NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nabila Ngamuk

"Maaf, Neng. Kata Bapak, obat dari dokter harus rutin Neng minum, biar bayi Neng sehat. Bi Warsih nampak takut menatap Ayu sembari menunduk dalam.

"Baik Bi," tegas Ayu yang langsung diangguki oleh oleh Bi Warsih.

Setelah minum obat Ayu berjalan keras keluar dari dapur. Sesekali ia menoleh ke arah kiri menatap lorong yang menuju ke kamar suaminya Herman. Nampak di sana Maesaroh baru tiba di depan pintu kamar.

Mata Ayu sedikit melebar kala Maesaroh melihat setelah menoleh ke belakang menatapnya tak sengaja.

Tatapan mereka bertemu, namun Maesaroh segera menarik pandangan setelah melempar senyum tipis pada Ayu yang nampak salah tingkah entah kenapa.

"Mae!" Panggil Ayu.

Maesaroh buru- buru menghampiri Ayu.

"Sedang apa kamu di kamar Bapak?" Tanya Ayu curiga.

Maesaroh tersenyum tipis.

"Kenapa Bu? Ibu cemburu ya? Bapak sedang tidur Bu," goda Maesaroh.

"Ih, ngapain cemburu!" Bantah Ayu.

"Tanya saja sama Bapak, udah dulu ya Bu. Mae mau ke taman dulu. Maesaroh tiba- tiba pergi begitu saja meninggalkan Ayu.

Ayu melongo mendapati tingkah kekanakan Maesaroh. Dari dua pelayannya di rumah, hanya Maesaroh yang tidak begitu akrab dengan Ayu.

Ayu kemudian berjalan menuju kamar Herman.

Ayu mendorong pintu kamar hingga terbuka.

Dari dalam sana Herman menatapnya. Pria itu tidak tertidur seperti yang diucapkan oleh Maesaroh tadi. Dia masih terjaga dan duduk di kasur menatap ke arah pintu, mengunci pandangannya pada Ayu. Membuat Ayu merasa aneh dengan tatapan pria itu ini. Jujur saja, tatapan suaminya Herman padanya berubah tak seperti sebelumnya. Tatapan itu membuat hatinya berdesir halus, namun cepat ia menarik pandangan dari tatapan suaminya.

"Dek Ayu mau kemana?" Herman mengajukan pertanyaan yang seharusnya tak perlu ditanyakan,

Sebenarnya dia juga sudah tahu jawabannya tanpa perlu dijawab.

"Mau ke dapur, Pak." Ayu mencoba bersikap biasa seperti seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka berdua. Meski ciuman tak sengaja itu masih terus tertinggal dalam pikirannya, membekas di sana.

"Bapak sudah bilang padamu biar masak oleh pelayan. Adek kan sedang hamil." Herman juga bersikap biasa seperti tak pernah terjadi apapun di antara mereka berdua.

Ayu kemudian duduk di kasur, di samping Herman berjarak tiga jengkal tangan dari pria itu. Entah, rasanya menjadi canggung jika berdekatan dengan suaminya sekarang.

"Tidak apa sekali- sekali, Ayu jadi bisa akrab dengan pelayan dan melihat apa yang dilakukannya di dapur." Sontak, Herman penasaran seketika.

"Ada apa dengan pelayan di dapur?"

"Tidak apa- apa, Ayu ingin belajar masak. Biar kalau Bapak lapar, Ayu yang masakin."

"Apa?!" Nampak kilatan cahaya menyala pada mata Herman. Darah Herman mendidih seketika mendengar itu. Istrinya tiba- tiba bersikap manis padanya.

"Ta-tapi Dek!"

"Sudahlah Pak, jangan larang Ayu. Bapak kan sekarang sudah jadi suami Ayu, Ayu akan lakukan apa yang Bapak mau," ucap Ayu sambil tertunduk malu.

"A-apa?" Tubuh Herman gemetaran.

Wajah Ayu bersemu merah.

"Be- benarkah itu Dek?" Herman menajamkan matanya.

Ayu mengangguk.

Herman menelan ludah.

"A-apa Bapak boleh menyentuh A-Adek?"

Mata Ayu langsung membelalak mendengar ucapan suaminya.

Ayu lekas berdiri tegak.

"Tidak Pak, kalau itu Ayu belum siap!" Tekan Ayu.

Tanpa ada lagi kata terucap, Ayu buru buru keluar dari kamar suaminya.

Herman bengong melihat aksi istrinya.

****

Karena penasaran, Devan bertanya ke salah satu perawat yang ada di kamar istrinya Nabila.

"Dia sedang menghubungi dokter pribadi keluarga." Perawat yang satunya menjawab.

"Memangnya apa yang terjadi?"

"Sekali waktu Nona Nabila selalu seperti ini, kami hanya diminta menjaga agar Nona tidak keluar kamar. Tuan Bowo khawatir jika putrinya keluar kamar bisa kabur dari rumah."

Bahkan dari mereka ada yang terdengar bisik-bisik.

"Benar-benar meresahkan si Nabila ini."

Sepertinya ini sangat menarik di rumah ini ada dua kubu yang Devan lihat ada yang benar-benar menjaga dan merawat. Namun, ada juga yang sepertinya enggan untuk menjaga istrinya. Ini juga harus Devan selidiki, siapa tahu sebenarnya ada yang menginginkan Nabila seperti ini.

Nabila semakin histeris dan memecahkan benda-benda yang ada di kamarnya. Ini bahaya karena sudah ke ranah melukai diri sendiri dan orang lain. Devan memberanikan diri mendekat ke arah Nabila.

"Sayang ..." Devan menggunakan teknik pendekatan terlebih dahulu. Nabila diam mendengar Devan menyebutnya dengan sebutan sayang.

"Sayang ... Ini aku suamimu ..." Nabila melepas benda yang ada ditangannya. Lumayan dia merespon. Semoga ini berhasil.

"Bolehkah aku memelukmu, sayang ?" Nabila merespon dengan air mata. Perawat dan ART yang lain nampaknya ikut terkesima melihat respon putri majikannya.

Tak menyangka Nabila mendekati Devan lalu mereka berdua berpelukan seperti seorang kekasih yang dilanda kerinduan.

Bi Siti masuk ke kamar Nabila dengan tatapan heran melihat Devan berpelukan dengan Nabila.

Semoga kali ini Devan berhasil membuat istrinya luluh dan berhenti mengamuk.

Tak berselang lama kemudian ….

"Tuan, awaaas!"

Itu adalah kalimat terakhir yang Devan dengar sebelum kemudian dirinya terbangun . Terlihat, Nabila mendampinginya seorang diri.

'Apa dia khawatir denganku?' tanya Devan dalam hati.

Devan baru ingat, kepalanya di benturkan Nabila ke tembok.

"Sudah sadar, sayang?" Nabila mengacak-acak rambut rambut Devan sambil memegang kening Devan yang diperban.

"Berhati-hatilah tuan, tidak mudah menenangkan Nona Nabila. Dan tidak mudah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Terkadang, Nona suka hilang kontrol, dia bisa memukul siapa saja yang mencoba mendekatinya. Tuan harus hati- hati," Bi Siti memperingatkan Devan.

Kerutan di dahi Devan semakin dalam.

"Apa dia sering seperti itu bi?"

Devan berdecak, lalu bangun dari duduknya.

"Karena kamu sudah bangun, ayo, kita pulang! Kamu tidak perlu lama-lama di sini!"

"Loh, ini kan rumahmu!"

Devan lihat Bi Siti mengedikkan bahu, kemudian mengambil ancang-ancang untuk keluar kamar. Namun, tepat sebelum dia melangkah … sosok pria dengan jas putih khas dokter masuk ke kamar Nabila dengan senyum cerahnya.

"Asalamualaikum, bagaimana keadaannya, Dek Nabila?"

Napas Devan rasanya tercekat. Jadi dokter yang merawat istrinya adalah Dokter ahli kejiwaan.

"Wa alaikumsalam ..."

Devan tersenyum sementara Nabila seperti patung melihat dokter itu.

“Mari Dok," sapa Devan sambil menatap sang Dokter dengan dahi mengerut.

"Apa ini suami Nabila?"

Devan cepat mengangguk.

Devan kemudian mengulurkan tangannya ke arah Dokter.

“Kenalkan, Dok. Saya suaminya Nabila. Dan saya harap dokter bisa menyembuhkan istri saya."

"Tenang saja Pak, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan istri Bapak," sahut Dokter itu berkata ramah pada Devan.

Nabila mendengus.

“Melihat dari reaksi istri bapak, kayaknya dia butuh kasih sayang dan perhatian."

Devan menelan ludah mendengar pernyataan sang dokter.

Kasih sayang? Perhatian?

Tidak!

Devan belum siap jika harus bersikap mesra pada Nabila, dia sama sekali tidak tertarik pada gadis ini. Menikahi Nabila karena terpaksa, jadi mana mungkin Devan memberi cinta nya pada Nabila yang sedang mengandung anak orang lain, meski wanita ini sudah sah menjadi istrinya.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!