NovelToon NovelToon
Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Riunakim

Banyak yang bilang jodoh itu adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan sekarang Savinna sedang terjebak dalam perkataan itu. Ya, gadis yang baru saja menduduki bangku SMK itu tiba-tiba jatuh hati pada seorang anggota futsal yang ternyata memiliki banyak sekali kesamaan dengannya. Mulai dari hobi hingga makanan favorit. Akankah dengan kesamaan yang mereka punya akan menyatukan keduanya? Apakah dengan banyaknya kesamaan diantara mereka turut menimbulkan perasaan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riunakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa khawatir

Keesokan harinya bertepatan dengan hari Sabtu, Kavi sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah karena hari ini ia akan melaksanakan ekskul futsal yang memang biasa dilakukan setiap hari sabtu.

“Kamu ikut ekskul pagi ini, Kav?” tanya Rami yang saat itu sedang sibuk mempersiapkan sarapan.

Kavi pun duduk di kursi makan untuk mulai menikmati sarapannya, “Iya, Ma ... ini kan hari sabtu.”

“Tapi kan kamu lagi sakit, lebih baik izin gak masuk aja,” ujar Rami memberi saran.

Kalo gue gak ikut futsal hari ini, nanti gue gak ketemu sama Savinna dong? Katanya kan, Savinna ikut ekskul futsal juga ... batin Kavi.

“Badan Kavi udah enakan kok, Ma. Jadi Kavi udah bisa pergi ekskul,”Kavi berusaha untuk meyakinkan Mamanya.

“Ya sudah, sekarang kamu sarapan dulu sebelum berangkat, jangan lupa diminum juga vitaminnya ya,” titah Rami.

***

Setelah selesai sarapan, Kavi langsung bergegas menuju sekolahnya. Di sana sudah terdapat beberapa teman ekskulnya yang sudah tiba lebih dulu daripada dirinya.

“Woi, Kav!” sapa Nauval dari kejauhan. Kavi pun melangkah mendekati sahabatnya itu dan bergabung di sana. “Udah sembuh lo?” tanyanya.

“Udah lumayan,” jawab Kavi singkat seraya mengedarkan pandangannya ke arah kumpulan anggota futsal putri.

“Cari Savinna ya?” tebak Nauval.

“E-enggak!”

Nauval pun terkekeh sambil menunjuk ke arah koridor penghubung antara lapangan dan kelas, “Tuh, doi baru datang.”

Jantung Kavi seketika berdebar cepat kala melihat sosok yang memang sedang ia cari-cari saat itu. Savinna terlihat cantik sekali dengan jersey Real Madrid berwarna putih yang melekat pas di tubuhnya.

“Hahaha, setelah ini lo pasti bakal suka sama Real Madrid juga,” goda Nauval.

“Enggak ya, Barcelona tetap di hati,” bantah Kavi. “Gue mau ke toilet dulu lah,” pamit Kavi sambil beranjak dari tempat duduknya yang baru saja ia duduki.

“Gila ... segitu gak tahannya lo sampai-sampai langsung mau ke toilet habis lihat Savinna pakai jersey Real Madrid?” cakap Nauval berlebihan.

“Gak gitu, bego ... gue mau ganti baju. Mesum banget otak lo, Val.”

Tawa Nauval pun pecah mengiringi kepergian Kavi yang hendak mengganti pakaiannya.

***

Setelah selesai melakukan pemanasan, grup futsal putri langsung dibagi menjadi dua tim untuk mulai melakukan adu skill. Kebetulan saat itu Savinna ditunjuk untuk menjadi kiper oleh sang pelatih futsal mereka. Alhasil, saat ini juga Savinna mulai memosisikan dirinya di depan gawang.

Sebenarnya, pengalaman Savinna sebagai seorang kiper sudah cukup andal lantaran sejak SMP Savinna memang sudah ditunjuk untuk menjadi seorang kiper.

Sorakan mulai terdengar dari mulut para anggota futsal putra yang kagum dengan kematangan skill yang Savinna miliki. Awalnya Savinna merasa biasa aja dengan sorakan-sorakan tersebut. Namun setelah ia menyadari jika Kavi juga ikut bersorak serta memberikan tepuk tangan untuknya, Savinna pun mulai salah tingkah.

Duh, Kak Fazriel bangga sama gue? Dia senyum ke arah gue sambil tepuk tangan? Mimpi apa gue semalam?!

Priiit!

Suara peluit terdengar nyaring menandakan akhir dari pertandingan itu. Skor akhir pertandingan tersebut adalah 2-0 yang mana dimenangkan oleh tim Savinna. Sementara itu, Savinna berhasil menggagalkan sekitar lima peluang yang hampir membobol gawangnya. Dan Savinna mendapat banyak sekali pujian serta apresiasi atas kemampuannya itu.

Sekarang waktunya Savinna dan anggota futsal putri lainnya untuk beristirahat. Lapangan pun diambil alih sepenuhnya oleh para anggota futsal putra yang kini sudah bersiap di tengah lapangan.

Sama seperti sebelumnya, fokus Savinna hanya tertuju pada Kavi yang mengenakan jersey SMK Catorce berwarna biru tua dengan nomor punggung 28. Savinna pun menikmati minumannya sambil memandangi Kavi yang sudah mulai fokus pada pertandingannya saat itu.

“Hai, Sav?” sapa seorang perempuan yang tiba-tiba saja duduk di sebelahnya. Dia adalah Naswa, salah satu anggota futsal putri.

“Oh ... hai, Kak,” balas Savinna ramah.

“Eh, gue mau nanya deh, lo itu lagi dekat sama Alby ya?” tanyanya to the point.

Savinna pun langsung menggeleng membantah tuduhan itu.

“Beneran gak dekat nih? Tapi kemarin gue lihat lo duduk satu meja sama dia pas lagi istirahat.”

“Cuma berbagi tempat duduk aja, Kak. Soalnya kemarin kan kantin lagi penuh banget, emangnya salah ya?” tanya Savinna setelah ia merasa diintimidasi oleh Naswa.

“Ya ... enggak salah sih, gue cuma mau nanya aja,” sahut Naswa santai.

Cuma mau nanya tapi ekspresi muka lo seakan lagi nuduh gue, batin Savinna.

“Gol!” teriakan dari perempuan yang duduk tak jauh dari Savinna seakan mengalihkan perhatian Savinna. Savinna lantas menoleh ke arah lapangan lalu mendapati Kavi sedang menatap ke arahnya. Untuk kesekian kalinya pandangan mereka pun saling bertemu. Kavi yang sadar sepasang mata mereka sudah bertemu pun langsung mengalihkan pandangannya. Savinna bisa melihat Nauval berlari menghampiri Kavi lalu menepuk-nepuk pundaknya beberapa kali, Apa Kak Fazriel baru aja cetak score? Terus kenapa dia langsung noleh ke arah gue? Ah ... mungkin itu cuma perasaan gue aja, batinnya.

Di tengah keseruan pertandingan itu, cuaca mendung kembali datang. Skor kedua tim masih imbang yakni 2-2.

“Ciptakan satu gol lagi sebelum peluit dibunyikan!” seru Pak Bram selaku pelatih futsal dengan suara yang lantang.

Tak lama setelah itu gerimis pun kembali turun membasahi para pemain futsal putra.

“Kav, lo minta udahan aja, daripada sakit lagi. Lo kan baru aja sembuh,” ujar Nauval memberi saran.

“Tanggung ah.”

Kavi mengabaikan kekhawatiran sahabatnya itu. Di bawah rintik hujan, Kavi dengan semangat yang menggebu-gebu kembali menggiring bola menuju gawang lawan dan, GOL!

Pria yang mengenakan jersey dengan nama punggung ‘Fazriel’ itu berhasil mencetak gol untuk yang kedua kalinya. Tim Kavi pun unggul setelah itu.

Priiit!

“Silakan berteduh di kantin! Kita akan penutupan 10 menit mendatang!” teriak Bram sebelum ia ikut berteduh di area kantin.

“Hari ini lo kelihatan lebih semangat daripada biasanya, Kav,” puji Alby pada Kavi yang tengah sibuk menghilangkan dahaganya. “Lagi ada cewek yang lo incar kah?” tanyanya.

“Enggak,” jawabnya singkat.

“Itu kiper futsal putri jago juga ya? Bisa tuh kita ajak pas ada sparing futsal putri,” usul Rayhan.

“Iya, gue juga udah ada pikiran kesana sih, nanti kita berunding lagi aja sama anaknya,” sahut Alby seraya melirik Savinna yang duduk di antara teman-teman futsal putrinya.

Nauval yang mengerti jika temannya itu mulai merasa tak nyaman dengan pembahasan Alby dan Rayhan pun memutuskan untuk mengajaknya menjauh dari sana.

“Kenapa pindah?” tanya Kavi heran.

“Gue tau lo gak nyaman di sana.”

Saat itu, Kavi hanya diam tak menyahuti perkataan Nauval sama sekali lantaran ia sibuk merasakan tubuhnya yang kembali terasa tak enak setelah memaksakan dirinya untuk ikut hujan-hujanan.

“Lo kenapa? Kok diam aja? Kebelet boker kah?” tanya Nauval lagi. Setelah diperhatikan baik-baik wajah Kavi mulai terlihat memucat, “Nah kan, lo pasti sakit lagi ya?”

Kavi hanya tertawa renyah sembari mengelap rambutnya dengan handuk kecil yang ia bawa dari rumahnya.

“Ganti baju sana, kalo perlu lo guyur kepala lo biar gak demam,” ujar Nauval memberi saran.

“Gak usah lah, tanggung.”

Karena Kavi sudah menolak, Nauval pun tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia membiarkan sahabatnya itu dengan rambut yang sedikit lepek karena air hujan.

Bertepatan dengan Pak Bram yang baru saja melakukan penutupan pada ekskul hari itu, Alvero datang dari arah lapangan basket. Tampaknya pria itu juga baru saja menyelesaikan ekskulnya disana.

“Jadi main gak kita?” Alvero bertanya sekaligus menyapa.

“Kayaknya gak jadi deh, si Kavi gak enak badan lagi tuh perkara maksain diri main bola sambil hujan-hujanan.”

“Yah ... padahal gue udah bawa baju ganti buat main ke rumah lo, Kav.”

“Yaudah, jadiin aja mainnya, gue gapapa kok, Nauval aja yang alay.”

Nauval memutar bola matanya malas, “Lebih alay mana sama yang dikit-dikit demam kalo kena hujan?”

“Anjay skakmat!” tawa Alvero pun pecah setelahnya.

Disaat ketiganya sedang bersanda gurau di kantin sebelum memutuskan untuk pulang, tiba-tiba mereka kedatangan Amia yang baru saja keluar dari arah lapangan basket.

“Kavi!” sapa Amia dengan begitu antusiasnya, “Mau pulang bareng.”

Awas aja kalo sampai di terima ajakannya, ancam Nauval dalam hati. Saat itu Nauval sempat melirik ke arah Savinna yang ternyata belum pulang. Gadis itu masih terduduk di samping kantin, mungkin sedang menunggu jemputan. Savinna pun juga terlihat melirik ke arah mereka sesekali.

“Sorry, Mi ... gue lagi gak enak badan hari ini, cuacanya juga lagi gak mendukung. Kayaknya gue mau langsung pulang aja.”

“Ah ... begitu ya,” Amia tampak kecewa saat Kavi menolak permintaannya. Bagaimana tidak? Selama ini Amia selalu dimanja oleh Kavi dan tidak pernah sekalipun Kavi menolak permintaannya. Tapi entah kenapa Kavi terlihat berbeda hari ini.

Sementara itu, Nauval dan Alvero terlihat bangga dengan keputusan yang Kavi buat saat itu. Mereka sangat puas karena memang seharusnya Kavi sudah melakukan itu sejak lama.

“Ayo, Kav ... kalo lo gak bisa pulang sendiri biar gue antar, motor lo juga biar Alvero yang bawa.”

Kavi menatap Nauval dan Alvero bergantian, “Terus motornya Vero gimana?”

“Gampang lah, nanti gue suruh orang buat ngambil kesini,” jawab Alvero santai.

Sebelum menjawab, Kavi sempat melirik ke arah Savinna sebentar dan mendapati gadis itu masih berada disana bersama beberapa temannya yang tersisa, “Tunggu sebentar lagi deh ya?”

Nauval pun langsung mengangguk paham setelah itu. Nauval tahu betul Kavi ingin menemani Savinna sampai gadis itu benar-benar dijemput, karena Nauval bisa melihat ekspresi khawatir yang ada di wajah sahabatnya itu.

1
cikuaa
suka banget lanjut trs
call me una
🤩🤩
Rodiyah Tamar Diyah
😘😘😘
Rodiyah Tamar Diyah
😚😚😚
Rodiyah Tamar Diyah
/Wilt//Wilt//Wilt/
cinta cahaya putri
/Rose//Rose/
meltedcheese
likeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!