NovelToon NovelToon
Jodoh Jalur Mimpi

Jodoh Jalur Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Murni
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mrs.Ozora

Diandra rukmana, gadis cantik yatim piatu, seorang guru bahasa indonesia, di sekolah dasar di kota M.
Berulang kali bermimpi dilamar oleh lelaki yang belum dia kenal.
Bagaimana jadinya jika dia bertemu dengan lelaki yang selalu ada di dalam mimpinya, bagaimana awal pertemuan mereka.
Akankah mereka berjodoh di dunia nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs.Ozora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Setelah menempuh berjalanan yang lumayan jauh, Irul pun tiba di rumah, meski agak sedikit lelah, karna jarak rumah Irul dan dian memang agak jauh, tapi senyum Irul tidak pernah luntur. Saking bahagianya, Irul sampai tidak sadar bahwa kedua sahabatnya sedari dia masuk kedalam rumah menatapnya aneh.

"Dia kesambet apa ya di jalan". Bisik Khalil menyenggol tangan Umar.

"Gua juga heran". Balas Umar berbisik.

Hingga Irul berada di dalam kamarnya, dia tetap tidak menyadari keberadaan kedua sahabatnya.

"Gua harus ngabarin Dian, tapi lewat chat aja kali ya, takutnya udah tidurkan kasian". Monolog Irul.

"Sayang, aku udah nyampe rumah😘". (Isi chat Irul).

Tak lama terdengar suara pesan masuk dari ponsel Irul, segera Irul pun membukanya.

"Alhamdulillah, kalo gitu kamu langsung istirahat aja mas". (Balas Dian).

Irul yang melihat ternyata Dian membalas pesannya pun tersenyum, ternyata Dian belum tidur, segera Irul pun melakukan video call kepada Dian.

"Assalamu'alaikum mas". Terlihat wajah Dian yang tidak nampak kantuk di wajahnya.

"Wa'alaikumussalam sayang, kok kamu belum tidur si, kamu kan harus istirahat sayang". Ucap Irul.

Melihat wajah Dian membuat Irul merindukan kekasihnya itu, rasanya waktu yang dia habiskan tadi bersama Dian begitu singkat.

"Aku belum ngantuk sama sekali mas, tadi kan aku udah tidur". Jawab Dian dengan memanyunkan bibirnya.

Irul begitu gemas melihat tingkah lucu Dian.

"Sayaaang". Ucap Irul merengek kepada Dian.

"Apa mas". Tanya Dian sedikit heran melihat tingkah kekasihnya itu.

"Mas gemes sama kamu, rasanya mas pengen cepet cepet nikah biar bisa bareng kamu terus". Ucap Irul sedikit manja.

Dian hanya tertawa mendengar rengekan sang kekasih, rasanya sangat lucu melihat tingkah Irul yang biasanya dingin sekarang berubah manis seperti ini.

Setelah satu jam lebih mengobrol lewat video call, mereka pun menghentikan kegiatan mereka, karna mereka sama sama sudah merasa mengantuk.

Suara azan subuh membangunkan Irul dari tidur lelapnya.

Setelah sholat subuh, Irul bersiap, hanya memakai baju kaos, tapi sudah memakai celana kantornya. Setelah selesai berpakaian, Irul pun keluar kamar.

Umar yang melihat Irul sudah rapi begitu heran, karna ini baru jam 7 tapi Irul sudah rapi.

"Mau kemana bro, udah rapi aja, udah pakai celana dinas, tapi pake baju kaos, mau ngapain si". Tanya Umar.

"Gue mau kesuatu tempat dulu sebelum ke kantor, supaya baju gue gak kusut makanya make baju kaos dulu". Jawab Irul sambil memakai sepatu.

Umar tidak bertanya terlalu jauh lagi, seandainya itu Khalil, dia pasti akan bertanya panjang kali lebar kepada Irul.

"Lu ama Khalil pake mobil aja ya, gue berangkat pake motor, ntar kita ketemu di kantor aja, assalamu'alaikum". Ucap Irul lalu pergi meninggalkan Umar.

Di jalan, Irul melihat penjual bubur ayam, Irul pun membeli bubur ayam terlebih dahulu untuk Dian dan dirinya, rencananya dia akan menengok keadaan sang kekasih sekalian sarapan bersama, setelah itu baru dia berangkat ke kantor, karna itu juga dia memilih menggunakan motor sportnya agar tidak terkena macet.

Sesampainya di depan rumah Dian, Irul pun memencet bel, tak lama muncullah Dian dengan pakaian yang sudah rapi, sepertinya Dian sudah siap untuk berangkat mengajar.

"Assalamu'alaikum, loh sayang kok kamu udah rapi". Ucap Irul.

"Wa'alaikumussalam, kok kamu kesini pagi pagi banget mas, emang kamu gak kerja". Tanya Dian.

Bukannya menjawab pertanyaan Irul, Dian malah balik bertanya.

"Sayang, mas nanya kamu loh, kamu kenapa udah rapi gini". Ucap Irul sambil menuntun Dian masuk kedalam rumah

"Ya aku mau berangkat ngajar mas". Jawab Dian sambil mempersiapkan barang yang akan dia bawa.

"Emang kamu udah enakan yang". Tanya Irul mengikuti langkah Dian.

"Alhamdulillah udah enakan kok mas, kamu gak usah khawatir, kan aku udah bilang kalo itu udah biasa kalo aku lagi kedatangan tamu". Jawab Dian.

Setelah semua siap, Dian pun menuju ke dapur untuk menyediakan sarapan yang sudah dia buat.

"Eh yang, kamu gak usah masak, aku tadi di jalan udah beli bubur ayam untuk kita berdua". Ucap Irul.

"Loh mas, kok gak bilang, tapi aku juga udah buat nasi goreng tadi". Jawab Dian.

"Ya udah, nasi gorengnya boleh buat mas aja gak sayang, nanti mas makan lagi nyampe kantor". Ucap Irul tersenyum.

"Ya udah mas, kalo gitu aku siapan nasi goreng buat kamu bawa dulu ya, sama ambil mangkok". Ucap Dian.

Dian pun langsung ke dapur untuk menyiapkan bekal yang akan Irul bawa, dan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua di meja makan.

Irul yang menatap kesibukan Dian membayangkan dia dan Dian jika telah menikah nanti, rasanya Irul ingin segera menikahi sang kekasih. Ini adalah pertama kalinya Irul sarapan di rumah seorang wanita, ternyata rasanya begitu menyenangkan.

"Ayo mas kita sarapan dulu". Ucap Dian setelah menyodorkan mangkok yang berisikan bubur ayam kepada Irul.

"Terimakasih sayang". Jawab Irul tersenyum.

Irul rasanya begitu bahagia, dia merasa sedang di layani oleh seorang istri.

Dian dan Irul pun sarapan dengan sesekali mengobrol, mereka seperti sepasang kekasih yang sudah lama menjalin kasih, tak ada lagi rasa canggung di antara mereka.

Setelah sarapan Dian membereskan bekas makan mereka. Lalu memberikan paper bag yang berisi bekal Irul kepada sang kekasih.

"Kamu hati hati ya mas berangkat ke kantornya, ini bekal kamu, semoga kamu suka ya mas sama masakan aku". Ucap Dian sambil tersenyum begitu manis.

"Mas mau anter kamu dulu ke sekolah, baru mas berangkat ke kantor". Ucap Irul.

"Loh gak usah mas, entar kamu malah telat kalo nganter aku dulu". Ucap Dian.

"Mas gak mau ada penolakan sayang, ayo kamu ambil tas kamu, kita berangkat sekarang". Ucap Irul sambil mengelus kepala Dian.

Dian pun tak lagi menolak, sebenarnya Dian juga bahagia karna akan berangkat mengajar dengan di antar oleh sang kekasih, dengan tersenyum Dian menghampiri Irul yang sudah berdiri di samping motor sportnya sambil memainkan ponselnya.

"Ayo mas, aku udah siap". Ucapan Dian menghentikan Irul memainkan ponselnya.

"Oke sayang, pake helm dulu". Ucap Irul lalu membantu memasangkan helm Dian.

Senyum keduanya tidak pernah luntur, setelah memasangkan helm pada Dian, Irul tidak langsung melepaskan tangannya, di tatapnya dalam mata indah Dian yang juga menatapnya.

"I love you sayang". Ucap Irul tiba tiba.

Dian yang mendengar ucapan Irul begitu meras malu hingga wajahnya merona.

"Love you too mas". Jawab Dian malu malu.

Irul begitu gemas melihat Dian yang masih terlihat malu kepadanya.

Sesampainya di sekolah tempat Dian mengajar, Irul yang mau masuk ke pekarangan sekolah terpaksa berhenti di depan pagar karna Dian yang menghentikannya.

"Kenapa gak sampai kedalam aja mas anternya sayang". Ucap Irul.

"Udah mas disini aja, entar kamu telat, kantor kamu kan lumayan agak jauh dari sini mas". Jawab Dian.

"Ya udah, kalo gitu mas langsung berangkat yah, nanti kamu pulang jam berapa, entar mas jemput". Tanya Irul.

"Hari ini aku ngajarnya full mas, jadi pulangnya pas anak anak juga bubar sekolah". Jawab Dian.

"Kalo gitu kalo kamu udah mau pulang kamu telfon mas yah, nanti mas yang jemput, tunggu mas datang, jangan pulang naik kendaraan umum". Ucap Irul.

"Siap mas sayang". Ucap Dian.

Irul yang mendengar kata sayang dari Dian membuat wajahnya sedikit memerah karna malu. Sedangkan Dian terkekeh geli melihat reaksi Irul.

Di tempat lain tepatnya di cafe Risa.

Aini dan Risa sedang berkumpul tanpa ada Dian.

"Kamu gak salah liat kan Aini". Tanya Risa antusias.

"Dua serius malah Sa, aku yakin banget kalo yang aku liat tadi pagi itu Dian sama bang Irul". Jawab Aini.

"Kita harus ketemu langsung sama Dian, bisa bisanya dia diam diam dekat sama Irul". Ucap Risa.

"Ayo cepet kamu telfon Dian Sa, suruh dia kesini pulang ngajar". Uca Aini.

Di sekolah, Dian yang sedang menunggu muridnya menyalin pelajaran segera mengangkat telfon dari Risa.

"Assalamu'alaikum Sa". Ucap Dian.

"Wa'alaikumussalam Di, pulang ngajar kamu harus langsung ke cafe yah, penting pokoknya, aku sama Aini nungguin kamu disini". Ucap Risa.

Dian mengerutkan dahinya mendengar perkataan Risa, di pikirannya apa yang sudah terjadi sehingga sepertinya sahabatnya ingin membicarakan hal yang sangat penting.

"Iya insyaAllah aku ke cafe kamu yah". Jawab Dian.

Setelah sedikit mengobrol dengan Risa, Dian pun menutup sambungan telfonnya lalu melanjutkan belajar mengajarnya.

Setelah bel istirahat berbunyi, Dian tidak langsung keluar kelas, dia memilih untuk menghubungi Irul terlebih dahulu.

Tidak menunggu lama, Irul pun mengangkat telfonnya.

"Assalamu'alaikum sayang". Ucap Irul di sebrang sana.

"Wa'alaikumussalam mas, aku mau ngabarin kamu, pulang ngajar aku mau langsung ke cafenya Risa, katanya ada hal penting yang mau di bahas, jadi kamu gak perlu jemput aku yah". Ucap Dian.

"Loh kenapa sayang, aku jemput aja, entar aku yang anter ke cafe Risa". Ucap Irul.

"Gak papa mas, aku naik taksi aja yah, soalnya ini aku juga udah mau pulang, aku lupa kalo ini tuh bukan hari selasa". Ucap Dian.

"Ya udah, tapi kamu hati hati ya berangkatnya, kabarin mas kalo udah nyampe cafe". Ucap Irul.

"Iya masku sayang, aku juga disana paling gak lama kok, abis dari sana aku mau langsung pulang kok, soalnya perutku masih suka nyeri". Ucap Dian.

"Tuh kan sayang, aku bilang juga kan gak usah ngajar dulu, kalo gitu kamu gak usah kemana mana deh, aku jemput aja yah, aku langsung anter kamu pulang ke rumah". Ucap Irul dengan nada khawatir.

"Gak papa kok mas, ini cuman nyeri biasa, wajar kok kalo lagi kedatangan tamu gini, udah kamu fokus kerja aja, aku gak papa beneran, kalo gitu aku tutup telfonnya ya mas, assalamu'alaikum". Ucap Dian.

"Ya udah iya sayang, hati hati yah sayang, wa'alaikumussalam". Jawab Irul.

Setelah mengabari Irul, Dian pun langsung ke kantor guru untuk menyimpan buku pelajarannya, sekalian pamit pulang kepada rekan guru yang lain.

Sesampainya di cafe, Dian di sapa oleh karyawan cafe, karna semua karyawan cafe sudah sangat mengenal semua sahabat sang bos cafe.

Dian lalu masuk ke dalam ruangan Risa.

"Assalamu'alaikum". Ucap Dian setelah membuka pintu ruangan Risa.

"Wa'alaikumussalam". Jawab Risa dan Aini.

"Ada apa si, kalian kayak abis nangkep maling aja ekspresinya". Ucap Dian.

"Aku emang abis nangkep maling tadi pagi". Ucap Aini.

"Hah, serius Ni, dimana, maling apa, bukan rumah atau butik kamu kan". Ucap Dian.

"Aini abis nangkep maling yang diem diem lagi deket sama cowok, boncengan sambil pelukan di atas motor". Ucap Risa.

Mata Dian membola mendengar penuturan Risa, tiba tiba dia gugup, pikirannya apa Risa sedang menyindirnya, tapi darimana kedua sahabatnya ini tau.

"Kenapa diem Di, apa kamu tau orangnya". Tanya Aini dengan mata memicing.

"Hah, si..siapa si, aku gak tau kalian ngomongin apa". Jawab Dian gugup.

"Yakin kamu gak tau, sepertinya kita berdua udah gak penting lagi Ni". Ucap Risa drama.

"Oke aku akan ceritain ke kalian". Ucap Dian setelah menghembuskan napas pelan.

Dian pun menceritakan kepada kedua sahabatnya mulai dari Irul yang mengajaknya ke pertemuan kolega bisnisnya hingga akhirnya mereka jadian.

Dian juga jujur kepda kedua sahabatnya bahwa Irul adalah pria yang pernah hadir di dalam mimpinya.

"Serius kamu Di, ya Allah aku bahagia banget dengernya, pantesan kamu mau aja di ajak pacaran sama Irul". Ucap Risa.

Mereka bertiga pun berpelukan.

Mereka terus melanjutkan obrolan yang tidak pernah ada habisnya. Di tengah tengah obrolan mereka, ponsel Risa berbunyi, segera dia mengangkat telfon yang ternyata dari Umar.

"Assalamu'alaikum bang Umar". Ucap Risa.

Mendengar ucapan Risa, Dian dan Aini kompak menatap Risa.

"Ya udah sekalian aja kita makan siang rame rame, kebetulan disini juga ada Dian dan Aini". Ucap Risa.

Setelah memutuskan telfon dari Umar, Risa menatap kedua sahabatnya yang juga sedang menatapnya.

"Sejak kapan kamu manggil Umar dengan sebutan abang". Tanya Aini.

"Mmm itu, bang Umar yang minta sendiri". Jawab Risa dengan menggaruk dahi yang tidak gatal.

"Jangan jangan kalian juga pacaran yah". Tanya Aini, Dian hanya menyimak.

"Di tembak aja gak". Ucap Risa pelan.

"Kok kamu kayak kecewa gitu Sa, atau jangan jangan kamu suka ya sama bang Umar". Tanya Dian sambil tersenyum.

Risa yang mendengar pertanyaan dari Dian hanya tertunduk malu, Dian dan Aini yang melihat tingkah sang sahabat pun mereka sudah paham kalo Risa memang menyimpan perasaan lebih kepada Umar. Mereka berdua pun mendukung Risa jika memang berjodoh dengan Umar, karna mereka pun sudah dekat dengan Umar dan kedua sahabatnya. Apalagi Dian yang memang sudah menjalin kasih dengan Irul.

Tak terasa waktu sudah masuk jam makan siang. Risa dan kedua sahabatnya yang masih ada di dalam ruangannya pun keluar karna Umar menghubungi Risa, mengatakan kalo dia dan kedua sahabatnya sudah ada di dalam cafe.

Sesampainya di luar, Dian terkejut melihat Irul yang ternyata juga ada di sana.

"Di, itu si Irul kok ada disini juga, sama si ulet bulu lagi". Ucap Aini jengkel.

"Wah gak bisa di biarin Di, keliatan banget si ulet bulu nyari perhatian bang Irul". Balas Risa.

Dian hanya diam tanpa menanggapi ucapan kedua sahabatnya, sebenarnya Dian sangat terkejut, dia pikir Umar hanya datang dengan Khalil, karna Irul tidak ada kasi kabar kalo di juga akan datang ke cafe Risa.

"Yuk kita samperin langsung". Ajak Aini menggebu gebu.

Irul yang fokus memainkan ponselnya tidak menyadari kedatangan Dian dan kedua sahabatnya yang sedari jauh menatapnya dengan kesal.

"Eh Dian, gimana sekarang keadaan kamu, kata Risa, kemarin kamu demam yah". Sapa Umar yang lebih dulu melihat ketiga wanita itu.

Irul yang mendengar nama sang kekasih di sebut pun mendongakkan kepalanya, betapa terkejutnya Irul melihat Dian sudah ada di depannya.

"Sayang". Ucap Irul.

Karna tak ingin Dian salah paham Irul pun menghampiri Dian yang sedari tadi diam.

Sedangkan Umar dan Khalil yang mendengar Irul memanggil Dian sayang sama terkejutnya, mereka yang tidak tau sejak kapan Irul dan Dian dekat begitu terkejut.

"Kalian berdua". Ucapan Khalil terhenti karna di potong oleh Aini.

"Mereka berdua udah jadian". Ucap Aini sambil menatap Sandra yang terlihat kesal.

Umar dan Khalil yang mendengar penjelasan Aini begitu terkejut tapi juga senang, mereka mendukung keduanya, mereka yang sebelumnya mengira bahwa Irul sedang dekat dengan Sandra pun merasa lega karna ternyata sang sahabat tengah dekat dengan Dian yang juga sudah mereka kenal dekat.

"Wah bro, diem diem ternyata udah punya pawang sahabat kita ini bro". Ucap Khalil sambil merangkul Umar yang memang duduk di sampingnya.

"PJ lah hari ini". Ucap Umar.

Irul tak memperdulikan ucapan para sahabatnya, dia begitu khawatir karna Diam sedari tadi hanya diam saja.

"Duduk yuk sayang, kamu belum makan siang pasti, gimana perut kamu masih nyeri gak yang". Ucap Irul sambil menuntun Dian duduk.

Irul mendudukkan Dian tak jauh dari Umar, sedangkan dia duduk diantara Dian dan Umar.

Melihat perlakuan Irul kepada Dian, para sahabat mereka hanya diam memperhatikan.

"Ya udah kita pesen makan dulu yah". Ucap Risa.

Mereka pun memesan makanan masing masing begitu pun dengan Dian, meski merasa sedikit kecewa kepada Irul, tapi dia tidak ingin menunjukkannya kepada para sahabat mereka, terlebih ada wanita yang sedang mengincar sang kekasih.

Setelah pesanan mereka datang, mereka pun memakan makanan mereka dengan di selingi obrolan. Dian dan Irul hanya sesekali menimbrung, sedangkan Sandra, dia yang memang tidak mengenal ketiga wanita itu hanya diam.

"Kita udah harus balik kantor nih, yuk bro". Ajak Umar kepada Irul dan Khalil.

"Bro maaf yah, gak papakan kalo kalian berdua ke kantor duluan naik taksi, gue mau anter Dian pulang". Ucap Irul lalu menggenggam tangan Dian.

"Gak usah mas, kamu balik kantor aja, aku biar pulang di anter Aini, kan gak enak ada mbak Sandra juga kan yang datengnya bareng kamu". Ucap Dian.

Meski dengan nada yang biasa saja, tapi Irul tau kalo kekasihnya itu sedang cemburu.

"Maaf pak, tapi bapak juga masih banyak pekerjaan di kantor". Ucap Sandra.

"Saya bisa kerjakan itu besok". Jawab Irul dingin.

Sandra yang mendengar jawaban Irul dengan nada dingin itu begitu kesal, tapi segera mungkin menampakkan wajah yang biasa saja, dia tidak ingin membuat Irul menjadi lebih tidak suka kalau dia membantah.

"Ya udah bro, kita bisa ke kantor naik taksi, kalo gitu duluan ya semua". Ucap Umar.

"Woi Sandra, ngapain lu malah diem aja, mau kita tinggal disini". Ucap Khalil dengan kesal.

Sandra pun dengan kesal mengikuti Khalil dan Umar.

"Kalo gitu aku juga pamit ya Sa, Ni, assalamu'alaikum". Ucap Dian kepada kedua sahabatnya.

Setelah mendengar balasan dari kedua sahabatnya dan saling memeluk bergantian, Dian pun keluar dari cafe Risa.

Irul membukakan pintu mobilnya untuk Dian, tanpa kata Dian langsung masuk ke dalam mobil lalu di susul oleh Irul yang mengemudikan mobilnya.

1
Yani
Cepat halallin Rul
Yani
Ternyata Aini sama Farel
Yani
Dian cemburu
Yani
Aku kira Dian pake ternyata engga ya?
Yani
Mas apa abang 😊
Yani
Layanya sama ada hati ni
Yani
Jangan dingin" bang
Yani
Apakah jodohnya Dian?
Yani
Seru kauanya
Mrs.Ozora: selamat membaca kak
total 1 replies
Yani
Mampir ah...
Mrs.Ozora: boleh dong kak
total 1 replies
nis_ma
semangat berkarya, kak 🔥
Mrs.Ozora: terimakasih kak🙏
total 1 replies
Joanita Missella
salam kenal dari malaysia..suka baca cerita ini../Smile/
Joanita Missella: dari sarawak
nis_ma: dari negeri mane KK?
total 3 replies
Maito
Bukan main bagusnya.
Mrs.Ozora: Alhamdulillah, terimakasih kak dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!