NovelToon NovelToon
Daily Pasutri

Daily Pasutri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Skay. official

keseharian seorang pasutri sebagai seorang pegawai negri, sebagai pasangan suami istri Dimas dan Indah saling melengkapi. namun terkadang perasaan cemburu dari Indah membuat Dimas merasa pusing. akan kah Dimas bisa bertahan dengan sikap kekanak kanakan istrinya?
simak cerita selengkapnya dalam kisah Daily pasutri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skay. official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mual

Dua minggu telah berlalu, sudah dua minggu lamanya Indah dan Dimas menempati kontrakannya. Hari hari telah mereka lalui dengan damai tanpa ada problem apapun, namun entah mengapa tiga hari terakhir ini. Indah mengalami penurunan berat badan, ia juga merasa lemas dan lesu. Mungkin karna efek tak enak badan yang ia alami selama tiga hari ini, Dimas sebagai suami Indah juga tak kurang perhatiannya terhadap Indah. Selama Indah sakit, Dimas yang mengerjakan semua pekerjaan rumahnya, termasuk memasak, mencuci dan lain lain. 

"Sayang, kamu beneran nggak papa aku tinggal?" Tanya Dimas memastikan, pasalnya mereka hanya tinggal berdua. Dan jika Dimas pergi makan Indah sendirian. 

"Iya mas, nggak papa. Aku juga titip surat izin ke kantor ya, aku rasanya masih pusing. Ini juga rasanya mual banget" Jawab Indah yang berbaring diatas ranjang seraya menghirup minyak aroma terapi. 

"Iya sayang, tenang aja. Nanti aku sampein ke kantor. Tapi aku masih nggak yakin kalau kamu kuat aku tinggal sendirian, apa aku libur aja. Buat nemenin kamu" Kata Dimas yang sangat merasa khawatir pada istrinya. 

"Nggak papa sayang, aku kan wanita strong" Jawab Indah seraya menunjukan otot lengannya, yang tak terlihat. 

"Halah, nggak usah sok strong" Kata Dimas mengibaskan tangannya didepan wajahnya. 

Saat Dimas memandangi Indah dengan lekat, sebelum ia benar benar pergi. Tiba tiba saja Indah bergegas bangun dari ranjang, lalu beringsut turun dan berlari menuju kamar mandi. 

"Huweeekkk... Huweeeekkk... " Indah muntah muntah, akan tetapi tidak ada yang keluar dari dalam mulutnya. 

"Sayang, katanya kamu nggak papa, ini kamu mual mual begini. Aku libur aja ya, aku temani kamu. Aku takut kamu kenapa napa" Kata Dimas seraya memijat tengkuk Indah. 

"Udah, aku nggak papa. Kamu kerja aja sana, nanti kamu terlambat" Kata Indah yang yang berusaha kuat. 

Padahal dia merasa lemas, pusing serta mual. Namun untuk menjaga perasaan suaminya agar tidak khawatir, Indah berkata dusta pada suaminya. 

"Kalau nggak kita priksa ke dokter aja yuk" Jawab Dimas yang masih tak percaya kalau Indah tak kenapa napa. 

"Nggak usah, kamu udah telat lo sayang. Ini sudah hampir jam delapan" Jawab Indah lagi. 

"Tapi aku nggak tenang kalau kamu begini sayang" Kata Dimas seraya menuntun Indah keluar dari kamar mandi. 

"Sayang, percaya deh. Aku nggak papa, aku nggak papa kamu tinggal sendiri. Tapi maaf kalau nanti aku nggak ngerjain pekerjaan rumah, aku nutuh rebahan seharian. Boleh kan?" Kata Indah yang menangkup wajah Dimas. 

"Kamu nggak perlu khawatirkan pekerjaan rumah, sudah aku selesaikan dari subuh" Jawab Dimas yang menggenggam tangan Indah yang menangkup pipinya. 

"Udah sana berangkat" Kata Indah lagi. 

"Kamu memang kepala baru, tapi nggak papa soalnya aku sayang sama kamu" Kata Dimas yang meraih tangan Indah lalu dikecup nya dengan mesra. 

"Ya sudah, aku berangkat ya" Kata Dimas kini berpamitan pada Indah. Dan Indah menyalami tangan Dimas dan menciumnya dengan takzim. 

Setelah Itu, Dimas akhirnya berangkat. Namun hatinya masih merasa cemas karna meninggalkan istrinya sendirian. Akhirnya Dimas membelokkan arah menuju rumah mertuanya, ia tak memperdulikan jika dia harus bolak balik dan telah dikejar waktu. 

Saat itu ia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Hingga kurang dari satu jam, Dimas telah sampai di rumah mertuanya. 

"Mas dimas, nggak kerja?" Tanya Irwan yang heran dengan Dimas datang terburu buru. 

"Mas kerja, ibu ada dirumah?" Tanya Dimas pada Irwan. 

"Ada didalam.. " Belum lengkap Irwan menjawab, Dimas langsung menyelonong masuk dengan terburu buru. 

"Kenapa sih, tumben tumbenan gausah grusuh kayak orang dikejar sayton" Monolog Irwan, sebenarnya Irwan ingin mengejar Dimas masuk ke dalam. Akan tetapi Diki dan Farid sudah menelfon nya berkali kali. 

"Asalammualaikum bu" Kata Dimas mengucap salam lalu menyalami Ibunya dengan takzim. 

"Walaykummussalam, loh kamu nggak kerja? Indahnya mana?" Tanya bu Aini yang kebingungan. 

"Bu, Indah sakit, tadi dia mual mual. Tadi Dimas bilang kalau Dimas mau libur aja buat temani Indah, tapi sama Indah nggak boleh. Dimas kesini mau minta tolong sama ibu, buat temani Indah. Dimas takut Indah kenapa napa bu" Kata Dimas menjelaskan. 

"Sakit?, sakit apa? " Tanya bu Aini. 

"Dimas nggak tau, soalnya Indah diajak ke dokter nggak mau. Rencananya nanti sepulang kerja kalau Indah belum membaik, Dimas antar Indah ke rumah sakit. Tapi Dimas mau minta tolong sama ibu, buat tani Indah dulu selama Dimas kerja" Kata Dimas lagi menjelaskan. 

"Ya sudah, ibu ganti baju dulu" Kata Bu Aini yang kini bergegas menuju kamarnya untuk berganti pakaian. 

"Ngapain sih bu lari lari" Kata Pak joko menegur istrinya yang lari menuju kamar. 

Tak di jawab oleh istrinya, pak joko hanya geleng geleng kepala. Lalu pak joko menuju ruang tamu, disana Dimas telah duduk sendiri seperti tengah menunggu. 

"Loh, nak Dimas. Tumben pagi pagi kesini? Apa sudah pulang kerja?" Tanya Pak Joko pada Dimas. 

"Eh enggak pak, Dimas belum berangkat" Dimas bergerak bangkit dari duduknya lalu mendekati pak joko dan menyalaminya. 

"Lah, terus Indahnya mana?" Tanya pak Joko. 

"Itu dia pak, Dimas kesini mau minta tolong ibu buat temani Indah dirumah, karna Indah lagi sakit" Kata Dimas menjawab. 

"Sakit? Sakit apa?" Tanya pak Joko yang terkaget mendengarnya. 

"Sebenernya cuma nggak enak badan sih pak, cuma Dimas khawatir kalau Indah tinggal dirumah sendirian. Dimas takut Indah kenapa napa, makanya Dimas mau minta bantuan ibu buat temani Indah di kontrakan" Kata Dimas lagi menjelaskan. 

"Ya ampun, kalau begitu bapak ikut juga. Tunggu sebentar ya" Pak joko juga berlari terburu buru untuk  bersiap siap. 

Tak lama berselang pak Joko masuk kedalam, bu Aini keluar dengan sudah bersiap siap. 

"Yuk nak, ibu sudah siap" Kata bu Aini yang menghampiri Dimas. 

"Tunggu sebentar lagi bu, katanya bapak mau ikut juga" Kata Dimas. 

"Ikut? Mau ngapain ikut, udah kita tinggal aja" Kata bu Aini yang mengajak Dimas keluar rumah. 

"Eeehhh eeehhh, tunggu dulu. Bapak juga mau ikut" 

"Ngapain sih pak ikut segala, udah bapak tunggu dirumah aja" 

"Emangnya bapak nggak boleh ikut jagain anak bapak? Indah juga darah daging bapak bu, jadi bapak berhak ikut jagain" 

Kedua orang tua itu malah sibuk berdebat, sementara Dimas yang menyaksikan hanya bisa garuk garuk pelipisnya. 

"Eee, udah bu pak, nggak papa bapak ikut. Dimas udah dikejar waktu ni, Dimas udah terlambat masuk kerja. Yuk kita berangkat sekarang" Kata Dimas yang kini mengambil jalan tengah. Akhirnya pak Joko dan bu Aini dibawa Dimas untuk menuju kontrakannya. 

Dimas mengendarai mobilnya dengan kecepatan stabil, hingga beberapa saat kemudian. Mereka sampai di kontrakan Dimas dan Indah, saat mereka turun. Mereka mendengar suara Indah yang mual mual dikamar mandi. 

"Waduh, mual lagi kayaknya Indah bu" Dimas bdrlari dan membuka pintu. Langsung menuju kamar mandi mengecek istrinya. 

"Sayang, kamu mual lagi? Kamu bilang kamu nggak papa" Kata Dimas yang panik. 

"Loh kok kamu pulang lagi, udah nggak papa cuma mual doang kok. Aku kuat sayang" Kata Indah yang mendapati Dimas sudah ada di kontrakan lagi. 

"Kamu sakit apa to nak?" Tanya bu Aini yang kini ikut menemui Indah. 

"Loh ibu sama bapak kok ada disini?" Tanya Indah bingung dengan kedua orang tuanya sudah ada disana. 

"Sengaja mas bawa ibu sama bapak buat temani kamu, mas khawatir sama kamu nggak ada yang temani. Nanti kalau kamu kenapa kenapa siapa yang mau bantuin?" Kata Dimas menjawab.

"Ya ampun mas, aku itu nggak papa" Kata Indah yang masih mensugesti suaminya kalau dirinya tidak papa. 

"Nggak papa gimana to Indah, kamu aja mual mual begitu. Udah nak Dimas, kamu kalau mau kerja, Kerja aja biar bapak sama ibu yang jagain Indah. Kamu nggak usah khawatirkan Indah" Kata Pak Joko yang menyuruh Dimas untuk berangkat bekerja. 

"Ya sudah, kalau begitu Dimas berangkat ya, pak bu, nanti kalau ada apa apa telfon Dimas. Jangan ngeyel ya sayang, nurut sama bapak sama ibu, muka kamu aja udah pucet begitu" Dimas berpamitan lalu ia pergi menunu kantor. 

Selepas Dimas berangkat ke kantor, Indah kembali mual mual. Muntah muntah di kamar mandi, bu Aini dan pak Joko turut membantu Indah untuk meminta kepalanya. Memberikan minyak angin, akan tetapi mereka masih berfikir kalau Indah itu masuk angin. 

Sesampainya Dimas di kantor, Romi yang mendapati Dimas baru datang langsung menghampiri. 

"Loh dim, tumben amat baru datang. Ini jam berapa?" Tanya Romi pada Dimas. 

"Sorry, lagi dalam situasi genting tadi dirumah" Jawab Dimas yang kini membuka pintu ruangannya. 

"Genting gimana maksudmu?" Tanya Romi yang mengikuti Dimas masuk kedalam ruangannya. 

"Selamat pagi menjelang siang Pak Dimas, tumben nih berangkatnya telat banget?" Sapa Deri pada Dimas. 

"Iya nih lagi genting dirumah tadi, Indah sakit Rom, tadi pagi mual mual" Kata Dimas memberi tau. 

"Lah belum sembuh to? Bukannya udah tiga hari?" Kata Romi yang terkaget. 

"Sakit apa istrinya pak?" Tanya Deri yang ikut menimbrung. 

"Nggak tau sakit apa, tadi pagi mual mual. Aku kasihan banget lihatnya, badannya sampai kurus begitu. Apa lagi tadi pagi dia mual mual, nafsu makannya juga menurun makanya badannya kurus, padahal udah tiga hari" Kata Dimas menjelaskan. 

"Udah tiga hari kenapa nggak dibawa ke dokter pak Dimas, kasihan sampai kurus" Kata Deri menanggapi. 

"Iya dim, kenapa nggak kamu bawa ke dokter?" Kata Romi yang menimpali. 

"Aku udah ajak dia buat ke dokter. Tapi Indahnya nggak mau, dia kalau udah bilang nggak mau susah banget anaknya" Kata Dimas menjawab. 

"Mana tadi pas aku sampai kontrakan setelah jemput ibu, si Indah mulai muka lagi. Pagi sebelum aku berangkat dia juga mual mual" Kata Dimas menceritakan. 

"Mual mual?, coba suruh tes kehamilan pak. Siapa tau ngidam istri pak Dimas" Kata Deri menyarankan. 

"Ha? Maksudmu?" Tanya Dimas dan Romi berbarengan. 

"Iya, coba aja suruh tes kehamilan. Soalnya gejalanya kayak orang hamil muda" Kata Deri menerka nerka. 

"Memang pas istrimu hamil gejalanya kayak gitu?" Tanya Dimas lagi. 

"Rata rata ya memang gitu, istri yang mual mual. Tapi untuk kasus saya, malah saya yang tepar, saya yang mual mual. Itu normal kata dokter. Coba aja disuruh tes, baru nanti periksa ke dokter" Kata Deri menyarankan. 

"Nah, tu di coba dim. Siapa tau positif" Kata Romi yang kini menyemangati Dimas. 

Dalam hati dimas, sesungguhnya iya mengharapkan hal itu. Namun ia tak ingin terlalu berharap, mengingat kala itu pernah ia sangat bahagia saat istrinya bilang kalau istrinya telat datang bulan. Namun setelah di cek, Indah hanya mengalami stres, sehingga datang bulannya tidak lancar. 

"Woy, kok malah bengong. Ayo dong eksaited. Bukannya kamu juga pengen punya anak?" Tanya Romi yang menyadarkan lamunan Dimas. 

"Aku nggak mau terlalu berharap dulu rom, aku takut kalau aku kecewa lagi sama hasilnya. Kamu tau kan waktu itu aku pernah se eksaited apa saat mendengar kalau istriku telat datang bulan. Namun setelah diperiksa cuma efek stres aja, aku takut kecewa lagi" Jawab Dimas. 

"Ya elah, ayo dong optimis. Kali ini aku yakin kalau Indah itu emang lagi hamil" Kata Romi mencoba meyakinkan Dimas. 

"Iya Pak, apa salahnya nanti disuruh tes istrinya" Kata Deri menimpali. 

"Iya, nanti aku suruh istriku untuk tes" Jawab Dimas seraya tersenyum. 

Mereka kini mulai sibuk dengan pekerjaannya masing masing, dan Romi kini berpindah kembali ke ruangannya. 

"Dari mana Rom?" Tanya Hanifah pada Romi yang berpapasan dengan Romi. 

"Baru dari ruangan Dimas, kenapa?" Tanya Romi balik pada Hanifah seraya melirik ke junjungannya yang dibawa Hanifah. 

"Itu apa?" Tanya Romi lagi. 

"Oh, aku nyari kamu di ruangan kok nggak ada, kalok ini. Ini buat kamu, jangan lupa dimakan ya. Dihabiskan, yang dihabiskan makanannya, kotak bekalnya jangan ikut dimakan" Kata Hanifah seraya berkelakar. Lalu Hanifah berlalu meninggalkan Romi. 

Romi memandangi kotak bekal yang diberikan oleh Hanifah padanya. Bingung? Tapi dia juga bahagia, sampai Romi lupa untuk mengucapkan terimakasih. Ia malah bengong memandangi Hanifah yang menjauh bergantian melihat kotak bekal yang dipegangnya. 

"Tumben amat, kesambet apa dia? Atau jangan jangan kemarin kesamber gledek kali ya" Monolog Romi yang kebingungan dengan sikap Hanifah. 

Lalu Romi masuk kedalam ruangannya, didalam sana. Romi masih tak menyangka kalau ia dibuatkan bekal oleh Hanifah. 

"Ya ampun, semalam mimpi apa aku ini. Dibuatkan bekal sama bidadari pujaan hati" Monolog Romi dengan narsisnya. 

Romi ingin membuka kotak bekal itu, akan tetapi ia urungkan. Mengingat jam istirahat masih lima belas menit lagi. Romi berfikir untuk membukanya sekalian jam istirahat saja. 

Sementara Romi dilanda asmara, Indah yang dirumah malah membuat bu Aini dan pak Joko kebingungan. Pasalnya Indah pingsan, setelah keluar dari kamar mandi. Namun saat melihat jam di dinding urung pak Joko untuk menghubungi Dimas. Karna sebentar lagi Dimas juga akan pulang. Dengan segala cara pertolongan pertama mereka lakukan, tak lama Indah pun tersadar. 

"Mana pak, sudah di telfon belum Dimas?" Kata bu Aini bertanya pada suaminya. 

"Sebentar lagi dia juga pulang, tu lihat, jam pulang kerja juga sebentar lagi" Kata pak Joko menjawab. 

"Gimana to pak, nggak lihat Indah udah kayak gini, kalok Dimas cepat dikabari kan biar dia ada alasan biar cepat pulang. Nggak kasihan bapak sama anak sendiri, sini biar ibu aja yang telfon" Rutuk bu Aini pada suaminya lalu mengambil alih ponsel digenggaman pak Joko. 

"Sudah lah bu, Indah nggak papa kok" Kata Indah dengan lemas nya. 

"Nggak papa gimana, udah kamu diam saja" Kata bu Aini malah memarahi Indah. 

Mereka berdua hanya bisa diam jika ibu kepala suku sudah memarahi mereka, bahkan wibawa pak Joko turun jika istrinya sudah mengomel. 

1
TheNihilist
Bukan hanya cerita yang membuatku senang, tapi juga cara penulisan yang luar biasa! 🤩
Kurnia Sari: terimakasih 🙏
total 1 replies
Paola Uchiha 🩸🔥✨
Kereeeen!
Beerus
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!