NovelToon NovelToon
Kerinduan Di Antara Awan

Kerinduan Di Antara Awan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dewa Aksara

Di antara kabut tebal yang melingkupi sebuah kota kecil, terdapat dua insan yang terpisah oleh luka-luka masa lalu dan dinding-dinding yang mereka bangun di sekitar hati mereka. Maya, seorang gadis muda dengan senyum rapuh yang menyembunyikan kesedihan yang tak terucapkan, bertemu dengan Atma, seorang penyair puisi yang membawa beban kesedihan yang sama beratnya.

Dalam taman yang dikelilingi oleh awan mendung, di tempat di mana kesedihan bersarang, keduanya menemukan tempat untuk berbagi cerita-cerita mereka yang penuh dengan rahasia dan rasa sakit. Di antara puisi-puisi yang penuh dengan warna dan keheningan yang menyentuh, Maya dan Atma menemukan cinta di antara kabut-kabut kesedihan.

Namun, cinta mereka tidak datang tanpa rintangan. Bayang-bayang masa lalu yang mengejar mereka, bersama dengan rahasia-rahasia yang tersembunyi di balik senyuman mereka, menguji ketahanan cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diam karena Kecewa

Semalaman, Atma dan Maya larut dalam kesedihan dan keterpurukan. Keesokan harinya, Maya bangun lebih awal dan bersiap untuk pergi ke kantor polisi, berharap mendapatkan perkembangan terbaru tentang kebakaran kedai mereka. Atma, yang merasa kelelahan, bangun kesiangan. Saat ia memanggil Maya dari kamarnya, tidak ada jawaban. Dia pun berusaha berjalan menggunakan kursi rodanya menuju kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap.

Setelah selesai mandi dan berberes-beres, Atma menuju dapur. Di sana, dia melihat sarapan yang sudah disiapkan oleh Maya. Di sebelah makanan tersebut, ada sebuah catatan yang ditulis oleh Maya. Atma mengambil catatan itu dan membacanya:

"Makanlah dan jangan lupa untuk memakan obatmu."

Atma merasakan perih di hatinya. Pesan singkat itu, meskipun penuh perhatian, terasa dingin dan jauh. Dia tahu Maya masih terluka dan marah, dan kesedihan mereka belum sepenuhnya hilang. Atma duduk di meja makan, memandangi makanan yang ada di depannya. Dia berusaha mengingat momen-momen bahagia mereka di kedai, serta impian-impian yang mereka bangun bersama.

Maya, di sisi lain, sudah berada di kantor polisi. Dia bertanya kepada petugas tentang perkembangan penyelidikan kebakaran kedai mereka. Petugas memberikan informasi bahwa penyelidikan masih berlangsung, dan mereka sedang mengumpulkan bukti lebih lanjut. Maya merasa sedikit lega karena kasusnya tidak diabaikan, tetapi kekhawatiran tetap ada di hatinya.

Sementara itu, di rumah, Atma menyelesaikan sarapannya dan meminum obatnya. Dia berpikir tentang bagaimana mereka bisa melanjutkan hidup mereka tanpa kedai kopi. Pikiran tentang masa depan mereka terus berputar di benaknya.

Maya pulang dari kantor polisi dengan wajah yang muram. Saat dia memasuki rumah, dia melihat Atma duduk di sofa, menunggu kedatangannya. Atma memanggil Maya dengan suara lembut, namun Maya tidak mengacuhkan dan tidak menoleh ke arahnya.

"Sampai kapan kita seperti ini?" Ucap Atma dengan pelan, penuh harapan agar Maya mau berbicara dengannya.

Maya, yang sedang berjalan menuju kamarnya, berhenti sejenak mendengar ucapan Atma. Dia terdiam sejenak, tampak ragu. Namun, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia melanjutkan langkahnya menuju kamar. Saat pintu kamarnya ditutup dengan keras, Atma terkejut dan bahunya terangkat karena kaget.

"Lama kelamaan, pintu itu bisa hancur kalau Maya terus begini," gumam Atma dengan wajah lesu, mencoba menghibur dirinya sendiri.

Atma merasa kesepian. Dia tahu bahwa Maya sedang mengalami masa yang sulit, namun dia juga merasa terasing dalam situasi ini. Dengan perasaan yang campur aduk, Atma berusaha mencari cara untuk mendekati Maya dan menyelesaikan masalah mereka.

Sementara itu, di dalam kamarnya, Maya duduk di tepi tempat tidur, merasa bingung dan frustasi. Dia menyadari bahwa hubungannya dengan Atma sedang berada di titik terendah, dan perasaan bersalah serta marah bercampur aduk dalam hatinya. Maya merasa bahwa dia telah mengecewakan Atma, tetapi dia juga merasa bahwa dia sendiri sedang berada di titik hancur.

Atma merasa semakin gelisah di dalam rumah, dia memutuskan untuk keluar dan mencari udara segar. Dengan menggunakan kursi rodanya, dia pergi ke halaman rumah. Namun, meski udara segar menyentuh wajahnya, pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan kedai Harapan yang terbakar.

Dengan tekad yang bulat, Atma memutuskan untuk pergi ke lokasi bekas kedai Harapan. Dia menutup pintu rumah perlahan dan mulai bergerak dengan kursi rodanya menuju tempat yang dulu menjadi pusat kebahagiaannya. Sepanjang perjalanan, dia merenung tentang kenangan-kenangan indah yang pernah dia alami di sana bersama Maya dan para pelanggan yang menjadi teman.

Sesampainya di bekas lokasi kedai, Atma melihat puing-puing yang berserakan dan sisa-sisa bangunan yang hangus dilalap api. Perasaan kesedihan dan kehilangan menghampirinya. Dia memejamkan mata, membiarkan bayangan-bayangan indah dari masa lalu mengalir dalam pikirannya—suara tawa, aroma kopi, dan wajah-wajah bahagia yang dulu menghiasi kedai itu.

Namun, kenyataan yang ada di hadapannya begitu kontras. Kedai Harapan kini hanya tinggal reruntuhan, tanda-tanda kehidupan yang dulu ada di sana telah musnah. Atma merasa air matanya mulai mengalir, namun dia berusaha menahannya.

"Kenapa ini harus terjadi?" gumam Atma dengan suara serak. "Kenapa kedai Harapan harus berakhir seperti ini?"

Dalam keheningan itu, Atma merenung lebih dalam. Dia tahu bahwa kesedihan tidak akan membantunya membangun kembali apa yang telah hilang. Dia harus menemukan kekuatan untuk bangkit dan melanjutkan perjuangan, Atma mulai mengarahkan kursi rodanya untuk pergi ke taman dan menuju ke pohon perjanjian.

Di bawah bayangan pohon perjanjian yang kokoh, Atma duduk dengan perasaan campur aduk. Tangisannya pecah, memenuhi udara dengan kesedihan yang tak terkira. Sementara air mata mengalir, Atma mengingat kembali momen indah di bawah pohon itu, di mana mereka berdua berjanji untuk saling mencintai dan menjaga satu sama lain.

Botol di tangan Atma terlihat sebagai simbol dari janji itu, surat perjanjian yang mereka buat dengan harapan dan cinta yang tulus. Namun, sekarang, di tengah kebakaran dan kehilangan, rasa sakit yang mendalam menyertainya. Atma merasa seolah-olah semuanya hancur, impian-impian yang mereka bangun bersama kini terasa menjauh.

Namun, di antara hujan air mata dan kesedihan, ada juga kekuatan dan tekad yang tumbuh di dalam diri Atma. Atma tahu bahwa meskipun kedai Harapan telah musnah, cinta dan janji mereka masih tetap ada, tak tergoyahkan oleh api.

Atma berjanji dalam hati bahwa dia tidak akan membiarkan kesedihan dan kekecewaan meruntuhkan semangatnya. Dia akan berjuang bersama Maya untuk membangun kembali kedai Harapan, memulihkan apa yang telah hilang, dan memperkuat ikatan cinta mereka.

Matahari pun terbenam, Maya keluar dari kamarnya dan ingin mempersiapkan makan malam dan membicarakan perihal kedai harapan kembali dengan Atma, akan tetapi Maya tidak melihat Atma di kamar dan diluar rumah, Maya begitu cemas dan khawatir.

Maya segera keluar dan berlari menuju puing-puing kedai harapan, akan tetapi Atma tidak berada disana, Maya sempat tidak bisa berfikir kemana Atma pergi, Tak lama Maya sontak berfikir tentang taman dan pohon perjanjian.

Maya berlari menuju pohon perjanjian, langkahnya cepat dan hatinya berdebar-debar. Ketika dia sampai di taman, dia melihat Atma yang duduk di bawah pohon, menatap matahari yang merah menyapu langit senja.

Dalam keheningan senja yang menenangkan, Maya merasakan kelegaan melihat Atma, Maya mendekatinya dengan perlahan, Maya merenungkan di setiap langkahnya.

Maya menundukkan kepalanya dengan mengingat saat Atma berniat untuk membangun kedai harapan dengan tabungan dan cincin tunangan, Maya merasa sedih telah memperlakukan Atma dan tidak mengerti niat baik yang Atma berikan untuk masa depan Kedai Harapan.

Maya yang semakin mendekati Atma, Mendengar Atma yang menangis sesak karena Maya tidak mengacuhkan dirinya, dan masalah yang begitu banyak, Maya mulai meneteskan air matanya dan duduk di sisi lain pohon perjanjian, dan membelakangi Atma yang sedang menangis.

1
Kana
semoga semua impian terwujud ya 🤗
Kana
bangun atma. ku tabok ya bkin cape nangis kau/Right Bah!/
Kana
pingsan aja biar ga cape 🙃
Kana
lagi kerja aku jgn dibuat nangis bisa? 🥺
Gema: siapa suruh baca di saat kerja wkwkw
total 1 replies
Aegis Aetna
aku mampir kak, semangat.
Gema: Terimakasih udah mampir yaa
total 1 replies
Kana
😢 ini mah buku diary
Kana
elma😭
Gema: parah elma nya ya
total 1 replies
ATAKOTA_
sangat menyentuh
Gema: terimakasih
total 1 replies
Kana
Ga sabar pengen ketemu kayanya ya🤭
Kana
ciiee 😚
Kana
Jangan makan pedes atma🤨
Gema: hahaha
total 1 replies
Kana
kasian lestari🥀
Gema: Maaf ya wkwkw
total 1 replies
Kana
jahil nya 🤨
Kana
Semangat Nulisnya🥰
Gema
Selamat menikmati perjalanan Atma dan Maya yah
Gema
senyum senyum yah wkwkw
Kana
Senyum2 nah🤭
Kana
Semangat dan Sukses Untuk Novelnya 🌷
Kana
Keren🥰
Gema: makasih sayang
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!