NovelToon NovelToon
Dewa Setan Perbatasan Utara

Dewa Setan Perbatasan Utara

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:15.7k
Nilai: 5
Nama Author: Jibril Ibrahim

Muda, tampan, kaya, tidak berguna! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Huan Wenzhao. Namun…

Siapa sebenarnya Huan Wenzhao tak ada yang tahu.

Mau tahu identitas lain Huan Wenzhao?

Ikuti kisahnya di sini!
Hanya di: Noveltoon/Mangatoon.

~Selamat membaca~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode⁸

Seorang guru wanita berkacak pinggang di ambang pintu. Perangainya tak beda jauh dengan Hu Li Na.

Para pelajar itu tersentak dan menghambur ke tempat duduknya masing-masing.

“Pelajaran sudah mau dimulai! Kenapa masih bergunjing? Kalian ini laki-laki atau bukan?” Sungut guru wanita itu dengan sengit.

Para pelajar laki-laki yang tadi bergunjing langsung bergeming.

Pangeran Ketujuh mendengus tipis dan menyeringai.

“Di mana penerus Huan yang baru datang itu?” Tanya guru wanita itu sembari mengedar pandang, menyapu seluruh ruangan dengan ekor matanya.

Seisi kelas tetap bergeming.

Sementara itu, di paviliun Adipati Agung…

Huan Wenzhao masih berleha-leha, bertopang dagu dengan siku tangan bertumpu pada meja sambil terkantuk-kantuk. Pakaian tidurnya yang tipis melorot di bahunya, bagian depannya terbelalak memperlihatkan dadanya yang putih mulus, membuat kedua pengawal cantiknya terpaksa menunggu di pelataran dalam waktu yang lama.

“Hu Li Na ini sungguh keterlaluan,” gerutu Huan Wenzhao dalam bisikan pelan yang hanya bisa didengar oleh pelayan pribadinya. “Alasan serangan yang dikendalikan tiga dewa iblis itu hanya akal-akalannya saja untuk memaksaku keluar!”

“Saya rasa…” Lu Binghe membungkuk mencondongkan tubuhnya ke arah Huan Wenzhao sambil menuangkan secangkir teh. “Jenderal Hu menyukai Anda,” komentarnya balas berbisik.

Huan Wenzhao spontan mendongak dan memelototinya.

“Ah—haha!” Pelayan itu tersenyum kikuk seraya buru-buru menjauhkan dirinya dari Huan Wenzhao dan membungkuk dengan kedua tangan tertaut di depan wajah. “Hamba hanya mengemukakan pendapat saja. Maafkan hamba yang sudah lancang!”

“Sudah terlambat begitu lama, apa masih mau pergi?” A Nuo bertanya dari pekarangan tanpa berani menoleh ke kamar Huan Wenzhao.

“Hoaaaaahmm…!” Huan Wenzhao menanggapinya dengan pura-pura menguap. “Kenapa terburu-buru?” Katanya setengah menggumam. Kemudian menggeliat meregangkan otot-ototnya.

Kedua pengawal cantiknya membeliak sebal.

“Apa ada orang suka tapi menindas?” Gumam Huan Wenzhao sembari melirik Lu Binghe dan mengusap dagunya.

Pelayan itu tersenyum gelisah sekali lagi. “Perasaan wanita memang sulit ditebak,” bisiknya tanpa berani mengangkat wajah. “Mulut mereka jarang sesuai dengan hatinya!”

Huan Wenzhao mengerutkan keningnya, menatap Lu Binghe dalam waktu yang lama.

“Jadi mau pergi atau tidak?” Gerung A Nuo mulai tak sabar.

“Tentu saja,” jawab Huan Wenzhao dengan suara yang dibuat seperti orang mengantuk. Lalu pura-pura menguap lagi. “Harus tetap menghargai Kaisar,” katanya di antara kuapannya. “Tapi kita pelan-pelan saja. Tunggu aku kenyang makan dulu, baru pergi.”

A Nuo dan Yue'er mengerang bersamaan.

Satu jam kemudian, Huan Wenzhao baru selesai memakai seragam sementara di kelas pelajaran sudah mau berakhir.

“Guru Wang! Kelas sudah hampir selesai, penerus Huan itu masih belum datang!” Seseorang menyela di tengah pelajaran. “Bukan menjelekkannya, tapi dia benar-benar tidak menghargai Anda.”

BRUAK!

Guru wanita itu spontan beranjak sembari menggebrak mejanya. “Penerus Huan ini sungguh keterlaluan!” Geramnya. “Hari pertama sudah terlambat!”

Penerus Huan ini… Pangeran Ketujuh menggumam dalam hatinya. Banyak sekali akal bulusnya!

“Pengawal!” Teriak Guru Wang sembari menggebrak mejanya lagi.

Seorang pengawal spontan menghambur ke dalam kelas. “Silahkan beri perintah!” Katanya sambil membungkuk dengan hormat tentara.

“Kau pergilah ke Paviliun Adipati Agung!” Perintah Guru Wang. “Seret Huan Wenzhao kemari! Aku diberi tanggung jawab untuk mendidiknya. Murid tak datang, bukankah ini menipu Kaisar?”

“Menipu Kaisar?”

Suara seseorang membuat seisi kelas berpaling ke arah pintu.

Huan Wenzhao akhirnya muncul sembari terengah-engah. Ia membungkuk di depan pintu dengan kedua tangan bertopang pada kedua lututnya. “Nona! Anda terlalu mendramatisir! Saya begitu lemah,” katanya tersengal-sengal. “Sungguh tak sanggup menanggungnya,” ratapnya dengan raut wajah memelas.

Seisi kelas memandanginya dengan campuran risih dan miris.

“Huan-wen-zhao…” Guru Wang mengeja namanya dengan geram. Sebelah tangannya terkepal di atas meja. “Kenapa sekarang baru datang?” Ia bertanya sembari menggertakkan gigi.

“Aiya!” Huan Wenzhao berkilah sembari melangkah tertatih-tatih ke dalam ruangan. Lalu berhenti di dekat meja guru dan menopangkan tangannya di tepi meja untuk menjaga keseimbangan tubuhnya yang tampak limbung. “Nona! Anda tidak tahu? Ibu kota begitu besar,” katanya beralasan. “Saya terus berjalan, dan tersesat! Sampai sekarang baru sampai! Sungguh melelahkan…” tuturnya dengan gaya dramatis.

“Cih!”

Seisi kelas mendengus bersamaan.

“Dasar manja!” Gerutu beberapa orang.

Huan Wenzhao spontan mengerling ke arah mereka dan memelototinya satu per satu.

Orang-orang itu berpaling dan mendelik.

Huan Wenzhao berpaling pada gurunya sembari tersenyum lebar, “Nona!” Katanya dipenuhi modus terselubung. “Sebenarnya, saya berharap bisa bertemu Anda dan teman-teman!” Lalu berpaling ke meja para pelajar. “Bagaimanapun… ke depannya kita semua akan bermain bersama, lebih ramai lebih seru! Ya, kan?” Katanya pada semua pelajar.

“Cih!”

Seisi kelas mendengus lagi.

“Hanya tahu bermain-main!” Gerutu seseorang.

“Sembarangan!” Hardik Guru Wang sembari menggebrak mejanya sekali lagi. “Belajar untuk apa harus ramai?”

Huan Wenzhao mengernyit sembari mengusap bagian belakang kepalanya.

“Harus mengutamakan pelajaran!” Guru Wang memperingatkan. “Mengerti?”

“Ah—hahaha…” Huan Wenzhao menanggapi dengan seringai konyol. “Baiklah, baiklah!” Katanya pura-pura menyerah. Lalu membungkuk dengan kedua tangan tertaut di depan wajah. “Saya mengerti,” ia menambahkan dengan sikap santun yang jelas dibuat-buat.

“Ah—sudah, sudah!” Guru Wang mengibas-ngibaskan tangannya dengan sikap jengah. “Kau carilah tempat duduk!”

Mata Huan Wenzhao bergulir di sepanjang deretan bangku-bangku. Lalu berhenti di salah satu bangku kosong yang di sebelahnya duduk seorang pelajar wanita paling cantik.

“Aku duduk di sana saja!” Katanya sambil menunjuk bangku itu.

Seisi kelas terpekik menahan napas.

Pelajar pria yang kamarnya direbut di Xieyuanyuan mengepalkan tangannya sembari menggeram. Orang ini… benar-benar cari mati, pikirnya jengkel.

Beberapa orang bergumam dan menggerutu.

“Baiklah!” Suara Guru Wang menyela mereka. “Lain kali jangan terlambat lagi!” Katanya pada Huan Wenzhao. “Sekarang duduklah! Pelajaran segera dilanjutkan!”

Seisi kelas kembali tenang.

Huan Wenzhou berjalan ke gang antara deretan bangku-bangku, kemudian duduk di samping pelajar wanita paling cantik itu, tepat di belakang bangku Pangeran Ketujuh.

Pangeran itu mengerling melewati bahunya.

Huan Wenzhao spontan terbelalak. “Wuaaaaahhhh… kebetulan apa?” Gumamnya sok akrab. “Kenapa kau juga di sini? Kau dari keluarga mana?”

Pangeran Ketujuh tidak menjawab. Ia memalingkan wajahnya dan kembali menatap ke depan.

“Cih!” Dengus Huan Wenzhao sembari menyandarkan punggungnya dan bersedekap, kemudian menyentakkan kipas yang menggelantung di pergelangan tangannya hingga terbuka dan mulai mengipasi dirinya. “Dia pasti masih takut padaku karena masalah semalam,” cerocosnya mulai membual.

Pelajar cantik di sampingnya spontan mengerling ke arah Huan Wenzhao.

Huan Wenzhao balas mengerling sembari tersenyum nakal.

Gadis itu menelan ludah dan buru-buru meluruskan wajahnya ke depan.

Huan Wenzhao menyeringai semakin lebar.

Begitu pelajaran berakhir…

Tamatlah riwayat Huan Wenzhao!

Pelajar pria yang kamarnya direbut di Xieyuanyuan menjulurkan kakinya ke gang saat Huan Wenzhao melintas. Kemudian menjegalnya hingga ia tersungkur di lantai.

Seisi kelas meledak oleh gelak tawa semua orang.

Huan Wenzhao menghela bangkit tubuhnya sambil mengernyit dan mengedar pandang.

Sebagian besar pelajar pria sudah mengerumuninya di sana-sini.

Pangeran Ketujuh tetap bergeming di tempat duduknya membaca buku.

“Kalian mau apa?” Tanya Huan Wenzhao pura-pura meringis.

“Kau masih ingat aku?” Pelajar yang kamarnya direbut di Xieyuanyuan melipat kedua tangannya di depan dada sembari mendongakkan hidungnya.

“Memangnya kau siapa harus kuingat?” Tukas Huan Wenzhao tanpa beban.

“Kau—” pelajar itu nyaris meledak. Tapi lalu mencoba menahan dirinya karena si pelajar wanita paling cantik masih berada di dalam kelas. “Dengar,” katanya dengan suara rendah. “Ini ibu kota. Bukan perbatasan utaramu! Tahu aturan tidak?”

“Tidak!” Jawab Huan Wenzhao dengan raut wajah polos.

Pelajar itu mengepalkan tangannya sembari mengetatkan rahang. “Baiklah,” katanya sembari menggertakkan gigi. Mencoba menekan amarahnya. “Kalau begitu kuberitahu, mulai hari ini aku adalah ketuamu! Ini adalah aturan!”

“Mau jadi ketuaku?” Huan Wenzhao berkacak pinggang dan balas mendongakkan hidungnya. “Aku mau lihat dulu, kau pantas atau tidak?”

“Weh! Pria Manja!” Seorang pelajar lain menginterupsi. “Dia Tuan Muda dari kediaman Hakim Agung! Menurutmu dia pantas atau tidak?”

Jadi kau Tuan Muda Yang? Gumam Huan Wenzhao dalam hatinya. Kalau begitu aku ingin lihat… apa kau bisa bersikap netral?

“Aku, Yang Zhongyu, sampai sebesar ini… baru pertama kali mendengar ada orang yang bertanya aku pantas atau tidak?!”

Kerumunan itu meledak oleh gelak tawa.

Huan Wenzhao terbahak-bahak, lebih keras dari yang lain.

Kerumunan itu tersapu dalam keheningan bisu yang mendadak. Semua tergagap menatap Huan Wenzhao dengan mata dan mulut membulat.

Yang Zhongyu menatap Huan Wenzhao dengan mata terpicing. “Kenapa kau tertawa?”

1
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hancurken
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Shi
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Clink
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Klik
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Iyeeeees
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
Sembilαn βenuα
😂😂😂😂😂
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hentooopz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!