Akibat mengintai sang ayah yang dicurigai selingkuh, Freya justru berakhir di kamar hotel bersama seorang Pria. Namun, siapa sangka jika semua ini hanya jebakan agar Freya menerima perjodohan bisnis dari keluarganya. Lantas, bagaimanakah Freya menjalani pernikahannya, sedangkan Freya sedang memperjuangkan teman satu kampusnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Tua?
Bunga asmara bermekar indah di sanubari. Aroma semerbak mewangi menggetarkan hati. Freya menikmati setiap detik kebersamaannya bersama Rama di kampus. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang dia miliki sebelum resmi menjadi istri orang. Semenjak pulang dari Thailand dua minggu yang lalu, hubungan Freya dan Rama semakin dekat meskipun mereka bukan sepasang kekasih.
"Fee, bagaimana kalau setelah ini kita mencari refrensi ke perpustakaan pusat? Pasti kita menemukan materi di sana," tanya Rama saat menghampiri Freya di bangkunya.
"Bagaimana, Se? Kamu mau 'kan ikut pergi bersama kami?" Freya menatap Sherly yang duduk di bangku depan.
"Yaelah. Jadi obat nyamuk mulu nih!" ujar Sherly seraya menoleh ke belakang.
"Ayolah, Se. Mau ya?" Kali ini Rama ikut membujuk Sherly agar ikut bersama ke Perpustakaan pusat. "Biar gak jadi obat nyamuk, aku mau mengajak Kevin deh. Bagaimana?" Rama menaikturunkan satu alisnya kepada Sherly.
"Oke. Deal!" Sherly menjadi semangat saat mendengar nama Kevin disebut oleh Rama. Sudah lama Sherly mengincar Kevin, tetapi sampai saat ini belum ada pendekatan sama sekali.
"Kalau begitu kita pesan taksi online saja ya biar gak ketahuan mata-matanya papa," usul Freya. Tak lama setelah itu dia menyuruh Sherly agar memesan taksi online lewat aplikasi.
Setelah selesai bersiap, mereka bertiga keluar dari kelas. Tak lupa Rama menghubungi Kevin agar menyusul mereka ke taman depan. Mereka bertiga berjalan menuju taman depan dengan diiringi senda gurau. Gurat kebahagiaan terlihat jelas dari wajah cantik Freya karena bisa bersanding dengan Rama.
"Eh, eh, stop!" Freya memberikan isyarat agar Rama dan Sherly menghentikan langkah saat melihat pria yang baru keluar dari mobil berwarna hitam. "Ngapain dia ke sini?" gumam Freya seraya menatap pria tersebut.
"Ada apa, Fee?" tanya Rama.
"Iya nih. Apaan sih?" Sherly mengikuti arah pandang Freya. "Oh My God. Siapa dia? Keren banget!" Sherly berdecak kagum melihat pria tersebut.
"Dia si Alex itu!" ujar Freya tanpa mengalihkan pandangan dari Alexander, "sebaiknya kita mencari jalan lain sebelum ketahuan dia. Bisa kacau rencana kita," ucap Freya seraya membalikkan badan.
"Freya! Freya Deandra!"
Sang pemilik nama mendengus kesal setelah mendengar suara Alexander. Dia tak kunjung membalikkan badan karena bingung harus bagaimana. Ada Rama di sisinya sementara Alexander pun kini berdiri di balik badannya. Freya tak melepaskan genggaman tangannya dengan Rama.
"Kamu Freya putrinya om Yama 'kan?" Sekali lagi Alexander memastikan jika tidak salah orang.
"Kamu udah pikun ya? Perasaan kita udah pernah bertemu 'kan? Kok masih nanya sih!" tanya Freya dengan nada sinis setelah membalikkan badan.
"Baiklah. Sebaiknya ikut aku sekarang karena keluarga kita sudah menunggu di butik untuk fitting," ajak Alexander.
"Aku ada acara sama temen-temenku. Lain kali aja lah fittingnya," tolak Freya.
Freya hanya menghela napas berat tatkala melihat ekspresi tak suka dari wajah Alexander. Lantas, dia mengajak Rama dan Sherly sedikit menjauh. "Bagaimana ini, Ram?" tanya Freya.
"Lain kali saja kita ke perpustakaan. Pergilah, Fee," ucap Rama seraya menatap Alexander.
Berat hati Freya meninggalkan Rama dan Sherly. Dia melambaikan tangan dan setelah itu berjalan mengikuti langkah Alexander. Sementara Rama hanya bisa memandang kepergian Freya. Ada rasa cemburu yang hadir dalam hati, tetapi Rama segera menepisnya.
"Lihatlah, Se. Calon suaminya begitu sempurna. Aku hanya butiran debu bila dibandingkan dengan dia," gumam Rama seraya menatap Sherly sekilas.
"No comment, Ram," ucap Sherly tanpa mengalihkan pandangan dari dua orang yang sedang berjalan itu. "Lebih baik sekarang kita pulang saja. Taksi online nya sudah menunggu di depan. Sebaiknya kamu saja yang pakai, sudah aku bayar. Bye, " lanjut Sherly sebelum berlalu pergi dari sisi Rama.
Freya membalikkan badan setelah sampai di samping mobil Alexander. Rupanya Rama dan Sherly sudah pergi dari tempat asal. Ada rasa bersalah yang hadir dalam diri karena takut menyakiti perasaan Rama.
"Di mana mobilmu? Biar sopirku yang membawanya pulang," ucap Alexander.
"Di belakang," jawab Freya dengan suara lirih. Lantas, dia mengambil kunci mobil dari dalam tas untuk diserahkan kepada sopir pribadi Alexander.
Freya masuk ke dalam mobil setelah Alexander membukakan pintu untuknya. Tak lama setelah itu, mobil hitam yang dikendarai Alexander keluar dari gerbang kampus. Keduanya tak ada yang bersuara. Entah karena gugup atau memang sedang tidak ingin bicara. Pada akhirnya keheningan yang menguasai mobil hitam itu.
"Berapa usiamu?" Alexander memecah keheningan. Dia menatap Freya sekilas.
"Dua puluh satu tahun," jawab Freya singkat. Dia tidak berani menoleh ke samping.
"Ck. Masih terlalu kecil." Alexander bergumam lirih setelah tahu umur calon istrinya.
"Kecil? Apa maksudnya?" sahut Freya. Kali ini Freya memberanikan diri menatap Alexander.
"Bukan apa-apa. Lupakan saja," elak Alexander tanpa menoleh ke samping. Dia fokus dengan kemudinya karena jalanan ibukota cukup padat siang ini.
"Ih, nyebelin banget sih!" Freya berdecak kesal melihat sikap calon suaminya itu.
Freya mengeluarkan ponselnya untuk membalas pesan yang masuk. Dia asyik sendiri tanpa menghiraukan Alexander. Sesekali Freya tersenyum tipis tatkala membaca chat di group kelas.
"Ya ampun .... Papa gak salah apa memilih dia buat jadi istriku? Udah badannya kecil, manja lagi. Benar-benar bukan tipeku meski dia cantik," batin Alexander tatkala mendengar Freya membalas pesan dengan pesan suara.
"Kenapa kamu menerima perjodohan ini?" tanya Alexander setelah Freya menyimpan ponselnya ke dalam tas.
"Ya, karena aku tidak bisa menolak keputusan papa. Aku sebenarnya belum mau menikah," jelas Freya seraya menatap Alexander. "Lalu kamu sendiri bagaimana? Kenapa mau menikah denganku?" Freya bertanya balik.
"Kamu tidak akan mengerti urusan orang dewasa. So, tidak perlu aku jelaskan alasannya," jawab Alexander seraya tersenyum penuh arti.
"Dasar menyebalkan ya! Bisa setres aku kalau udah jadi istrimu!"
Freya benar-benar kesal dengan sikap yang ditunjukkan oleh Alexander. Dia mengamati bagaimana wajah Alexander dan bentuk fisik pria dewasa itu. Freya menggelengkan kepala beberapa kali saat membayangkan hari-harinya nanti bersama Alexander. Postur gagah putra semata wayang Wiratama itu nyatanya tidak membuat Freya kagum.
"Kenapa? Kamu pasti membayangkan sesuatu 'kan?" tuduh Alexander setelah tahu jika Freya sedang mengamatinya.
"Terlalu percaya diri!" sarkas Freya dengan sinis, "memangnya umurmu berapa sih kok kelihatannya dewasa banget?" tanya Freya.
"Mungkin tiga puluh tahun atau tiga puluh satu. Aku lupa," jawab Alexander.
Freya terkesiap setelah tahu usia calon suaminya itu. Dia mengubah posisinya menghadap depan dengan badan bersandar di kursi. Freya memijat kepalanya beberapa kali dengan diiringi helaan napas yang berat. Dia tidak menyangka saja jika Alexander sudah kepala tiga.
"Ya Tuhan. Aku akan menikah dengan pria yang umurnya jauh banget dari aku? Astaga ... Ini mah udah memasuki usia om-om! Aduh gak sesuai selera banget! Jauh dari Rama!" batin Freya.
Takut Freya terus barengan sama Rama dan g bisa mengawasi jarak dekat
Pasti berkesan dan g bisa di lupakan
Freya tetap jaga hati ya,,si Alex masih punya kekasih lain
tumben