Kisah masa lalu Ayahnya juga Bundanya terlalu membekas hingga Intan tak bisa percaya pada Cinta dan kesetiaan.
Baginya Kesetiaan adalah hal yang langka yang sudah hilang di muka bumi.
Keputusannya untuk menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan dan menghibur orang tuanya saja.
Jodohpun sama-sama mempertemukan dirinya dengan orang yang sama-sama tak mempercayai Cinta.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Akan kah Dia mempercayai Cinta dan Kesetiaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Orang tua
Pagi-pagi sekali entah ada angin apa Bunda juga Ayah Arsya sudah sampai di rumahnya, Intan baru saja selesai bersiap untuk berangkat kerja namun melihat kedatangan Bundanya dirinya mengurung lalu menemui bunda dan Ayahnya, tak lupa memeluk adik bungsu kesayangannya.
"Walah... Bunda sama Ayah kok pagi-pagi udah ke sini... Ada angin apa...?? Tanya Intan lalu duduk di hadapan orang tuanya.
"Kak... Bunda mendapat lamaran dari Anak temen Bunda... Namanya Divo, katanya dia biasa lihat kamu dulu saat di kampus..." Kata Bunda Mutia membuat Intan tersenyum masam, lagi-lagi lamaran datang dari anak teman Bundanya.
"Bun... Intan belum minat menikah..." Jawab Intan sambil tersenyum malas.
"Kak... Usiamu sudah 25 tahun loh... Sudah waktunya untuk kamu memikirkan menikah..."Kata Bunda Mutia lagi.
"Bun... Mungkin Intan tertarik menikah... Intan Nyaman selama ini... Keluarga kita juga udah ramai jadi Intan tidak akan kesepian..." Kata Intan menjawab Bundanya.
"Astaghfirullah Kak... Gak boleh gitu..."Kata Mutia sedih, pasti kisah masa lalu rumah tangganya membekas sekali di hati anak sulungnya ini.
Intan hanya diam di tempat sembari menarik nafas, ada sedikit rasa bersalah masuk di hatinya saat melihat wajah sendu dari Bundanya yang ada di hadapannya.
"Kak... Bun... Ayah pernah mendengar ustadz Ayah dulu menasehati saat Ayah juga tak ingin menikah... Beliau mengatakan, sah-sah saja bagi wanita untuk tidak menikah selama syahwatnya adem, tidak bergelora. Hal tersebut apalagi jika wanita tersebut memutuskan untuk mendalami agama dalam masa lajangnya...." Kata Ayah Arsya.
"Tapi Yah... Kita tidak tau kedepan kehidupan kita bagaimana... Intan kalau sudah tua butuh penerus... Siapa yang akan merawat jika sudah tua nanti..." Kata Bunda Mutia menolak pendapat itu.
"Ayah paham Bun..."Ayah Arsya memahami kemauan Istrinya.
"Intan bisa adopsi anak Bun... Anak-anak dari Adik-adik Intan pasti juga nanti banyak, mereka bisa merawat Intan..." Jawab Intan santai membuat Bundanya makin sendu.
"Ayah tanya apa alasan kamu tak ingin menikah?? Kalau Ayah dulu karena selain ada nama yang tidak bisa lepas dari Ayah, waktu itu Ayah divonis mandul..."Kata Ayah Arsya pada Intan.
Intan terdiam, jujur dirinya tidak percaya pada laki-laki dan ikatan pernikahan, namun lidahnya kelu ingin berkata jujur, dirinya takut menyakiti hati Bundanya juga membuat orangtuanya itu sedih.
Bunda Mutia dan Ayah Arsya saling pandang melihat kebisuan Intan di hadapannya, lalu menoleh pada Dede Zayn yang asik bermain dengan bibi di ruang Televisi.
"Kak... Coba renungi apa alasan kamu tak mau menikah... Kata Ustadz Ayah, Beliau menjelaskan, wanita yang tidak menikah, tidak akan berdosa selama dia tak melakukan hal-hal yang menjurus pada zina... Namun beliau melanjutkan, wanita tak boleh menolak menikah karena benci pada pernikahan itu sendiri..." Kata Ayah Arsya membuat Intan makin kelu.
"Kenapa begitu... Karena itu artinya kamu benci dengan sunnah Nabi. Rasulullah pernah berkata, bahwa Yang benci dengan pernikahan bukan aku anggap sebagai golonganku... Jadi bukan golongan nabi kita..." Kata Ayah Arsya lagi membuat Intan semakin memainkan jarinya.
"Intinya begini Kak... Penekanannya bahwa seorang wanita boleh tidak menikah jika aman dari perkara yang haram, tak ada urusan syahwat atau punya penyakit tertentu... Nah sekarang alasanmu apa??" Kata Arsya lagi.
"Jangan sampai alasan kamu karena masa lalu Bunda dan Ayah kandungmu Kak..., Bunda sedih rasanya... Itu dulu kak... Tidak semua laki-laki sama... Contohnya Ayah Arsya..." Kata Bunda Mutia sambil mengambil tangan Intan yang dingin.
"Kak...Menikah menjadi wajib jika seseorang memiliki syahwat yang bergolak sehingga khawatir terjerumus dalam hal-hal yang haram... Untuk menghindari zina, maka orang dari golongan ini wajib menikah..."Kata Ayah Arsya menasehati Intan.
"Ayah Bunda jangan khawatir... Insya Allah Aman... Intan tidak sempat untuk berpikir atau mendekati hal itu..."Kata Intan masih berusaha tenang.
"Lalu... Menikah menjadi sunnah ketika seseorang mampu menahan urusan syahwat hingga tak melakukan hal-hal yang haram....Bagi mereka yang berada di golongan ini, menikah akan membuatnya lebih aman sehingga sunnah..." Kata Ayah Arsya lagi.
"Berarti keputusan Intan sudah tepatkah... "Sahut Intan merasa benar.
"Ya lantas tidak gitu juga kak... jika pahala wajib lebih banyak kenapa pilih yang sunah... Nikah itu indah kak... Bunda Bahagia menikah dengan Ayah Arsya contohnya..."Kata Bunda Mutia tidak setuju dengan keputusan Intan.
"Bunda ada benarnya kak makanya mencari laki-laki itu yang baik jangan hanya menikah karena mau mewadahi syahwatnya saja... Karena Menikah akan menjadi mubah hukumnya jika seseorang hanya ingin menyalurkan syahwatnya tanpa mampu menafkahi... Orang dalam golongan ini sebaiknya meninggalkan atau menunda keinginan untuk menikah... nah yang ini untuk laki-laki karena menafkahi itu tugas laki-laki..." Kata Ayah Arsya lagi.
"Nah... Ada lagi... Menikah akan jadi makruh hukumnya jika seseorang tak bangkit syahwatnya dan tak bisa menafkahi istri.... Jika pernikahan tetap terjadi maka sah-sah saja tapi sebaiknya tidak menikah... Karena ini sama saja mendzolimi istrinya...karena dari sisi syahwat engkau tidak butuh, kemudian dari sisi nafkah kamu tidak punya," Ujar Arsya lagi.
"Dan yang terakhir, Menikah akan jadi haram hukumnya jika seseorang sejak awal niatnya menikah sudah tidak bagus atau hanya untuk menyakiti atau menyiksa pasangan.... Contohnya mau merebut hartanya istri atau punya niat jahat.... Kalau nikah, pasti jahat sama istrinya, maka haram baginya menikah..." Lanjut Arsya masih menasehati Intan.
Intan diam semua yang di katakan oleh Ayah sambungnya itu memang benar dan yang di katakan Bunda Mutia juga benar, namun Intan masih takut untuk membuka hati, Cinta pertamanya pada laki-laki adalah Ayahnya namun Ayahnya justru yang paling membekas di hatinya.
"Jadi Kalau kamu belum ada calon... Nak Divo ini, anak teman bunda sekaligus temanmu dulu di kampus orangnya baik... Orang taunya juga baik..."Kata Bunda Mutia masih membahas lamaran dari temannya itu.
"Ckkk Intan tidak suka perjodohan Bun... Yang kenal saja bisa berkhianat apalagi yang tidak kenal sama sekali... jika menikah aku tak mau seperti halnya membeli kucing dalam karung..." Intan masih tidak tertarik menerima lamaran itu, mungkin benar teman kampus Intan tapi Intan jarang melihat laki-laki, jadi Intan tidak hapal Divo yang mana yang di maksud ibunya, namun orang dia kenal bernama Divo, yang iya tau adalah play boy di kampus yang bersembunyi di balik wajah Ikhwan-ikhwan, banyak yang di beri harapan palsu olehnya terutama wanita-wanita yang berjilbab sepertinya, seolah-olah sedang mencari yang terbaik namun terkesan seperti mempermainkan perasaan.
Bunda Mutia matanya berkaca-kaca, membuat Intan makin merasa bersalah, Bunda Mutia merangkul Intan lalu terisak di pundak Intan membuat Intan bingung sekaligus merasa semakin bersalah.
"Maafkan Bunda Kak... Maafkan Ayah Harismu juga... Maaf..."Bunda Mutia berkata masih dengan terisak-isak.
Intan mengelus lembut pundak Bundanya lalu berkata," Intan Yang minta maaf Bun... Maaf tidak bisa mengikuti kemauan Bunda..."
Setelah lama mengobrol Bunda Mutia dan Ayah Arsya juga Dedek Zayn pamit pulang meninggalkan Intan dengan jutaan rasa bersalah. Setelah mobil orang tuanya keluar meninggalkan rumahnya, Intan pun memasuki Mobilnya dan menuju ke perusahaan karena hari ini ada rapat membahas tentang penurunan pembelian dari pakaian yang di hasilkan pabriknya.