NovelToon NovelToon
Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Mafia / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / suami ideal
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bilah Daisy

Mempunyai Hubungan Toxic dengan suaminya merupakan hal biasa bagi Sara, hal itu sudah wajar jadi ia tak terlalu peduli. Leo sang mafia agresif namun sangat menyayangi istrinya masih saja ia tenggelam dengan obsesi masa kecilnya selain obsesi cintanya pada Sara. Kehidupan yang awalnya seperti biasanya berubah menjadi aneh saat Sara mendapatkan tranplantasi jantung oleh seseorang yang tak di ketahuinya. Di balik pernikahannya yang kembali berjalan lancar setelah Sara sembuh, Sara mulai mendapati sisi gelap suaminya karena kepekaannya yang kuat sejak menerima transplantasi jantung. Hal itu membuat Sara menjadi takut pada suaminya, sebenarnya apa sisi gelap dari Leo hingga membuat Sara takut setelah mengetahuinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilah Daisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Marahan

Sesampainya mereka di rumah, terlihat ada 1 mobil yang terparkir di depan rumah yang entah siapa.

" Siapa yang datang?" Tanya Sara memerhatikan mobil itu.

" Nggak tahu juga."

Mereka berdua lalu masuk untuk mereda rasa penasaran mereka.

Saat di dalam mereka berdua melihat kakak dan ayah Anna yang sedang duduk di sofa.

" Ada apa ini?" Sara. " Kalian siapa?"

" Leo." Saat Anna hendak menghampiri Leo, Sara dengan cepat menarik rambutnya. " Aaaw.. sakit."

" Mereka siapa?"

" Mereka ayah dan kakaknya Sara, lepasin Sar." Ucap Leo.

" Kenapa mereka kemari?" Tanya Sara lagi. " Gue kan udah bilang gue nggak mau ada masalah apapun itu."

" Gue minta maaf Sar, tapi lepasin dulu."

" Lepasin tangan Lo dari rambut adik gue." Ucapan Andi mencengkram tangan Sara.

Sara langsung memasang tatapan tajam pada Andi membuat Andi sedikit takut hingga menurunkan pandangannya.

" Lo yang lepasin tangan gue." Ucap Sara datar.

" Sara, lepasin rambutnya." Leo menggenggam tangan Sara.

" Kamu juga!! Diam aja!" Bentak Sara. " Ini bau parfum Leo." Sara mengendus baju Anna.

" Sar gue bisa jelasin."

" Iya, seharusnya Lo bisa ngejelasin kenapa Lo masuk ke kamar gue diam-diam."

" Ha? Maksud Lo?"

" Nggak usah drama deh, waktu Leo pergi Lo langsung masuk kamar kan?"

" Nggak Sar..."

" Ngaku aje deh, susah amat."

" Sara lepasin gue!!!" Anna menepis tangan Sara. " Gue dari kemarin diam ya waktu Lo terus pojokin gue."

" Ya terserah gue, Ini rumah gue."

" Gue sama sekali nggak masuk ke kamar Lo maupun Leo! Leo jelasin nih sama istri Lo."

" Lo aja, gue nggak mau ikut campur."

" Leo..."

" Jelasin." Sara menyilangkan kedua tangannya di dadanya. " Nggak bisa kan?"

' apa sih ini, gue pikir bakalan sesuai rencana njir. Ni anak pintar juga jebak gue.' Anna mengepalkan tangannya. " Gue..."

" Dan Lo juga pake lipstik gue." Sara mengelap bibi Anna.

" Lo ya!!" Anna melayangkan tangannya.

" Pliss deh. Nggak lucu banget, Lo mending jujur aja deh." Sara menahan tangan Anna. " Lo pikir kita lagi main drama dan gue Nerima tamparan Lo gitu?" Sara menepis tangan Anna kasar. " Gue ngapain juga sih ikutin drama Lo. Mending gue naik, Leo urus mereka." Sara lalu naik.

" Baik baby." Leo tersenyum lebar.

" Romantis juga Lo sama istri Lo." Ucap Andi. " Tu istri Lo nggak bener..."

" Lo yang nggak bener." Balas Leo.

" Kamu bawa anak om kesini dan nggak bilang sama om?" Tanya Andre.

" Maaf om, tapi anak om sendiri yang merengek kemari. Dan memohon tinggal di sini meski istri saya tidak setuju."

" Ha." Andre tersenyum meremehkan. " Om pikir kamu udah nggak suka sama Anna lagi, tapi kamu biarin dia tinggal di sini setelah dia dari luar negeri?"

" Sekali lagi aku minta maaf om, aku bantuin dia karena ada utang Budi sama om, bukan karena maksud lain. Sekarang karena dia sudah tinggal di sini, aku udah nggak punya utang Budi sama om kan?"

" Berani banget kamu ya."

" Jangan berargumen di sini om, aku udah lebih sopan banget sama om. Aku nggak mau keluar batas. Lagian putri om yang numpang di sini."

" Menumpang kata mu?"

" Iya, di mohon-mohon sama aku kemarin."

" Leo, kamu kok tega sih?" Anna merasa marah.

" Kenapa nggak? Mending kalian semua pergi deh, takut nantinya jika istri aku yang keluar lagi tanganin kalian."

" Ini bisa di bawa ke pengadilan karena membawa seorang wanita kemari tanpa sepengetahuan keluarganya, bisa di bilang ini penyelundupan." Ucapnya Andre mengancam.

Leo langsung tersenyum miring. " Om tahu apa itu penyelundupan? Ok, kalo om mau ngelaporin aku silahkan, aku juga bakal lapor balik om tentang pencemaran nama baik. Omong-omong istri seorang detektif."

" Hhhhha, seorang detektif?"

" Lalu menurut om apa? Dia sangat pintar dalam menangkap pelaku, dia bisa segala hal dan juga bisa adu mulut dengan lancar di pengadilan." Leo tersenyum.

" Tidak ada gunanya berlama-lama di sini, lebih baik aku pergi." Andre lalu pergi dari sana.

" Berhati-hatilah di jalan." Leo membungkuk.

xxxxxxxxxxx

Jam 02.30 pagi*

Sara masih belum tidur karena sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya.

" Ckkk, maksud dia apasih? Kok tidur nggak pake baju. Mana ganteng banget lagi." Sara mengelus-elus rambut Leo. " Nyebelin banget, seharusnya gue ni libur setelah nemuin pelakunya makam di kasi yang baru lagi. Seolah-olah hanya tim gue yang detektif di sana."

Tiba-tiba Sara terdiam dan mengerutkan keningnya heran.

" Tu manyat kok aneh banget ya, bunuh diri kok di danau. Kenapa nggak lompat aja coba ke danau, kenapa cuma dipinggir. Ni semakin hari manusia semakin aneh njir."

Saat ia kembali fokus melihat foto-foto mayat di laptopnya, ia tiba-tiba di kejutkan oleh notif laptopnya yang memandakan ada surel yang masuk.

" Mengagetkan saja, kenapa notif laptop ini besar sekali." Sara lalu membuka isi surel itu. " Aku juga mencintai mu." Sara mengerutkan keningnya.

Lama ia berpikir apa maksud pesan itu, tiba-tiba ie berteriak dan melemparnya laptopnya ke bawah.

Hal itu membuat Leo tentu kaget dan langsung terbangun dari tidurnya.

" Ada apa!"

" Ada hantu di laptop itu!" Sara menunjuk laptopnya. " Tiba-tiba ada pesan yang masuk..."

" Ckkk dasar anak ini, kamu bikin panik aja!" Kesal Leo.

" Ya maap." Ngegas Sara.

Leo lalu mengambil laptop itu, namun anehnya, Sara dengan cepat melompat ke arahnya dan merebut laptop itusecara paksa.

" Apasih." Leo merebut kembali laptop itu.

" Nggak boleh." Sara menggelengkan kepalanya.

" Kamu mencurigakan banget, pasri ada sesuatu kan?"

" Nggak ada Leo."

" Ya udah kasi lihat aku dulu."

" Nggak mau."

" Kenapa nggak mau?"

" Ya nggak mau aja."

" Apsih kamu, kasi nggak. Kamu bikin aku penasaran."

" Nggak ada apa-apa Leo, Bian ngirim foto setan jadi aku kaget."

Namun Leo yang masih curiga tak mau melepasnya.

" Aku nggak bohong Leo. Serius."

" Ya udah, aku juga mau lihat."

" Nggak, nggak boleh."

" kenapa nggak boleh iih."

" Ini tu nggak penting banget, aku juga mau balik kerja aja. Kerjaan aku masih banyak yang belum selesai."

" Apasih, kamu kok aneh banget. Kenapa belum tidur?" Tanya Leo.

" Aku masih punya kerjaan yang penting banget." Sara tersenyum. ' apa maksud pesan itu? Apa dia ada di sini? Mati gue jika dia ada di sini. Kalo Leo sampai tahu... Ckkk kok baru muncul sih.'

" Sara, kamu kok diam. Mikirin apa kamu?"

" Mikirin gimana cara agar kamu seneng."

" Cara aku seneng?"

" Iya." Angguk sara berkali-kali.

" Ya udah sini."

" Kamu mau ngapain."

" Kamu kan bilang masuk senengin aku."

" Hahhaha, kapan aku bilang gitu?"

" Kamu barusan bilang loh tadi, udah, kamu kesini aja."

Sara lalu menaruh laptopnya dan melangkah berjalan mendekati Leo.

Leo lantas memeluknya dan jantung Sara seketika berdebar kencang tak seperti biasanya yang biasa saja jika di peluk Leo.

Kali dia benar-benar seperti seorang yang pemalu jika berhadapan dengan Leo dan hilang malu jika Leo tak di sampingnya.

" Oh, jantung kamu ke rasa sampe sini. Kamu nggak apa-apa?" Leo menyentuh wajah Sara. " Wajah kamu merah banget."

' kenapa jantung gue berdetak kencang gini sama waktu gue ketemu dia untuk pertama kalinya? Ada apa dengan gue?' Sara terus menatap polos Leo.

" Kau baik-baik saja?"

Berulangkali Leo bertanya, namun suaranya terdengar samar di telinga Sara. Karena jantungnya yang terus berdegup kencang, hal itu membuat dadanya sakit.

Namun anehnya, saat ia merasakan sakit yang luar biasa pada dadanya. Ia sempat mengecup bibir Leo sebelum akhirnya pingsan tak sadarkan diri.

xxxxxxxxxxx

Sara mengerutkan keningnya dan memegang kepalanya yang terasa sakit.

Ia membuka matanya dan melihat tempat yang begitu terang.

" Aww, sakit sekali. Di mana aku?"

" Lo udah sadar?" Wajah seorang dokter yang tampan langsung terpampang nyata tepat di atas wajahnya. " Lo baik-baik aja kan?"

" Kamu tampan banget."

" Ha?" Heran Alex.

" Apa kita pernah bertemu?"

" Maksud Lo apa?"

" Lo nggak apa-apa? Apa dada Lo masih sakit atau jantung Lo berdetak kencang gitu?"

" Nggak." Sara menggelengkan kepalanya perlahan.

" Kamu udah sadar? Syukurlah." Leo mengelus-elus rambut Sara.

' dia lebih tampan, kau cinta pandangan pertama ku.' Sara menyentuh wajah Leo. " Kamu sangat tampan, kamu kok tampan banget sih?"

" Ha?" Heran Leo. " Kamu baik-baik aja kan? Apa ada yang masih sakit? Apa dada kamu masih sakit?"

' gue kenapasih? Kenapa ni jantung kencang banget njir, dia kan suami Lo Sara. Lo kenapa sih? Kok gue tambah cinta ya sama dia? Apsih.' benaknya.

" Sara?"

" Apa? Apa?"

" Kamu baik-baik aja kan? Kenapa diam aja."

" Iya." Sara lalu bangun. " Aku kenapa bisa di sini?"

" Tadi pagi kami pingsan, kamu pinsang gitu aja setelah cium aku. Ada apa?"

" Kamu ngapain bawa aku kesini sih?"

" Apa ingin langsung ke pemakaman?" Tanya Leo serius.

" Iii Leo iii, nyebelin banget sih. Gini ya, aku tuh nggak tahu kenapa aku nggak suka di rumah sakit ini."

" Kamu maunya apa sih?"

" Kamu ada dokter di rumah."

" Justru dia yang nyuruh buat bawa kamu ke sini dan di tangani oleh dokter yang pernah Operasi kamu biar lebih aman katanya. Ya aku ikutin aja."

' dia ni nampak bahagia sama suaminya.' batin Alex. " Permisi, kalau gitu gue pergi dulu. Lo bisa panggil kapan aja jika perlu." Ucap Alex.

" Tunggu bentar, gue mau ngomong sama Lo."

Sara menahan tangan Alex

" Mau ngomong apa?"

" Iih Sara, nggak usah pegang-pegang juga." Leo menepis tangan Alex.

Sara terus menatap Alex dengan jantungnya yang semakin berdetak kencang jika terus menatap Alex.

" Gue mau ngomong sesuatu." Ucap Sara lagi.

" Iya, apa. Lo mau ngomong apa?"

Namun Sara hanya diam dan mengerutkan keningnya berpikir apa yang harus ia katakan.

" Bicaralah, ada apa?" Ucap Leo.

" Aku ingin bicara tapi nggak tahu apa, pokoknya dia ngelakuin itu karena sesuatu. Jadi dia jauhin Lo."

" Ha? Maksud Lo?"

" Gue ngomong apa? Gue nggak tahu."

" Kamu ini kenapasih sebenarnya?" Leo mengerutkan keningnya.

" Alex." Dan seorang wanita masuk memanggil Alex. " Lo udah selesai nggak?"

" Ah profesor Wilia, kita bicara di luar aja." Ucap Alex.

" Iya." Wilia lalu hendak pergi dari sana.

" Tunggu." Ucap Sara.

Sara membuka selimutnya dan melangkah mendekati Wilia dengan begitu cepat.

Dan tiba-tiba ia menampar pipi Wilia membuat semua orang langsung kaget termasuk Leo.

" Hhha. Apa yang gue lakuin." Sara menutup mulutnya kaget.

" Lo pikir apa yang Lo buat?" Wilia mengerutkan keningnya.

" Gue minta maaf, gue nggak tahu kenapa gue ngelakuin itu." Sara menatap tangannya.

" Lo minta maaf setelah tampar gue secara sadar?!"

" Gue bener-bener minta, gue juga nggak tahu..."

" Kamu baik-baik aja?" Leo mengelus-elus tangan Sara. " Kamu kenapa sih? Kenapa nampar orang sembarangan. Kamu lagi stress ya?"

" Leo aku nggak stress."

" Hussst diamlah."

" Aku nggak stress Leo. Kamu kok ngotot aku stress sih?"

" Kamu nampar orang sembarangan kek gitu kamu pikir itu nggak aneh apa?" Ucap Leo lagi membuat Sara terdiam.

" Ya maaf..."

" Diam! Kamu balik lagi tidur saja di tempat mu."

" Dokter Wilia, ada pasien yang harus di periksa." Ucap salah satu suster yang masuk.

" Lo!!" Sara menunjuk suster dengan wajah kesalnya. " Itu Lo kan!"

" Ha? ada apa?" Suster itu pun juga bingung.

" Sara kamu ini kenapasih, diam nggak!" Tegur Leo.

" Dia pengkhianat Leo."

" Emangnya kamu kenal sama dia?"

" Nggak." Dengan polos Sara menggelengkan kepalanya.

" Lalu kenapa kamu tahu dia pengkhianat ha!"

" Kamu kok bentak aku!"

" Ya kamu diam dong!"

" Kamu nyebelin banget sih jadi cowok!"

" Ya emang aku cowok!"

" Iiiiii!!" Geram Sara.

Mereka bertiga yang melihat pertengkaran Sara dan Leo bagaikan manusia yang tak kasat mata di dekat mereka.

" Kalau begitu kami pergi." Ucap Alex lagi. " Gue bakal balik lagi 2 jam setelah ini buat kasi Lo obat."

" Iya." Angguk Sara.

Mereka pun lalu pergi dan Sara juga kembali ke bed pasiennya.

" Kamu tadi apa-apaan sih nampar orang kek gitu?"

" Aku kan bilang nggak sengaja... Pokonya nggak tahu deh. Aku tahu kenapa tiba-tiba nampar dia gitu aja, aku kesel aja sama dia..."

" Kamu cemburu?"

" Cemburu apa sih?"

" Kamu itu... Ssst." Tiba-tiba Leo merintih sakit memegang perutnya.

" Ada apa?" Heran Eza. " Perut kamu kenapa?"

" Aku baik-baik aja."

" Coba aku lihat."

" Nggak ada apa-apa Sar,"

Sara pun dengan paksa membuka baju Leo dan melihat luka tusuk pada perut Leo yang sudah mengering.

" Sangat menjijikkan, kamu dapet luka ini dari mana? Kamu kok nggak obatin ini dulu sih, kalo kamu infeksi lalu mati gimana? Kamu nggak bisa hati-hati apa." Omel Sara.

" Hanya luka biasa, jangan lebay."

" Kalau aku mau lebay kamu mau apa?"

" Nggak apa-apa sih."

" Kamu itu nggak boleh sampai terluka di luar jika bukan aku yang lukai kamu. Pokoknya yang lain nggak boleh."

" Jadi kamu berbiat jahatin aku? Kamu nangis? Kamu ngapain nangis sih?" Leo menyeka air mata Sara.

" Aku nggak tahu kenapa aku nangis..." Sara membuka mulutnya. " Kamu ada luka dan aku nangis... Kenapa aku malah nangis?"

" Apasih kamu?" Leo semakin heran.

" Kamu terluka Leo."

" Iya aku terluka, terus?"

" Aku nangis lah."

" Wah ni anak mulai nggak bener, biasanya kamu tu kamu ngomel-ngomel aja nggak sampe nangis juga. Kamu kenapa aneh banget sih."

" Aku nggak tahu... Jangan terluka."

" Kok istri gue jadi cengeng gini sih."

Beberapa saat kemudian*

" Ngapain Lo di sini?" Tanya Alex yang melihat Leo yang berdiri di depan ruangannya.

" Gue mau ngomong sama Lo, ini penting."

" Silahkan masuk."

Leo lalu duduk dan tak hentinya menatap tajam Alex yang membuat Alex juga risih.

" Lo mau nanyak apa?"

" Sebulan setelah istri gue nerima jantung baru itu, kelakuan aneh istri gue mulai makin menggila."

" Maksud Lo."

" Pemiliknya dulu orang baik kan?"

" Lo nuduh pemilik sebelumnya jahat? Dia nggak jahat sama sekali, Lo jangan sembarangan."

" Ok baguslah kalo dia baik, tapi gue mau tahu dia siapa?"

" Bukannya udah di jelasin itu privasi? Si pendonor nggak mau Lo tahu."

" Kenapa? Ini udah sebulan lebih."

" Meski berpuluhan tahun pun gue nggak akan pernah bilang ke Lo."

" Gue juga waktu itu mau bayar, tapi ni rumah sakit nolak."

" Lo kurang ajar banget sih, pendonornya cewek dan ngenal Sara. Dia cuma pengen balas Budi aja, puas Lo?"

" Nggak usah marah juga kali, kalo gitu gue pergi."

Saat Leo berdiri dan hendak pergi, ia kembali menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatap Alex.

" Dan iya, jangan terlalu dekat ama istri gue meski Lo dokternya."

" Kalo Lo pikir gue suka sama istri Lo, maka Lo salah. Karena gue nggak bakalan pernah suka dia."

" Baguslah." Leo lalu pergi.

xxxxxxxxxxx

Setelah sehari di rumah sakit, akhirnya mereka pulang karena paksaan Sara yang membuat Leo muak.

Baru keluar dari rumah sakit Sara langsung mengerjakan pekerjaannya lagi yang membuat Leo semakin tak kuasa menahan rasa marahnya.

" Udah cukup Sar, kamu harus istirahat. Jantung kamu kembali lemah lagi." Leo merebut laptop Sara.

" Aku harus kerja Leo, kasi nggak."

" Pekerjaan ini terlalu berbahaya, kamu minta izin dulu untuk libur dan istirahat aja."

" Aku baik-baik aja..."

" Kamu ini bener-bener keras kepala ya. Aku bilang berhenti jadi kamu harus berhenti." Ucap Leo masih bernada lembut.

" Leo..."

" Aku bilang berhenti!!! Kenapa kamu keras kepala sekali! Apa susahnya berhenti dulu? Jika kamu sakit kamu bakalan nambah beban aku!" Geram Leo membentak Sara.

Hal itu langsung membuat suasana menjadi hening seketika.

Sara hanya terus menatap mata Leo begitupun juga dengan Leo, Sara mengalihkan pandangannya dan menyeringai kecil.

" Beban? Ternyata aku hanya beban? Aku minta maaf." Sara lalu berdiri dan mengambil laptopnya.

" Sara." Leo menahan tangan Sara.

" Kamu kenapa sih Leo? Jangan bentak-bentak aku kek gini dong."

Namun Leo kembali merebut laptop itu dan melemparnya ke lantai hingga hancur.

" Kamu mentiin pekerjaan itu daripada aku?!" Kesal Leo. " Pekerja kamu itu nggak berguna dan menghasilkan penyakit aja buat kamu yang bikin aku gila! Kenapa kamu nggak mau dengerin aku! Kamu butuh uang untuk kerja itu kan? Berapa uang yang kau inginkan aku bisa memberikan mu berapa saja..."

Namun belum sempat ia selesai bicara, tangan Sara langsung melayang menamparnya hingga pipinya memerah.

Sara terus menatapnya dan menghela napas pasrah.

" Menjadi detektif nggak muda sialan, aku melakukannya agar ayah ku bangga. Aku nggak ngelakuin itu karena cita-cita aku, tapi untuk ayah aku dan saat aku berhasil menjadi detektif dengan tingkatan yang tinggi ayah aku tiba-tiba, meninggal. Semuanya mencari pembunuhnya tapi nggak ada yang bisa nemuin pembunuhnya bahkan aku sendiri. Aku menyukai pekerjaan ku karena ayah aku dan aku akan cari pembunuhnya meski aku harus mati."

Sara menyeka air matanya dan pergi mengambil laptopnya yang sudah hancur.

" Ini laptop yang ayah belikan untuk aku. Sekarang hancur, apa masih bisa di perbaiki?"

" Sara..."

" Ini cuma patah, seharusnya ini masih bisa di perbaiki."

" Sara aku minta maaf..."

" Aku akan tidur di ruang tamu." Ucapnya lalu pergi.

Sedang Leo hanya mengepalkan tangannya menahan emosinya. " Sialan."

Jam 1 pagi Sara masih terus saja fokus pada handphonenya.

Dia benar-benar terobsesi untuk mencari pelaku pembunuhan itu.

" Ckk kenapa informasinya sedikit sekali? Cckkk nyebelin banget ih, Leo ngapain sih rusakin laptop aku."

Dan tiba-tiba telepon rumah berbunyi.

" Siapa yang menelpon malam-malam begini?" Sara lalu mengangkatnya. " Halo?"

" Siapa ini?" Ucap penelpon itu.

" Seharusnya gue yang nanya Lo siapa?"

" Apa Lo Sara?"

" Iya."

" Untung Lo yang angkat, ini gue Rina kakak ipar sepupu Lo."

" Kak Rina?

" Kakak sepupu Leo. Besok hari pemakaman kakek yang ke 100, ibu gue nyuruh gue nelpon Lo buat datang besok. Lo berdua bisa kan? Harus bisa dong."

" Iya kak." Sara lalu menutup teleponnya. " Gue nggak tahu tentang ini, apa Leo mau kesana? Ckkk canggung banget mau bicara ama dia saat gue marah kek gini." Sara menghela napas pasrah. " Gue harus gimana nih?" Ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

Dia lalu kembali naik menuju kamarnya, saat sampai di depan pintu Sara kembali mengurungkan niatnya.

Namun kalo tidak memberitahu Leo dia bisa dimarahi.

" Ckkk nyebelin banget sih."

Saat ia hendak mengetuk pintu, Leo lebih dulu membuka pintu hingga membuat Sara terkejut.

Leo terdiam dan hanya menatap heran Sara yang juga bingung.

" Besok hari ke 100 kakek, kak Rina barusan nelpon aku buat kita datang besok."

" Baiklah, masuklah tidur."

" Nggak, aku mau balik lagi ke bawah."

" Sara." Leo menahan tangan istrinya dan memeluknya dari belakang. " Aku minta maaf. Ayo tidur bersama. Aku nggak bisa tidur tanpa kamu."

" Aku masih punya kerjaan Leo."

" Kamu marah aja, tapi aku mau meluk kamu."

" Leo..." Sara menyentuh tangan Leo. " Lepasin Leo."

" Aku mohon Sar."

TO BE CONTINUED...

1
Anita Jenius
Seru banget ceritanya.
aku baca sampai sini dulu ya.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Meihua Yap imut
jangan blng nanti suami sara lah pembunuh ayahnya, kalo benar kasian sara menerima kenyataan suami nya pembunuh yang ia cari
shookiebu👽
Wuih, seru abis!
Valentino (elle/eso)
cerita ini bisa bikin saya menangis! Tapi juga sukses bikin saya tertawa geli beberapa kali.
0-Lui-0
Ayo thor, kangen sama kelanjutan cerita yang seru ini! Update sekarang juga, ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!