TRANSMIGRASI
Yah.. Mungkin itu nama yang cocok untuk situasi Carra saat ini yang tiba-tiba saja terbangun di dunia antah berantah dengan dirinya yang memasuki raga seorang gadis cantik bermata biru pekat sepakat lautan dalam yang menghanyutkan.
Entah bagaimana dirinya bisa masuk ke dalam raga gadis yang Carra ketahui bernama Carla Ransiska Atmaja ini, nama yang hampir mirip dengan namanya.
Dibalik kejadian yang tak masuk akal ini, ada sebuah misteri yang membuat Carra mau tak mau harus mengungkap tuntas misteri itu. Agar dirinya bisa kembali ke raganya seperti semula. Itu adalah kunci satu-satunya yang akan mengantarkan Carra kembali ke raganya.
Baru belajar menulis! Maaf kalau gak sesuai ekspetasi, mohon jangan terlalu berharap!
#Cover by pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iiyn_blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 8
Setelah sampai dimansion, Carra, Calvino dan juga kedua orang tua Carra, segera turun dari mobil dan langsung disambut oleh banyak pelayan yang berjejer rapi di depan pelataran pintu masuk.
Karena mansion keluarga Atmaja ini besar jadi memerlukan banyak sekali pelayan, mansion Atmaja ini memiliki 10 pelayan dengan salah satu sebagai kepala pelayan mansion ini yang tak lain adalah bi Inem.
"Selamat datang tuan, nyonya, non Carla, dan juga selamat datang kembali den Calvino" Ucap pelayan serempak dengan membungkukkan tubuhnya setengah.
Carra yang melihat pelayan yang berjejer rapih hanya karena untuk menyambut Calvino itu tak kaget, karena sebelum berangkat Carra sempat melihat papah Sandrio yang meminta para pelayan untuk menyambut Calvino nanti setelah sampai di mansion.
"Terimakasih sambutannya om"
"Tentu Vin, kamu kan keponakan om, tentu om harus menyambutmu bukan" Kedua pasangan paruh baya itu tersenyum kearah Calvino dan dibalas senyum juga oleh Calvino hanya Carra yang terlihat acuh dengan sekitarnya.
"Ayok kita masuk. Barang-barang kamu biar mereka yang bawa" Ajak mamah Laras, Calvino mengangguk. Lalu mereka pun segera masuk kedalam.
"Oh ya sayang, kamu antar kak Vino ke kamarnya ya, kamarnya ada disebelah kamar kamu"
"Baiklah mah" Lalu Carra segera mengantar Calvino ke kamarnya sesuai perintah mamah Laras.
Setelah sampai di depan kamar Calvino, Carra segera pamit untuk ke kamarnya. "Ini kamar kamu kak, aku pamit ke kemar aku dulu ya" Calvino yang melihat Carra ingin ke kamarnya segera mencekal tangannya.
"Kamu gak mau masuk dulu temenin kakak?" Ucap Calvino dengan menatap dalam kearah Carra.
Carra tau tatapan yang diarahkan Calvino kepadanya, tatapan yang mengandung obsesif dan menggoda. Tapi sayangnya yang Calvino goda adalah Carra bukan pemilik tubuh asli jadi Carra tak akan luluh dengan tatapannya itu.
"Ah tidak dulu kak, aku sedikit lelah jadi ingin beristirahat saja di kamarku" Jawabnya dengan tersenyum manis kearah Calvino.
Calvino melepaskan cekalan tangan Carra lalu membiarkan Carra pergi ke kamarnya. "Baiklah, terimaksih sudah mengantar kakak, honey"
"Tentu kak" jawab Carra sambil tersenyum manis lalu berbalik untuk pergi ke kamarnya dan saat itulah senyum manis Carra langsung hilang digantikan oleh seringaiannya.
...
"Lapor tuan, mereka belum ada pergerakan lagi" lapor seorang bawahan kepada seorang pria paruh baya yang masih sangat tampan yang sedang berdiri di depan kaca besar yang menghadap langsung kearah jalanan kota yang ramai di bawahnya.
Pria jangkung itu masih terus menghadap ke kaca besar di depannya sambil tangan kanannya memegang minuman berwarna merah digelasnya dan tangan kirinya berada di saku celananya.
Lalu pria jangkung itu menjawab pertanyaan dari bawahannya. "Terus awasi mereka, dan jangan sampai 'dia' terluka lagi!" Ucap pria itu dengan suara beratnya serta auranya yang gelap itu.
"Baik tuan laksanakan" Jawab bawahannya dengan patuh. Merasa tuannya tidak ada yang ingin di omongkan lagi segera bawahan itu langsung undur diri dari hadapan pria jangkung yang membelakanginya itu.
Sedangkan pria itu masih menatap tajam kedepan sambil sesekali menggoyangkan gelasnya lalu meminumnya.
...
"Oi setan keluarlah, gue pengen ngomong sesuatu sama lo" Saat ini Carra sedang duduk bersandar di sandaran kasurnya.
Merasa terpanggil si setan segera menampakan wujudnya melayang di depan Carra.
"Hihi.. ada perlu apa memanggil si setan cantik ini?" Carra melirik sinis si setan yang sangat percaya diri itu.
"Muka saja ditutupi rambut begitu, bilang dirinya cantik" Si setan hanya terkikik mendengar penuturan Carra.
Memang wujud si setan tidak terlihat, mukanya tertutupi oleh rambut hitam panjangnya itu dan tubuhnya memakai kain putih dengan badannya yang transparan.
"Nah berbicara lah ada perlu apa?"
Carra segera duduk bersila menghadap si setan dengan serius.
"Gue mau tanya, kenapa di novelnya tidak dijelaskan jika Carla memiliki saudara sepupu?"
"Tentu itu dijelaskan di novelnya, di bagian pertengahan setelah Carla masuk ke sekolah DHS sebagai murid baru" Jelas si setan.
Carra mengangguk mengerti, pantas saja dia tidak mengetahui itu, dia saja lupa dengan kelanjutan alur novelnya.
"Lalu bagaimana dengan kedua orang tua Carla? mereka terlihat sangat sayang dengan Carla, tapi yang membuat gue bingung adalah ingatan yang diberikan pemilik tubuh ini, di ingatan yang diberikan pemilik tubuh ini mengatakan jika jangan percaya dengan keluarganya, itu yang membuat gue bingung" Carra menatap si setan meminta penjelasan.
"Jangan mudah percaya dengan perlakukan manis mereka Carra, karena itu hanya topeng belaka untuk menutupi sifat asli mereka" Carra menatap si setan kaget.
"Wah.. jika benar mereka hanya pura-pura baik saja, ekting mereka sungguh harus diapresiasi" Carra menepuk tangannya. Menurut Carra ekting yang mereka lakukan sungguh sangat natural tanpa dibuat-buat, jadi untuk curiga saja sangat tidak mungkin Carra lakukan, karena memang mereka benar-benar seperti tidak melakukannya dengan pura-pura.
"Oh yah tan.." Carra melihat kearah si setan tapi ternyata si setan sudah menghilang.
"Si anj.. dasar setan sialan, ngilang gak permisi dulu!" Carra mengutuk setan di dalam hatinya yang seenaknya ngilang itu.
Tok.. tok.. tok..
"Ngapain bi?"
"Oh ini den, saya mau manggil non Carla buat makan malam" Bi Inem membungkukkan badannya sopan.
"Biar saya saja bi"
"Baiklah den, bibi permisi dulu" Calvino tidak menjawab dan membiarkan bi Inem pergi.
Setelah bi Inem pergi Calvino langsung masuk kedalam kamar Carra tanpa mengetuk pintu telebih dahulu, kebetulan pintu Carra tidak di kunci.
Ceklek..
"Ngapin kak?" Carra yang sehabis keluar dari walk in closet karena sehabis mandi di buat terkejut dengan kedatangan Calvino.
Sialan! untung gue udah makai baju. Carra mengumpat dalam hati atas ketidaksopanan Calvino itu.
Calvino menatap Carra dari bawah sampai atas. "Kamu habis mandi?" Carra mengangguk untuk merespon pertanyaan Calvino itu.
"Ah sayang sekali" Carra memicingkan matanya curiga kearah Calvino. Apa maksud Calvino ini, jangan-jangan dia berharap liat gue bugil lagi, dasar bajingan!. Umpat Carra di dalam hatinya.
"Ayo turun, om sama tante udah nunggu kita untuk makan malam"
"Baiklah ayo" Calvino memeluk posesif pinggang Carra lalu mereka segera turun bersama. Sebenarnya agak risih dengan perlakuan Calvino, tapi karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan Calvino, jadi Carra menurut saja.
Setelah sampai di meja makan, mereka berdua segera menyapa kedua paruh baya yang sudah menunggu itu.
"Malam pah, mah"
"Malam om, tante"
Sapa mereka secara bersamaan. Kedua pasangan paruh baya itu mengangguk, lalu menyuruh mereka untuk duduk. Dan makan malam pun dimulai dengan hikmat.
"Benarkah ada kejadian seperti itu" Ucap Calvino dengan raut wajah kegetnya.
Sekarang mereka ber-empat sedang duduk di ruang keluarga, dengan mamah Laras yang menceritakan kejadian yang terjadi di sekolah DHS tadi pagi.
"Benar Vin, sampai-sampai sekolah memulangkan semua murid dan juga meliburkannya, benarkan sayang" Mamah Laras menatap Carra memintanya untuk membenarkan ucapannya.
Carra mengangguk mengiyakan ucapan mamah Laras. "Benar kak, memang ada kejadian seperti itu" Calvino mengangguk mengerti.
"Oh ya Vin, kamu sudah om daftarkan di sekolah DHS, jadi nanti tinggal masuk saja" Ujar papah Sandrino memberitahu Calvino.
"Iya om, makasih" Papah Sandrio mengangguk sebagai jawaban.
"Pah, mah, kak, aku mau masuk ke kamar dulu ya, ngantuk"
"Bareng sama kakak, dek" Celetuk Calvino. Memang jika didepan orang tua Carra, Calvino akan memanggil Carra dengan sebutan adek, agar tidak menimbulkan kecurigaan pasangan paruh baya itu.
"Yasudah kalian istirahat gih, apalagi kamu Vin pasti capek kan" Calvino mengangguk lalu mereka berdua segera beranjak ke kamar mereka dengan Calvino yang memeluk pinggang Carra posesif.
Setelah mereka berdua sudah sampai di lantai tempat kamar mereka berada, mereka segera masuk kedalam kamar mereka masing-masing.
Cup
Vino mencium pipi Carra. "good night honey" Carra memegang pipinya yang baru saja dikecup Calvino.
Sialan berani sekali bajingan ini cium pipi gue. Umpat Carra dalam hati.
Carra segera tersenyum kearah Calvino. "Selamat malam juga kak" Calvino tersenyum kearah Carra lalu langsung pergi kearah kamarnya.
Carra menatap datar punggung Calvino yang sudah mulai masuk kedalam kamarnya itu, lalu dia juga langsung masuk kedalam kamarnya.