Tiara Salsabila biasa dipanggil Rara adalah sosok gadis polos, sederhana dan kekanakan. Dia jatuh hati pertama kali pada Tian, sosok pria yang membuatnya iri karena Tian mempunyai kelebihan yang menjadi kelemahannya.
Namun ternyata cintanya itu membuat kecewa. Tian tidak seperti yang diharapkan gadis tersebut. Tian ternyata diam-diam sosok playboy yang mempunyai banyak wanita.
Semenjak itu Tiara tidak bisa mempercayai yang namanya laki-laki. Tiara berubah dratis dan melindungi dirinya sendiri. Hingga datang seorang pria yang dengan tulus mencintainya. Bahkan melamarnya, Namun pria tersebut tidak lain adalah dosen killernya. Dosen yang selama ini membuat Tiara kesal, emosi bahkan menangis karenanya. Akankah Tiara percaya dengan cinta sang dosen? Dan menerima lamarannya? Baca kisahnya di Lentera Cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arti Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adaptasi
Buku Catatan Rara,
Ternyata pria tersebut yang kini menjadi suamiku. Seorang pria yang begitu merdu dalam melantunkan ayat-ayat dari-NYA.
Gadis itu keluar dari kamar. Dia celingak celinguk. Terlihat sunyi dan sepi. Hanya ada suara gemericik air aquarium dan sepertinya ada dilantai bawah. Dilantai ada terlihat hanya ada tiga ruangan. Dua ruangan lainnya, Tiara belum tahu.
" Ayuk! "Suara Hasan membuat sedikit terkejut. Pria itu berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah. Tiara mengekor dibelakangnya.
" Dimana lainnya?" Tanya Tiara.
" Ada dibawah, biasanya pagi-pagi begini Mbok Inah sedang memasak didapur dan Pak Bejo sedang menyirami tanaman dihalaman." Jelas Hasan membuat Tiara mengerutkan keningnya. Yang disebut pria tersebut, hanya kedua asisten rumah tangganya. Dimana Ibunya? Adiknya? Kalau Ayahnya. Tiara jelas tahu Beliau sedang ada dirumah sakit.
" Kalau yang lainnya?" Tiara penasaran.
" Siapa?" Pria itu menghentikan langkahnya tepat sejajar dengan Tiara.
" Ibumu? Adikmu?"
Hasan menghela nafas panjang. Sepertinya gadis itu memang belum mengetahui apa-apa tentang keluarganya.
" Semenjak Ayah menikah lagi. Setahun kemudian,Aku memutuskan untuk keluar dari rumah dan mandiri." Jelas Hasan.
" Maksudnya?"
" Iya, Lili Ibu sambungku dan Tian adik tiriku." Kata Hasan.
Walaupun terdengar menyedihkan, tapi entah mengapa Tiara merasa lega. Setidaknya Mereka tidak satu rumah.
" Apa Kamu berharap Tian satu rumah denganku?" Pertanyaan Pria tersebut terlihat penuh selidik.
Tiara langsung menggelengkan kepalanya.
" Tidak-tidak, jangan salah paham." Bantah Tiara. Namun tiba-tiba pria tersebut mendorong Tiara ke belakang hingga mentok ke tembok dan mengunci dengan kedua tangannya.
Lagi-lagi wajah Mereka sangat dekat. Sorot mata pria itu seperti melihat dalam-dalam ke retina mata Tiara. Tiara menjadi gugup, wajahnya langsung memerah. Tetapi juga sedikit ketakutan. Apa kata-katanya menyinggung pria tersebut. Apalagi tiba-tiba tangan kanan Hasan perlahan menyentuh dagunya, menyelusuri pipi kirinya. Dan kini gadis itu dengan jelas merasakan hembusan nafasnya.Detak jantung Tiara semakin cepat. Sangat tidak terkontrol.
" Aku bisa menunggumu sampai kapanpun, tapi jangan buat Aku cemburu." Bisiknya dan langsung melepaskan gadis tersebut. Lalu melanjutkan langkahnya kembali.
Tiara langsung bernafas lega. Tapi detak jantung itu belum berkurang sama sekali.
Gadis itu kembali mengikuti langkah suaminya. Mereka menuju ke ruang makan.
Bi Inah sedang sibuk menyiapkan sarapan pagii. Tiara pun tidak enak jika hanya berdiam diri. Gadis itu membantu Bi Inah.
" Gak usah Nduk, bibi terbiasa sendiri melakukan ini." Ujar wanita separuh baya tersebut melarang Tiara untuk membantunya.
" Tidak apa-apa Bi. Rara juga terbiasa melakukan ini dirumah." Jelas Tiara. Gadis itu juga sedang tidak ingin duduk berdiam diri disamping suaminya, yang sepertinya sedang badmood gara-gara dirinya menanyakan soal adiknya.
Karena gadis itu tetap memaksakan diri. Wanita separuh baya tersebut pun tidak mampu melarangnya lagi. Sedangkan Hasan terlihat sibuk dengan I-Padnya, sambil sekali-sekali melirik ke arah gadis yang sedang membantu menyiapkan sarapan Mereka. Pria itu melepaskan kacamatanya, lalu memakainya kembali.
Selama sarapan gadis tersebut terlihat diam. Hasan menjadi merasa bersalah, jangan-jangan rasa cemburunya tadi membuat gadis itu takut padanya.
" Makan yang banyak." Ujar Hasan seraya menambahkan lauknya ke piring istrinya tersebut. Gadis itu hanya menoleh dan melanjutkan sarapannya. Sedangkan Bi Inah dan Pak Bejo saling lirik-lirikan.
Ruang makan benar-benar hening dan sunyi.
Hanya suara piring dan sendok yang saling beradu dan memecahkan keheningan diruangan tersebut. Gadis itu benar-benar merasa berbeda. Waktu dirumah, tidak sehening saat ini. Atau mungkin karena belum terbiasa.
Begitu selesai sarapan, Tiara berinisiatif tetap membantu Bi Inah membereskan sisa-sisa sarapan Mereka. Didalam dapur, saat mencuci piring.
" Mas Hasan itu galak gak Bi, kalau dirumah?" Tanya Tiara membuat Bi Inah mengerutkan keningnya.
" Santai saja Nduk, Den Hasan orangnya lemah lembut. Dia tidak galak kok. Cuma ya disiplin dan pembersih banget." Ujar Bi Inah.
Gadis itu mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. Pantas saja, rasanya tidak ada debu sama sekali dirumah ini. Dan mandi pun pakai waktu. Setelah selesai membantu Bi Inah. Gadis tersebut melangkahkan kakinya menuju ke halaman rumah. Terlihat ada sebuah kebun kecil. Berbagai macam tanaman bunga tertanam disitu.
Sebuah langkah kaki membuat gadis itu menoleh. Hasan menghampirinya. Dia tidak ingin istrinya merasa terisolasi dan terabaikan dengan kesibukannya.
" Ayuk! " Ajak Pria tersebut seraya langsung menggandeng tangan Tiara. Membuat gadis tersebut langsung luluh dibuatnya.
" Kita liburan sebelum ajaran baru dimulai." Ujar Hasan.
Liburan setelah menikah. Apa yang dimaksud bulan madu? Pikir Tiara.
Gadis itu terhenti. Membuat pria yang menggandeng tangannya ikut terhenti.
" Kenapa?"
" Sepertinya tidak perlu liburan. Itu pemborosan." Ujar Tiara mencari-cari alasan.
" Tapi Mas ada perjalanan bisnis ke Paris selama Seminggu. Kamu beneran tidak mau ikut? Kamu yakin dirumah saja? Terus apa kata Abi sama Ummi, Kalau baru menikah ditinggal pergi. " Jelas Hasan berusaha mempengaruhi gadis tersebut.
Tiara terlihat bimbang. Gadia itu pun mengingat pesan Ibunya untuk patuh pada suaminya.
" Baiklah, Tapi Mas jangan macam-macam ya?" Ancam Tiara benar-benar kekanak-kanakan.
" Tidak macam-macam kok, Paling satu macam." Goda pria tersebut seraya mencubit pipi istrinya. Membuat gadis itu jadi membayangkan yang aneh-aneh.
...***...
Selama Seminggu di Paris, Hasan terlihat sibuk dengan bisnisnya. Sedangkan Tiara dikasih akses untuk berlibur kemana saja yang Dia suka. Tiara yang suka jalan sendirian, dengan senang hati menikmati liburan tersebut.
" Bagaimana hari ini?" Tanya Hasan seraya mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan hairdryer.
" Menyenangkan." Sahut Tiara seraya membaca buku diatas tempat tidurnya.
" Mas sendiri bagaimana bisnisnya?"Tanya Tiara. Gadis itu memandang wajah suaminya yang sedang menghadap ke cermin sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah.
" Alhamdulillah berjalan lancar." Jawab Hasan.
Diam-diam gadis itu memperhatikan pria yang kini menjadi suaminya tersebut. Dalam hati, Tiara masih tidak menyangka bahwa doanya dimasjid itu benar-benar terkabul. Ternyata semua sudah jalan-NYA. Gadis itu kini merasa benar-benar tidak menyesal, Dia mengambil keputusan menikah dimasa mudanya.
Melihat gadis tersebut memandangi dirinya, Hasan langsung mengalihkan pandangannya. Membuat Tiara terkejut. Bukunya terjatuh, Gadis itu pun langsung menundukkan kepalanya mengambil buku. Lalu berpura-pura sibuk membaca bukunya. Hasan mengerutkan keningnya, karena sampul buku itu terlihat terbalik. Pria itu pun tersenyum. Lalu mematikan dan meletakkan hairdryernya, kemudian beranjak dari tempat duduknya. Langkah kakinya menuju Tiara yang sedang berpura-pura membaca buku tersebut. Hasan duduk disampingnya. Tiara pun langsung menjadi gugup. Tangan Hasan yang ingin membenarkan buku terbalik, justru membuat pria itu tertarik kearah Tiara. Karena tarikan spontan Tiara. Kini posisi yang tidak diinginkan terjadi. Tubuh pria tersebut tepat diatas Tiara. Sedangkan wajah Mereka hanya dibatasi oleh sebuah buku. Detak jantung Mereka berdua terdengar satu dengan yang lainnya. Mata Mereka beradu pandang dan terlihat sama-sama terkejut. Pria itu pun menelan air liurnya.
To be continued
Jangan lupa like dan komentarnya. Terima kasih.