan dari kamu!" ujar Luna kembali menarik Andi.

"Jangan menuduh sembarangan!" bantah Melly lagi yang tak terima.

"Cukup!" ujar Andi yang segera meminta keduanya berhenti bertengkar.

"1, 2, 3, tidurlah!" lanjut Andi, menghipnotis keduanya agar tenang.

...[-5 poin telah digunakan]...

Setelah itu, Andi pun segera bergegas pergi keluar meninggalkan keduanya tertidur di meja.

"Para gadis itu, mereka sangat merepotkan dan bisa mengancam jiwaku," keluh Andi frustasi.

Tiba-tiba, kepala Andi merasa sangat pusing dan ia pun akhirnya ambruk.

"Apa aku berada di UKS?" gumam Andi saat akhirnya siuman. "Mungkin ini terjadi karena belakangan ini aku terlalu kelelahan."

Beberapa hari ini, Andi memang sudah mulai aktif mengikuti pelatihan bersama pasukan khusus polisi. Namun, fisiknya masih lemah dan cukup terbebani karena terlalu mengandalkan kekuatan sistem. Jadi, kondisinya kian parah saat memakan masakan Melly yang entah bahan-bahannya dari apa.

"Sistem memang memberi kekuatan, tapi itu perlu diimbangi dengan kebugaran tubuhku," pikir Andi.

"Akhirnya kamu bangun," ucap seorang gadis yang memegang suntikan dan duduk di sebelah Andi.

"Jesika? Apa kamu yang sudah membawaku ke sini?" tanya Andi penasaran.

"Iya," jawab Jesika tersenyum.

"Oh, terima kasih. Tapi, kenapa kamu memegang alat suntik? Dan, situasi apa ini?" tanya Andi yang mendapati tubuhnya terikat kuat.

"Kamu harus disuntik dan aku mengikat kamu biar tidak kabur," jawab Jesika antusias.

"K-kamu hanya seorang pelajar! Di-di mana Ibu Novi yang harusnya berada di sini?" ujar Andi panik.

Entah kenapa Jesika terkesan seperti psikopat saat tersenyum, dan membuat Andi merasa terancam.

"Dia sedang istirahat," jawab Jesika, menunjuk Ibu Novita yang berbaring di ranjang sebelah.

"Yakin dia tidak dibius olehmu?" gumam Andi mulai berkeringat dingin.

"Jangan takut, rasanya palingan seperti kami digigit semut saja," ucap Jesika seraya memaksa untuk membalikkan tubuh Andi agar telungkup.

"J-jangan!" ujar Andi, berontak seperti cacing yang kepanasan di atas aspal.

...[-5 poin telah digunakan]...

Andi pun terpaksa menggunakan kekuatan sistem untuk bisa melepaskan diri.

"Tidak!" Jarum suntik terlanjur sudah menancap di pantatnya sehingga Andi hanya bisa pasrah.

"K-kenapa aku jadi lemas dan mengantuk?" gumam Andi tak berdaya.

"Kamu hebat juga bisa melepaskan talinya hingga terputus. Aku jadi tertarik untuk meneliti tubuh kamu," ucap Jesika dengan mata berbinar.

Jesika kembali membalikkan badan Andi dengan mudah, dan mulai membuka kancing bajunya.

"Jangan," ucap Andi dengan nada lemah.

Andi berusaha tetap sadar meskipun matanya sangat berat untuk tetap terbuka.

"Luar biasa!" ujar Jesika memuji perut Andi yang sixpack dan berotot.

"Kau sedang apa, Jesika?" tanya Putri yang tiba-tiba datang ke ruangan tersebut.

Jesika yang tengah asyik mengelus dada dan perut Andi langsung kabur begitu saja.

"Apa kalian berdua baru saja mau melakukan hal yang tak senonoh?" tanya Putri curiga.

"Tidak," bantah Andi sebelum ia akhirnya kembali tak sadarkan diri.

Beberapa waktu kemudian, Andi kembali sadar dan mendapati Ibu Novita di sebelahnya.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan wajah khawatir.

Luna, Melly, dan Putri juga ada di sebelah Ibu Novita dengan ekspresi cemas.

"Maafkan saya karena telah lengah menjaga dia," ucap Ibu Novita merasa bersalah.

Ternyata, Jesika masih ada di ruangan tersebut, dia terbaring dengan keadaan terikat.

"Situasi apa sih ini?" gumam Andi bingung.

Andi tampak merinding, posisi Jesika yang terikat mengingatkannya pada kejadian tadi.

"Jesika sebenarnya adalah gadis yang baik dan penurut," jelas Ibu Novi. "Tapi--"

"Tapi, apa?" tanya Andi penasaran karena Ibu Novi berhenti bicara dan tampak ragu.

"Dia itu memiliki kepribadian ganda," lanjut Ibu Novi akhirnya.

"Bukankah itu berbahaya? Sepertinya kepribadian dia yang lain adalah psikopat," gumam Andi heran.

Sepuluh menit kemudian, ikatan Jesika dilepas dan tingkahnya sudah berubah 100%.

"Kenapa gadis seperti dia dibiarkan berkeliaran di sekolah?" gumam Andi merinding lagi.

Namun, Ibu Novita memohon agar Andi dan lainnya merahasiakan hal tersebut.

"Dia adalah adik saya satu-satunya dan saya tak bisa meninggalkannya sendirian di rumah," ungkap Ibu Novita tampak sangat memikirkannya.

Karena merasa kasihan, Andi dan yang lainnya pun akhirnya setuju untuk merahasiakan hal tersebut.

"Mohon bantuannya, ya," ucap Ibu Novita senang setelah mendengar persetujuan Andi.

...Perubahan Si Murid Bodoh....

Esok harinya, sekolah kembali berjalan seperti biasanya. Pak Yuda mengajar seperti biasa, dan Andi ketiduran di kelas seperti biasa.

Namun, kali ini Andi sering ketiduran karena ia lelah setelah mengikuti program pelatihan khusus dari Pak Budi Sucipto, yang ia ikuti tiap pulang sekolah hingga sore hari.

"Sayang, bantu jaga mereka!" ucap Jesika yang datang membawa tiga anak kecil.

"Hah? Anak siapa anak-anak ini?" tanya Andi heran.

"Anak kita," jawab Jesika.

"Apa? Kapan aku menikah dengan kamu dan punya anak sebanyak ini?" tanya Andi tersentak kaget.

Anak-anak kecil itu mulai menangis, sehingga Andi panik dan berusaha menenangkannya.

"Sayang, mereka sedih karena kamu tidak mengakui mereka sebagai anakmu," singgung Jesika.

Tiba-tiba, pintu rumah mereka didobrak, yang masuk adalah kakeknya Luna bersama pasukan.

"Beraninya kamu selingkuh padahal akan menikah dengan Luna," ucap kakeknya Luna sangat marah dan langsung menembaknya.

'Dor!' Andi pun tersentak bangun.

"Ternyata mimpi!" gumam Andi bernapas lega.

Namun, Jesika yang dari kelas lain, tiba-tiba datang ke kelasnya, padahal pelajaran sedang berlangsung.

"Ada apa, Jesika?" tanya Pak Yuda heran saat kedatangan Jesika ke kelasnya.

"Pak guru, saya punya hal penting yang harus diberitahukan," jawab Jesika.

"Apa itu?" tanya Pak Yuda penasaran.

Murid-murid di kelas, termasuk Luna, Melly, Putri, dan Andi juga tampak penasaran.

"Saya hamil dan ingin ayah bayi yang saya kandung adalah salah satu murid di kelas ini," jelas Jesika.

Semua murid di kelas, termasuk Pak Yuda, tersentak kaget, dan penasaran siapa yang Jesika maksud.

"Siapa murid yang bikin kamu hamil?" tanya Pak Yuda tampak geram. "Bapak akan kasih pelajaran dan memintanya bertanggung-jawab!"

"K-kenapa perasaanku enggak enak?" gumam Andi khawatir dan gelisah.

"Dia orangnya!" tunjuk Jesika ke arah Andi.

"S-siapa?" tanya Andi sambil melihat kanan-kiri. "Apa maksudmu adalah aku?"

"Iya kamu!" jawab Jesika.

Tatapan semua orang langsung mengarah ke arah Andi, mata mereka berapi-api, seolah-olah ingin menangkap dan membakar hidup-hidup Andi.

"S-sepertinya, aku harus kabur dulu dari sini!" pikir Andi panik.

Diam-diam, Jesika terlihat menyeringai. Sementara semua orang di kelas, mulai berdiri.

"Ayo tangkap dia dan adili!" ucap salah satu murid bernama Topan.

Luna, Melly, dan Putri, entah kenapa mereka juga percaya dengan tuduhan Jesika.

"Andi, jangan kabur!" teriak mereka saat Andi berhasil keluar lewat jendela.

"Kenapa jadi begini sih!" gumam Andi yang heran dan bingung tidak tahu harus bagaimana.

Bersambung.