Mengejar Cinta MAS Ojol

Pagi harinya, Sheila sengaja ke kontrakannya. Sheila sudah janjian dengan Vina untuk berangkat bersama. sementara Iwan menggunakan motor kesayangannya.

" Udah sarapan belum Vin. Santai dulu napa..;" Ucap Sheila kepada sahabatnya. Tampak jika Vina menatapnya curiga. Tapi berhubung Sheila sudah membuatkan teh hangat, akhirnya mengikuti perkataan dari Sheila.

" Tumben Lo, sudah bikin teh pagi pagi. Dan ini gorengan beli, atau bikin sendiri..?"

" Bikin sendiri lah, kebetulan sore kemarin mampir pasar. Jadi sebagian gw goreng nih!, cicipin coba. Enak atau engga..?" Ucap Sheila mencicipi pisang goreng buatan Sheila.

" Enak, udah pinter bikin Lo..!" Sahut Vina .

Kemudian mencobanya lagi. Dan pas menurut lidah Vina.

" Gw belajar tahu tahu, walau duit gw habis buat uji coba.." Ucap Sheila sambil tertawa.

" Dibawa aja Shell!, daripada ga kemakan.."

" Ya udah pakai plastik.." Sahut Sheila kemudian mengambil plastik untuk membawa pisang goreng buatannya. pisang goreng yg dibuat bersama Iwan pagi pagi tadi.

Setelah siap, keduanya pun berangkat menuju kantor perusahaan. Jalanan yg macet tidak mengurangi canda tawa keduanya. Dan Vina kali ini dibuat penasaran dengan Sheila yg berubah seratus delapan puluh derajat.

" Hari ini elu kelihatan cerah. Dan ada perubahan. Apa ya!, yg kita kira gw lewatkan..?" Celetuk Vina sambil mengemudi mobilnya.

" Gw ingin berubah Vin, ga mungkin gw begini terus. Gw inget perkataan ayah elu.." Sahut Sheila memberi alasan. Agar Vina tidak terlalu curiga. Dan Vina hanya mengangguk angguk. Walau cerita Sheila adalah bohong belaka.

" Mungkin elu butuh kasih sayang dari orang tua Shell. Sorry!!"

" Ga papa. mungkin seperti itu. Tapi tidak seperti papa dan mama di rumah. Gw sudah bodo amat sama mereka.." Sahut Sheila.

" Sorry Shell.."

" Santai aja keles!, gw malah cocok ngobrol sama Wak haji. Daripada yg lain. Makanya gw sering curhat dengan ayah Lo.." Ucap Sheila yg sering bercengkerama dengan orang tua Vina.

" Tapi kadang elu ga nyambung. Kalau ayah sama umi ngomongin ayat dan surat surat Al Qur'an.." Ucap Vina sambil menutup mulutnya. Khawatir menyindir Sheila yg berbeda.

" Gw malah seneng lho. Jadi tahu hal begituan. Di tempat gw kan ga ada.." Sahut Sheila.

" Maafin ayah dan umi ya Sheila sayang..." Ucap Vina.

" Sama sama, kita terbuka kok Vin, gw malah demen yg kaya gitu. Ah udah lah. Biarin mengalir seperti air.." Sahut Sheila.

Dan keduanya kini telah sampai di perusahaan. Kemudian menuju ruangan tempat kerjanya. Sheila dan Vina cekikikan membicarakan tentang kesehariannya. Serta perkenalan beberapa waktu lalu dengan team lain. Terutama adanya Iwan disana.

" Ada apaan hayooo..!"

Riska yg sudah duduk di bangku kerjanya nyeletuk, menanyakan yg dibicarakan antara Sheila dan Vina.

" Ngomongin Kepala produksi baru. Tampan kata Sheila.." Sahut Vina. Kemudian duduk di bangku sebelahnya.

" Lu naksir Shell..?" Celetuk Riska.

" Yeeeeee!!, gw cewek normal kali!, kalau lihat begitu emang ga boleh naksir.." Sahut Sheila. Sheila tidak memungkiri, bahkan ia sudah menyerahkan keper*wananya kepada Iwan. Hanya dirinyalah yg tahu.

" Boleh aja sih. Semoga cepet move on dari yg elu cariin selama ini.." Celetuk Vina disebelahnya.

" Kalau elu tahu sama aja Maemunah..!!" Sahut Sheila dalam hati. Namun Sheila hanya nyengir dengan perkataan Vina.

" Tumben lu berubah hari ini. Ada apakah gerangan pada sahabatku Arsheila Paramita ini..!!" Celetuk Riska sambil menatap Sheila.

" Ada deh!!..ya gak Vir..?" Sahut Sheila.

" Apaan gw kaga ngerti.."

" Eh tuh si ganteng kesini Shell.." Celetuk Riska.

Karena melihat Iwan masuk ke ruangan lantai 2, dan bertemu dengan salah satu staf laki laki. Dan Iwan serta staf itu pun kemudian keluar bersama. Kejadian itu membuat heboh isi kantor Sheila. Walau Iwan sudah beberapa kali ke tempat ini.

" Huh, si ganteng yg perkasa. Semakin tampan saja hari ini. Gw jadi pingin dipeluk terus seperti kemarin.." Ucap Riska dalam hati. Ia membayangkan kejadian kemarin bersama Iwan. Riska tidak menyangka, jika Iwan mau menyentuhnya.

" Gimana Vin, ganteng kan..?" Celetuk Sheila kepada Vina, menggoda Vina.

" Ho ooh.. njiiir..!, Dah punya gebetan belum yak..?" Sahut Vina, membuat Sheila dan Riska tertawa. Riska membayangkan, jika Iwan dalam dekapannya. Sementara Sheila telah memilikinya, walau entah itu apa.

" Biasanya kalau begitu udah ada yg punya lho Vin..!" Ucap Sheila, membuat Vina cemberut karena perkataan dari Sheila.

" Ya iyalah orang ganteng begitu. Bisa bisa lu dilabrak tuh sama ceweknya..!"

" Emang lu tahu ceweknya Ris..?" Sahut Sheila ke Riska, sambil menelisik adakah yg tahu jika Iwan bersamanya.

" Kagak..!"

Ketiganya pun tertawa.

Jam kerja pun dimulai, dan Sheila pun fokus dengan pekerjaannya. Tidak seperti biasanya yg banyak melamun dan ga doyan makan karena banyak pikiran. Bahkan Riska dan Vina pun heran, karena Sheila kini banyak tersenyum. Vina membuka pisang goreng yg dibawa dari kontrakan Sheila. Membuat teman temannya ikut berebutan.

" Mana lagi , gw belum kebagian.." Celetuk temannya yg lain. Membuat seisi ruangan tertawa. Hanya satu orang yg memang sejak tadi diam. Yaitu Mona, teman satu ruangan dengan Sheila.

...****************...

Jam istirahat pun sudah dimulai. Sheila, Riska dan Vina menuju ke kantin. Ketiganya seperti biasa. memesan soto untuk makan siang. Dan makan siang perusahaan juga jadi satu untuk dinikmati. Kadang cuma diambil lauknya. Namun kadang juga nasinya.

Kehebohan kembali terjadi, ketika Iwan turut serta dengan sesama kepala bagian untuk makan siang. Meja memang tidak terlalu jauh dengan Sheila. Membuat Sheila sesekali menatap suaminya itu.

Berbeda dengan Iwan yg sangat menikmati makan siang, walau tidak harus membeli kembali. Iwan menikmati makan siang dari perusahaan. Teman yg bersamanya juga turut serta seperti Iwan.

" Wan, kalau masih singel tinggal pilih tuh, yg kemarin ikut meeting. Disini mah banyak ceweknya.." Celetuk Agung, kepala shift anak buah Iwan. Keduanya sangat akrab kini.

" Apalagi si Sheila itu Wan.." Sahut temannya bernama Yuda. Yuda adalah staf yg dipanggil oleh Iwan untuk berdiskusi masalah internal produksi.

" Kenapa si Sheila?" Sahut Iwan penasaran.

".Udah cantik seksi mulus.."

Tak...!

Aduuuuhhh..

" Kalau omong hati hati, entar denger diamuk lho lu..!" Ucap Agung disebelahnya. Membuat Iwan mengerutkan keningnya.

" Kenapa emangnya..?" Sahut Iwan.

" Saudaranya pak Arya. Orang akrab dia sama pak Arya.."

" Ohh.." Saut Agung disebelahnya. Padahal Iwan lebih tahu daripada Agung itu. Hanya saja tidak mau mengatakannya.

Setelah selesai makan, Iwan dan yg lainnya kembali ke tempat kerja. Memulai aktifitas kembali untuk mengejar target produksi.

Begitu juga Sheila dan teman temannya. Sheila hanya melirik sekilas Iwan yg bersama temannya. Semua sudah di buat sedemikian rupa. Agar tidak terlalu terlihat jika ada hubungan di kantor. Hanya saat ini Iwan kurang respon terhadap Sheila. Apalagi semenjak kejadian semalam.

Berbeda dengan Vina yg memperhatikan gerak gerik Sheila sejak tadi. Apalagi analisa dari Vina tentang Sheila, yg mulai berubah semenjak audit di kepala bagian. Tak lupa pula ia juga mendengar perkataan Arya melalui sambungan telepon tentang orang yg dicari Sheila selama ini.

Tebakan Vina, Sheila sudah bertemu dengan orang yg dicarinya. Namun Vina belum mengetahui siapa sebenarnya orang itu.

...****************...