NovelToon NovelToon
Sang Pewaris Takdir

Sang Pewaris Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: BigMan

~Karya Original~
[Kolaborasi dari dua Author/BigMan and BaldMan]
[Update setiap hari]

Sebuah ramalan kuno mulai berbisik di antara mereka yang masih berani berharap. Ramalan yang menyebutkan bahwa di masa depan, akan lahir seorang pendekar dengan kekuatan yang tak pernah ada sebelumnya—seseorang yang mampu melampaui batas ketiga klan, menyatukan kekuatan mereka, dan mengakhiri kekuasaan Anzai Sang Tirani.

Anzai, yang tidak mengabaikan firasat buruk sekecil apa pun, mengerahkan pasukannya untuk memburu setiap anak berbakat, memastikan ramalan itu tak pernah menjadi kenyataan. Desa-desa terbakar, keluarga-keluarga hancur, dan darah terus mengalir di tanah yang telah lama ternodai oleh peperangan.

Di tengah kekacauan itu, seorang anak lelaki terlahir dengan kemampuan yang unik. Ia tumbuh dalam bayang-bayang kehancuran, tanpa mengetahui takdir besar yang menantinya. Namun, saat dunia menjerumuskan dirinya ke dalam jurang keputusasaan, ia harus memilih: tetap bersembunyi/melawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BigMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 28 - Kegaduhan di Kedai: Bagian 4

Malam terus bergulir, tetapi di sudut-sudut gelap desa, bahaya yang tak terlihat mulai mengintai.

Di dalam kedai, Abirama dan Kouji masih berdiri dalam keheningan. Kepala desa menghela napas berat, matanya penuh kekhawatiran.

"Apakah mereka akan kembali?" tanyanya lirih.

Kouji menatap pintu kedai yang terbuka, menatap gelapnya jalanan desa yang kini terasa lebih mencekam dari biasanya. "Bukan pertanyaan apakah mereka akan kembali," jawabnya. "Tapi kapan."

Abirama tetap diam. Pikirannya berputar cepat, menganalisis situasi. Ia telah melihat banyak pendekar di hidupnya—yang baik, yang jahat, yang setengah gila. Namun orang-orang tadi... mereka bukan sekadar pengacau biasa.

"Ada sesuatu yang mereka cari," gumamnya.

Kouji menoleh. "Maksudmu?"

Abirama menghela napas. "Orang-orang seperti mereka tidak sekadar datang untuk minum dan menolak membayar. Mereka memancing reaksi, mengukur kekuatan kita."

"Dan mereka berhasil."

Kouji menyadari bahwa sejak tadi, ia telah menggenggam gagang pedangnya lebih kuat dari biasanya. Ia mengendurkan cengkeramannya, lalu menoleh ke kepala desa. "Beri tahu warga untuk tidak keluar rumah malam ini. Pastikan semua pintu terkunci."

Kepala desa mengangguk cepat, lalu bergegas pergi.

Abirama melangkah ke luar kedai, menatap langit yang diselimuti awan. Udara terasa berat, seakan ada sesuatu yang mengintai dari kegelapan.

"Kau akan berjaga?" tanya Kouji.

"Ya," jawab Abirama. "Seseorang harus memastikan desa ini tidak diserang dalam tidur mereka."

Kouji mengangguk. "Aku akan berpatroli di sekitar rumah keluarga Liliane. Aku tidak suka ini, Abirama. Ada sesuatu yang tidak beres."

Abirama tersenyum tipis. "Aku juga tidak suka."

Lalu, tanpa suara, keduanya berpisah ke arah masing-masing.

Sebelum Abirama berkeliling memeriksa desa, ia pergi menuju rumahnya terlebih dahulu untuk memastikan sesuatu.

Di sepanjang jalan, ia bisa merasakan sesuatu.

Sebuah ketenangan yang terlalu sempurna.

Dan ia tahu dari pengalaman bahwa di balik ketenangan seperti ini...

Badai besar selalu menunggu untuk datang.

Angin malam berembus pelan, membawa udara dingin yang menyelinap melalui celah-celah rumah kayu sederhana itu.

Di dalamnya, Abirama berdiri tegap, menatap ke dalam kamar kecil yang seharusnya menjadi tempat Sora beristirahat.

Namun, yang ia temukan hanyalah tikar kosong dan jendela yang sedikit terbuka.

Matanya menyipit.

Sekilas, mungkin orang lain akan mengira bahwa Sora hanya pergi ke luar untuk menghirup udara segar. Tetapi Abirama bukan orang biasa—ia telah bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang perang dan pertempuran. Ia tahu perbedaan antara kepergian yang biasa dan seseorang yang menghilang tanpa jejak.

Tanda-tanda di dalam kamar terlalu sunyi. Terlalu bersih.

Sora tidak ada di sini.

Dan itu berarti sesuatu telah terjadi.

Tanpa membuang waktu, ia melesat keluar rumah.

Sementara itu, Sora masih berdiri terpaku, jantungnya masih berdegup kencang.

Siapa pria itu?

Namun, sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, suara langkah kaki yang cepat menghampirinya.

"Sora!"

Sora menoleh dan melihat ayahnya, Abirama, muncul dari tikungan dengan ekspresi serius.

"Ayah…"

Tanpa bertanya lebih dulu, Abirama langsung mendekat, mencengkeram bahu putranya dengan erat. "Apa yang terjadi?" suaranya rendah, tetapi penuh ketegangan.

Sora menelan ludah. "Aku… aku mendengar suara seseorang. Dia berbicara kepadaku, tapi aku tidak dapat menemukan sosoknya."

Mata Abirama menyipit. "Suara sepeti apa? Apa yang dia katakan?"

Sora mencoba mengingat. "Dia bilang, aku menarik dan kita akan bertemu lagi."

Ekspresi Abirama berubah seketika. Matanya yang tajam kini dipenuhi kilatan bahaya.

Seseorang sedang mengincarnya.

Dan lebih buruknya, mereka juga mengincar Sora.

"Hanya itu?" tanya Abirama, suaranya rendah namun penuh tekanan.

Sora masih sedikit terengah, pikirannya berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. "Iya, hanya itu."

Mata Abirama semakin menyipit. Ia tahu bahwa pernyataan itu bukan sekadar sapaan biasa. Jika orang itu cukup percaya diri untuk meninggalkan pesan langsung, maka dia pasti memiliki rencana.

Abirama diam sejenak. Nalurinya sebagai pendekar yang telah bertahun-tahun berjuang di medan perang mengatakan satu hal—ini bukan pertemuan biasa.

"Sora, dengarkan ayah baik-baik." Abirama berlutut sedikit agar sejajar dengan putranya. "Mulai sekarang, kau harus lebih berhati-hati. Jangan pernah keluar sendirian, terutama di malam hari."

Sora mengerutkan kening. "Tapi Ayah, aku tidak bisa diam saja sementara—"

Abirama menepuk pundaknya, menghentikan ucapannya. "Belum saatnya bagimu untuk terlibat, Sora. Ayah tahu kau ingin kuat, tapi dunia ini lebih kejam dari yang kau kira."

Sora mengepalkan tangannya, merasa frustasi, tetapi ia juga tahu bahwa membantah ayahnya hanya akan membuat situasi semakin buruk.

"Baiklah, ayah."

"Sekarang, mari kita pulang. Kau diam di rumah dan jangan keluar!"

"Lalu, bagaimana dengan ayah?" Tanya sora.

"Ayah akan berjaga, memastikan semuanya aman malam ini."

Tanpa banyak pertanyaan, Sora mengangguk paham.

1
Big Man
seru kok kak.. namnya aja yg jepang kak.. tp story line nya sma kek pendekar2 timur lain.. hnya saja.. gda kultivator .. tp istilahnya berbeda
Big Man: niat blas chat.. mlah ke post di koment.. asem dah
total 1 replies
Ernest T
lnjutttt. kren
Big Man: terimakasih kak /Applaud/
total 1 replies
Desti Sania
belum terbiasa dengan scien jepang
Big Man: Mudah2n cocok ya.. menghibur.. story line nya hmpir sma kok kak sma pendekar2 timur lainnya.. cmn istilahnya aja yang beda dan gda kultivator di sini /Grin/
total 1 replies
Desti Sania
mungkin
Desti Sania
prolog nya dah keren thor,semoga isinya gak membosankan ya
Big Man: amiin.. thanks kak.. semoga menghibur ya
total 1 replies
Bocah kecil
Abirama bukan kaleng2 keknya.. pra pendekar aja tau dan bisa merasakan kekuatan abirama yang tidak biasa.. menarik.. /Kiss/
Aditia Febrian
Aseekkk... Gass lah.. Hajar mereka Abirama!!! /Determined//Determined/
Bocah kecil
Gass lanjoot...!!!
Aditia Febrian
Makin seruu... /Determined//Determined/
Abu Yub
Aku datang lagi thor/Ok/
Big Man: Mksh thor.. /Kiss/
total 1 replies
Abu Yub
sip
Bocah kecil
Ni bocil sumpahna, yang satu baperan, yang satu cuplas ceplos.. /Facepalm/
Aditia Febrian
Tahapan ujian menjadi pendekar sejati:
1. Disiplin >> Lulus.
2. .... ?

Lanjut thoorr!!! /Determined//Determined/
Big Man: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Bocah kecil: Bner.. relate sbnrnya..
untuk menjadi org sukses ya slah satunya :
1. Disiplin
2. Kerja keras.
3. Terusin aja sendiri
/Tongue//Joyful//Joyful/
total 2 replies
Aditia Febrian
Ngakak parah /Facepalm//Facepalm/
Aditia Febrian
Si liliane ceplas ceplosnya ampun dah /Joyful//Joyful/
Aditia Febrian
Mantap.. Sebaik-baiknya ayah, ya Abirama.. lanjut thorrr.. /Determined//Determined/
Momonga
Dramatic skali thor.. keren, salut thor.. up lg thor
Teteh Lia
Per bab na pendek, jadi maaf kalau Aq baca na terlalu cepat 🙏
Big Man: Gpp kak.. mksh udh mampir ya.. semoga ceritanya menarik dn bisa menghibur kka ya..
di Ep 11 ke atas udh di konsisten untuk katanya di min 1000-1500 kata ya kak.. semoga itu bsa mengobati kekecewaan kka ya.. /Hey/
total 1 replies
Abu Yub
lanjut thor .kunjungi novel aku juga thor ./Pray/
Big Man: siap kak.. thanks dukungannya..
total 1 replies
Abu Yub
sip deh /Ok/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!