Gadis berparas ayu itu menatap langit penuh hampa, dia bimbang bahkan jika boleh memilih dia tak ingin ada didalam keadaan seperti saat ini.
Nazia tak pernah mengeluh atas semua kesulitan nya selama ini, tapi kali ini Nazia benar-benar dilema..
"Kak..." panggil sang Ayah, Nazia menoleh ke sumber suara tapi kembali menatap langit lagi
"Ayah tidak pernah memaksa, Ayah selalu ingin yang terbaik, Ayah juga akan selalu mendukung apapun pilihan anak-anak Ayah..."
"Apakah Ayah mengenal nya? Yah.. kakak bukan ingin pilih-pilih.. tapi pernikahan itu bukan sekedar tinggal bersama, tapi hidup bersama.. Zia belum terfikir untuk itu, apalagi Zia bahkan tidak mengenal nya..."
...
Ya... Pernikahan itu bukan sekedar tinggal bersama tapi hidup bersama.. Tapi Nazia harus di hadapan oleh keadaan yang membuat nya bimbang karna ada seorang Ayah yang melamar Nazia untuk anak lelakinya, tapi bahkan mereka tidak saling mengenal.
Apakah Nazia mampu menjawab dan menjalani nya??
Siapa Lelaki itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ajeng Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Dengan penuh pertimbangan dan juga dukungan terutama dukungan sang Ayah membuat Nazia berani mengambil keputusan untuk mengemban tanggung jawab baru di Word Coffe.
Satu pekan sudah berlalu, Nazia nampak sibuk mempelajari dan juga memperbaiki pembuatan word coffe.
Pekerjaan yang terlihat simpel tapi butuh ketelitian, karna salah satu angka saja akan mempengaruhi semua nya. Nazia nampak begitu fokus, sampai-sampai kehadiran Baskara pun tidak dia sadari.
"Minum dulu jangan terlalu fokus.." Ujar Baskara sembari menyodorkan satu cup Coffe ice
"Ya Allah mas gak perlu sampai repot-repot gini, kan Zia bisa ambil sendiri.."
"Yakin bakal ngambil sendiri??" Tanya Baskara memastikan.
"Hmmm.. Iya juga sih, oh ya mas Bas ke sini ada yang bisa Zia bantu...?"
"Mau liat kamu aja.."
Mendengar jawaban Baskara membuat Nazia mengerutkan kening nya.
"Bercanda Zi.." Tambah Baskara saat melihat ekspresi Nazia, dia tak ingin membuat Nazia tidak nyaman.
"Oh ya , Ayah Zia gimana kondisinya, masih suka sakit kaki nya?"
"Alhamdulillah udah membaik, kalau pas asam urat nya kambuh kadang memang sampai gak bisa jalan, alhamdulilah obat dari dokter yang mas Bas rekomendasikan waktu itu cocok buat Ayah.."
"Alhamdulillah kalau gitu, seneng denger nya.. Ya udah Zia lanjut aja kerja nya, saya mau ke depan kayaknya tadi lagi ramai pengunjung "
"Zia bantuin kalau gitu mas.." Balas Nazia sembari bangkit dari posisi duduk nya
"Kalau kamu bantuin depan, kira-kira kapan tuh laporan selesai..??"
"Hmmm...??"
"Udah fokus aja, biar saya yang ke depan.." ucap Baskara lalu meninggalkan Nazia yang belum sempat menjawab ucapan Baskara.
Semua pun nampak sibuk dengan tugas masing-masing, maklum saja akhir pekan jadi pengunjung lumayan banyak. Apalagi Word Coffe menjadi salah satu referensi cafe yang cocok untuk semua kalangan.
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Nazia sedang duduk melipat mukenah nya. Setelah selesai mengerjakan sholat ashar di mushola Nazia pun kembali ke ruangan nya.
Nazia mematikan laptopnya, menyusun laporan-laporan yang tadi sempat berserakan di meja nya.
Setelah selesai dengan pekerjaan nya Nazia pun keluar dari ruangan nya. Nampak di luar pengunjung masih sangat padat. Teman-teman Nazia pun nampak begitu kerepotan dalam melayani pengunjung.
"Udah mau pulang Zi..?" Tanya Baskara saat mereka berpapasan, Baskara nampak sedang membawa nampan yang berisikan gelas-gelas kotor.
"Ramai ya mas, mas Bas udah sholat ashar??" Pertanyaan di jawab pertanyaan oleh Nazia
"Belum nich, ada yang ngadain party.."
"Pantas sana nampak padat merayap, Mas Bas sholat aja dulu, biar Zia yang ganti bantuin di depan.."
"Tapi ini udah jam kamu pulang."
"Sini gelas nya biar Zia yang cuci, mas sholat aja dulu, kita gantian sholat nya sama yang lain.." Ujar Nazia sembari mengambil nampan yang Baskara bawa.
Baskara hanya bisa tersenyum mendengar apa yang Nazia ucapkan. Mungkin sikap Nazia yang seperti ini yang membuat Baskara jatuh hati kepada Nazia.
Selain paras Nazia yang ayu, sederhana, sikap nya yang mencerminkan wanita sholeha, Nazia memang begitu peka terhadap lingkungan dan tak bosan mengingatkan teman-teman dalam kebaikan.
"Udah mas buruan, biar bisa gantian.."
"Ya udah saya sholat dulu.."
Nazia pun membawa nampan yang berisikan gelas kotor itu ke arah dapur, lalu mulai mencuci nya..Baskara yang melihat itu bukannya bergegas menuju musholla yang tersedia di cafe nya dia malah terdiam mengukir senyum melihat Nazia yang sibuk dengan gelas-gelas kotor.
Waktu terus berjalan, dan Nazia pun sudah harus pulang, Word Coffe juga mulai senggang, ya walaupun masih saja ada pelanggan keluar dan masuk, tapi rombongan yang mengadakan party sudah pulang.
Saat dalam perjalanan pulang sebelum sampai rumah Nazia memutuskan untuk ke supermarket, ada kebutuhan bulanan wanita yang harus dia beli.
Tak perlu berlama-lama, selesai membeli apa yang di perlukan Nazia pun bersiap untuk pulang.
Tapi saat kan naik ke motor nya, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menarik tas Nazia.
"Astaghfirullah..." kaget Nazia dan refleks menarik tas yang di tarik oleh seseorang
"Lepasin gak tas lo..." Bentak laki-laki itu sembari terus menarik tas Nazia, tapi Nazia tetap berusaha mempertahankan tas nya
"Mas yang lepasin, ini tas saya..." Bantah Nazia
Keadaan supermarket memang agak sepi, karna sudah mau menjelang magrib, ada beberapa kendaraan lewat tapi seakan menutup mata mereka.
"Lo mau cari mati ya..."
Nazia benar-benar bingung, mau teriak tapi semua seakan acuh. Laki-laki itu berusaha kuat menarik tas Nazia, membuat Nazia hampir saja terjatuh bersama motor nya.
Hampir.. Ya hampir saja terjatuh jika tubuh Nazia tidak ada yang menahan, jika tubuh Nazia tertahan tidak dengan motor nya.
Refleks mata Nazia terpejam karna dia sudah pasrah jika terjatuh, tapi tiba-tiba mata Nazia terbuka karna kaget ada yang menahan tubuh nya.
"Kembalikan tas nya.." Pinta seseorang yang menahan tubuh Nazia.
Suara yang tak asing bahkan sangat familiar, karna seseorang yang menahan tubuh Nazia itu adalah Baskara.
Nazia dengan cepat memposisikan tubuhnya berdiri tegap lagi, mata nya tak lepas melihat Baskara, tapi Baskara terlihat fokus pada sang penjambret.
"Mas bas.." Batin Nazia
"Zia kamu lebih baik mundur dulu.." Titah Baskara tanpa melihat ke arah Nazia, dan Nazia hanya bisa menurut
Tiba-tiba saat ini banyak orang yang berhenti melihat mereka, tapi kenapa tadi di saat Nazia butuh bantuan semua seakan buta.
"Lo siapa, HAH...?" Bentak penjambret itu
"Lo yang siapa? Berani nya sama cewek" Balas Baskara dengan sinis
Penjambret itu awal nya sudah bersiap kabur tapi dengan cepat Baskara menarik tas Nazia, bahkan tali tas Nazia sampai putus karna penjambret itu terjatuh .
Baskara tidak memberikan sedikit pun kesempatan untuk penjambret itu kabur, dengan cepat Baskara membalikan tubuh penjambret itu, tangan kanan Baskara sudah bersiap menghajar nya, tapi terhenti karna teriakan Nazia
"Mas jangan..." Teriak Nazia
"Tapi Zi dia..."
"Jangan Mas..."
Dengan terpaksa Baskara mengibaskan tangan nya, ada rasa kesal tidak bisa memberikan penjambret itu sedikit saja pelajaran.
"Lo lihat, cewek yang mau lo celakai malah menolong lo. Kalau bukan karna dia gue gak tahu gimana nasib wajah lo ini..." Ujar Baskara dengan nada sinis sembari menepuk-nepuk pipi penjambret itu.
"Mas, isi tas ini tidak lah seberapa tapi jika mas nya mau mencari nafkah dengan cara seperti ini, ini jelas salah.."
Saat ini Baskara dan penjambret itu sudah berdiri, tapi tangan Baskara masih dengan setia menahan sang penjambret. Sesekali penjambret itu berusaha melepaskan genggaman tangan Baskara, tapi tak berhasil, Baskara begitu kuat membuat sang penjambret mati kutu.
"Saya gak tahu apa motif mas nya, tapi semoga ini bisa menjadi pembelajaran untuk mas kedepannya, jika memang butuh pekerjaan, jangan seperti ini.."
"kalian itu gak tahu gimana sulit nya mencari pekerjaan " Balas penjambret itu dengan sinis
"Saya tahu mencari pekerjaan itu gak mudah , bahkan saya juga mengalami nya"
"Man Jadda Wajadda, siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil.."
"Ibu saya sedang sakit, saya udah berusaha cari pinjaman dan juga sudah berusaha memburuh, tapi tidak ada yang mau. Man Jadda Wajadda itu gak berlaku untuk saya.."
" Astagfirullah gak seperti itu konsep nya.." balas Nazia, ada rasa iba tapi penjambret itu tidak lah benar.
"Mas Bas tolong di lepasin aja mas ini, Zia gak papa kok..." Pinta Nazia , dan lagi-lagi Baskara hanya bisa menuruti permintaan Nazia.
Nazia mendekat ke arah mereka, Nazia membuka resleting tas nya, lalu mengeluarkan dompet dari dalam tas nya, lalu mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya.
"Saya gak tahu apa yang mas nya cerita soal ibu mas tadi jujur atau sebatas alibi, apapun alasan mas nya itu salah, ini ada sedikit dari saya, semoga bisa membantu dan semoga Allah mudahkan jalan mas nya dalam mencari pekerjaan yang halal." Ujar Nazia sembari menyerahkan tiga lembar uang merah
Baskara kaget melihat apa yang Nazia lakukan. Bukan marah-marah Nazia malah memberikan uang kepada penjambret yang hampir saja mencelakai Nazia.
"Ini beneran mbak..?" Tanya penjambret itu tak percaya dengan mata berkaca-kaca
"Iya, tapi maaf saya gak bisa bantu banyak,semoga ibu mas nya segera sehat seperti sedia kala.. Aamiin"
Penjambret itu reflek ingin meraih tangan Nazia untuk berterima kasih, tapi dengan cepat Nazia mundur
Nazia menangkupkan kedua tangan nya, penjambret itu paham dengan gesture tubuh Nazia.
"Makasih mbak makasih, saya gak akan lupa kebaikan mbak nya, saya akan berusaha lebih keras lagi untuk mencari nafkah yang halal untuk ibu saya. Sekali lagi makasih mbak. Makasih dan saya minta maaf"
Mendengar sang penjambret itu berulang kali mengucapkan terimakasih dan juga permohonan maaf membuat Baskara iba. Nampak ketulusan saat penjambret itu memohon maaf.
"Ibu mas nya di mana sekarang?" Tanya Baskara
"Masih di rumah mas, saya berniat membawa nya kerumah sakit, tapi saya sama sekali gak punya uang.."
"Bawa saya kerumah mas nya.." Pinta Baskara
"Baik mas.."
Baskara berjalan mendekat ke motor Nazia, lalu mendirikan kembali motor itu, ada beberapa bagian yang pecah karna terkena batu.
"Kenapa sekarang ramai??" Tanya Baskara ke beberapa orang yang dengan setia menjadi penonton saat motor Nazia sudah berdiri.
"Tadi di semua diam, semua tutup mata, kenapa sekarang malah ada yang merekam..?" Tanya Baskara lagi dan itu membuat beberapa orang yang merekam mematikan handphone nya.
"Mas udah, kata nya mau kerumah mas itu.." Ujar Nazia berusaha menghentikan Baskara
"Sebentar Zi.. Saya cuma mau tahu gimana jika mereka ada di posisi kamu, dan saya miris melihat orang-orang jaman sekarang, semua serba di rekam, tangan bisa bergerak mengabadikan kejadian dengan handphone mereka tapi berat untuk menolong.."
"Udah mas, ada yang lebih penting, jika benar ibu mas itu dalam keadaan sakit, itu yang harus di dahulukan..."
"Kamu ikut saya , motor nya nanti biar anak word yang ambil dan di bawa ke bengkel.."
"Tapi..."
"Gak ada kata tapi Nazia..." Kali ini Baskara nampak sangat tegas dan tak ingin ada penolakan
"Huuft..." Nazia pun hanya bisa pasrah
Mereka pun bergegas mengikuti motor yang dikendarainya penjambret tadi, di sela-sela menuju rumah penjambret itu Baskara menghubungi Heru agar bisa mengambil motor Nazia, dan Nazia juga tidak lupa memberi kabar ke sang ayah jika dia agak terlambat pulang nya.
🌹🌹🌹
Lanjut...???
Jazaakumullah khairon untuk semua dukungan nya, dalam bentuk apapun itu.,🥰
Like, Komen, Vote, Gift , Tips... Dan jangan lupa untuk rate bintang 5 🌟🌟🌟🌟🌟 ya
Ingat ini hanya coretan kecil yang berharap bisa bermakna besar untuk kita semua.
Karna....
Sebaik-baik nya Bacaan itu adalah Al-Qur'an
Dan jangan lupa follow IG kak Ajeng ya @ajeng_kirana90
bikin cepat masuk...