Ava Serenity Williams, putri bungsu Axton Brave Williams, jatuh cinta pada seorang pria bernama Ryan Dome. Ia mencintainya sejak berada di bangku sekolah. Ava bahkan rela menjadi seseorang yang bukan dirinya karena Ryan seakan menuntut bahwa yang akan menjadi kekasih dan istrinya nanti adalah seorang wanita sempurna. Ryan Dome, putra Freddy Dome, salah satu rekan bisnis Axton Williams. Freddy berencana menjodohkan Ryan dengan Ava, hingga menjadikan Ava sebagai sekretaris putranya sendiri. Namun, siapa yang menyangka jika Ryan terus memperlakukan Ava layaknya seorang sekretaris, bahkan pembantunya. Ia menganggap Ava tak pantas untuk dirinya. Ryan bahkan memiliki kekasih saat dirinya dalam status tunangan dengan Ava. Hingga akhirnya Ava memilih mundur dari kehidupan Ryan. Ia mencari ketenangan dan jati dirinya yang hilang, hingga akhirnya ia bisa jatuh cinta sekali lagi. Apakah cinta itu untuk Ryan yang berharap Ava kembali? Ataukah ada pria lain yang siap mencintai Ava drngan tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KAMU BISA KELUAR
Sepanjang malam, Imelda terus saja digempur oleh Ryan. Pria itu tak membiarkan Imelda istirahat terlalu lama karena ia begitu rindu menyatukan tubuhnya dengan tubuh Imelda.
Untung saja hari ini Imelda tak ada jadwal pemotretan sehingga Joanna tak akan datang hari ini. Ia juga mengatakan pada Joanna agar tak datang ke apartemennya, karena ia ingin menghabiskan waktu untuk beristirahat.
“Baby,” bisik Ryan di telinga Imelda.
“Ehmmm,” Imelda menggeliat di bawah selimut dengan tubuh polosnya. Hal itu tentu saja memicu milik Ryan kembali tegang. Meskipun milik Imelda terasa lebih longgar daripada dulu, Ryan mengira itu karena Imelda semakin dewasa. Mungkin miliknya-lah yang harus diperbesar agar pas dengan milik Imelda.
“Aku menginginkanmu lagi,” ucap Ryan.
“Aku lelah.”
“Satu kali lagi, setelah itu aku akan pulang. Aku akan mempersiapkan proposal untukmu menjadi brand ambassador di Perusahaan Williams. Aku juga akan mengenalkanmu pada Ava. Jadilah sahabatnya dan kamu juga pasti akan mendapatkan apapun keinginanmu,” lanjut Ryan.
Mata Imelda kini membesar saat mendengar ucapan Ryan. Tanpa perlu dipaksa, Imelda memposisikan dirinya di atas tubuh Ryan dan memimpin penyatuan mereka kali ini. Ryan? Tentu saja sangat senang. Ia kembali mendapatkan apa yang ia inginkan.
*****
Mario akhirnya bisa menyelesaikan laporan yang akan digunakan untuk meeting pagi ini. Ia baru menyelesaikannya pukul empat pagi dan Mario sama sekali tidak pulang. Rencananya untuk menemui kedua orang tua nya pun gagal total. Ia sudah menghubungi keduanya dan untungnya mereka bisa mengerti. Bahkan mereka meminta maaf pada Mario karena kondisi kesehatan mereka lah yang membuat Mario harus bekerja sangat keras untuk mendapatkan uang.
Ia tidur sebentar dengan bersandar di kursi kerjanya, hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Alarm yang ia pasang pun berbunyi, membuat Mario mengerjapkan matanya perlahan. Ia pun bangkit dan keluar dari ruangannya.
“Kamu bisa menjalani ini, Mar. Semua demi kedua orang tuamu. Tak apa bekerja sedikit keras dan diremehkan, kamu pasti bisa melaluinya,” gumam Mario pelan sambil menatap wajahnya sendiri di cermin.
Mario membasuh wajahnya kemudian kembali ke ruangannya untuk berganti pakaian. Ia selalu menyimpan pakaian bersih di sana jika tiba tiba saja ia diharuskan lembur seperti semalam.
Ketika waktu menunjukkan pukul delapan kurang lima menit, Ava sudah terlihat berada di meja kerjanya. Ia menyusun semua yang dibutuhkan oleh Ryan dengan memeriksa jadwal kerja pria itu.
Dan seperti biasa, Mario akan turun ke bawah untuk menunggu kedatangan atasannya itu di lobby. Dari kebiasaan itu juga, Ava mengetahui jam kedatangan Ryan.
Ava masih memikirkan apa tujuan dari niat Ryan melamarnya. Namun, ia belum mendapatkannya. Ia pun kembali meneruskan pekerjaannya. Ia ingin bekerja dengan baik dan melihat apakah sikap Ryan padanya akan berubah. Apakah Ryan tak menyukainya karena sikapnya yang sedikit manja?
Tak berselang lama, tampak Ryan dan Mario keluar dari lift. Ava bisa melihat keduanya karena jarak lift dengan ruangan Ryan tak terlalu jauh.
“Va, ke ruanganku,” pinta Ryan.
Tiba tiba saja hati Ava menghangat karena Ryan memanggilnya ke dalam ruangan. Ia bahkan menepis segala dugaannya sebelum Ryan tiba tadi. Mungkin Ryan hanya membutuhkan waktu dan kemarin hanya tidak mood saja.
“Mar, keluarlah! Aku hanya ingin berbicara dengan Ava berdua,” ujar Ryan.
Mendengar ucapan Ryan, hati Ava kembali melonjak girang. Ia hanya akan berdua dengan Ryan. Ia bertanya tanya di dalam hati, apa kira kira yang akan dikatakan oleh Ryan padanya.
“Apa ia ingin membicarakan tentang persiapan pernikahan kami? Apa ia sudah menyiapkan tema yang pas dan akan memintaku memilih?” batin Ava. Ia tak sabar melihat Mario keluar dan mendengar ucapan Ryan.
Setelah Mario keluar dari ruangan, Ryan mempersilakan Ava duduk di sofa dan Ryan langsung duduk tepat di sebelah Ava. Senyum Ava terukir ketika Ryan menggenggam tangannya.
“Siallannn!! Menjijikkan sekali. Aku tak suka memegang tangannya. Kalau saja aku sedang tak membutuhkan bantuanmu, aku tak akan mau melakukan ini,” batin Ryan.
“Va.”
“Ya.”
“Bagaimana permintaanku waktu itu?” tanya Ryan.
Ava menautkan kedua alisnya untuk mengingat apa permintaan Ryan padanya, “permintaan yang mana?”
Ryan mengumpat di dalam hati karena Ava tak mengingat permintaannya.
“Ehmmm … tentang penanaman investasi tambahan untuk perusahaanku,” ujar Ryan. Ia berusaha untuk tetap tenang.
“Ah itu, Dad bilang Dad sudah bekerja sama dengan Perusahaan Dome dan sudah menginvestasikan cukup besar untuk proyek kerja sama itu. Jadi, belum akan melakukan nya lagi,” ucap Ava.
Ingin sekali Ryan menggebrak meja dan menghempaskan tangan Ava yang saat ini ia genggam, tapi ia tak bisa. Ia memejamkan matanya lalu menghela nafasnya pelan.
“Kamu sakit?” tanya Ava khawatir.
“Tidak, aku hanya stres memikirkan perusahaanku,” jawab Ryan.
“Apa kamu sangat membutuhkan investasi itu?” tanya Ava lagi.
“Ya. Ada pegawaiku yang melakukan penggelapan dan itu sangat berdampak pada semua proyek yang kami ambil,” jawab Ryan dengan wajah memelas dan penuh drama.
“Aku bisa membantumu dengan uangku,” ucap Ava.
“Uangmu? Memang berapa banyak uang yang kamu punya?” tanya Ryan.
Ava tersenyum, “ya lumayan, meskipun tak sebanyak punya Kak Alex dan Daddy.”
“Kamu mau memberikan uang itu padaku?”
“Aku harus memeriksa jadwal depositoku dulu, nanti aku akan mengabarimu.”
Ryan tampak senang. Ia merasa apa yang ia lakukan saat ini tak akan sia sia. Memang benar, jika Ava ada di pihaknya, maka gadis itu akan dengan mudah ia atur, bahkan uangnya adalah uang Ryan. Ryan tertawa di dalam hatinya karena untuk sekali lagi ia bisa memanfaatkan Ava.
“Ah satu lagi,” ucap Ryan.
“Ada apa?”
“Sepupuku baru pulang dari Paris. Ia seorang model dan membutuhkan pekerjaan di sini. Sebenarnya ia sudah berkarir di sana, tapi ia ingin sekali bekerja di perusahaan keluargamu. Apa Perusahaan Williams bisa memakainya sebagai model?”
“Aku akan menanyakannya pada Kak Alex. Aku yakin Kak Alex akan membantu jika tentang pekerjaan,” ucap Ava.
Lagi dan lagi, Ryan merasa sangat bahagia. Ia akan segera membawa berita ini pada Imelda.
“Kalau begitu sekarang kamu bisa keluar dari ruanganku. Aku menunggu kabar darimu. Ingat, jangan terlalu lama karena aku dan sepupuku memerlukan kabar baik darimu secepatnya. Keluarlah, aku ingin sendiri,” ucap Ryan yang langsung bangkit dan melepaskan genggaman tangannya.
Sejenak Ava terdiam karena sikap Ryan seketika berubah, tapi ia mencoba tetap tenang dan berpikir positif.
“Aku akan keluar dan segera memberikanmu kabar,” Ava pun keluar dari ruang kerja Ryan.
Sementara itu Ryan langsung masuk ke dalam kamar mandi pribadinya lalu mencuci tangannya dengan sabun beberapa kali. Ia tak ingin ada bekas Ava di tubuhnya.
🧡🧡🧡
terima kasih Thor dengan ceritanya yang keren
terima kasih kakak Author 🙏🙏
semoga kakak Author selalu sehat, selalu semangat dan selalu sukses dalam berkarya aamiin...
ditunggu karya berikutnya ❤️🙏💪💪💪
semangat tour semoga sehat selalu ditunggu up karya yang baru💪💪💪🥰
trimadong Nia jangan sia sialan kesempatan yg ada di depan mata