Demi Menyelamatkan Hutan Selatan dari Kehancuran, Noil (seekor singa) dan Flint (seekor kambing) pergi ke kota manusia untuk bertemu Lopp si ketua pemberontak, tapi mereka justru terlibat aksi penculikan presiden Dump, Mampukah Noil dan Flint sampai ke kota manusia, menculik presiden manusia dan menyelamatkan hutan selatan tempat mereka tinggal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radeya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gerbong Terakhir
Flint sedang tidur mendengkur ketika Noil mengguncang tubuhnya hingga dia terbangun.
"Apa?" seru Flint, malas.
"Gawat!" kata Noil, "aku tidak bisa berhitung."
"Aku bisa," kata Flint lalu menguap, "jadi tidurlah lagi."
Noil menekan bahu Flint ke dinding dan mengeram.
"Kalau begitu mulailah menghitung, kau tidur atau sudah mati!, apa kau tidak mendengarnya!, peluitnya sudah berbunyi."
Mendengarnya Flint menghitung satu sampai dua puluh dengan cepat. Ketika Noil dan Flint meloncat keluar dari selokan, kereta sudah melaju dengan pelan lalu mulai berjalan semakin cepat.
Noil dan Flint berlari mengejar kereta yang meninggalkannya.
"Berlarilah Flint, seolah-olah demi nyawamu!" seru Noil.
Noil berlari dan sudah sejajar dengan gerbong terakhir tapi dia tak tahu bagaimana caranya masuk.
Di belakang Noil, Flint berteriak seperti kambing gila.
"Buka pintunya! tarik ganggangnya!" teriak Flint.
"Ganggang yang mana?" kata Noil.
Flint memekik.
"Di sebelahmu! Bisa lihat tidak!"
Noil menemukan ganggang pintu gerbong, menarik pintunya hingga terbuka dan dalam satu kali percobaan Noil melompat masuk.
Noil menoleh ke belakang, mengulurkan kaki depannya kepada Flint.
"Ayo Flint!" seru Noil, "raih kakiku!"
"Aku bukan kambing jika aku bisa berlari secepat singa," kata Flint.
"Kau pasti bisa!" kata Noil.
Flint mencak-mencak.
"Kubilang apa! jangan lagi ada aksi lari-larian, ini terlalu berbahaya buat seekor kambing."
Noil berkata, "Jangan banyak bicara, lari saja terus."
"Sudah kucoba!"
Flint memekik tersengal, tapi kereta melaju semakin cepat dari sebelumnya.
Saat melihat Flint nampak menjauh darinya, Noil menghentak dinding gerbong.
"Jangan gila, jangan pernah berpikir untuk berhenti!" teriak Noil.
Flint tak tahu bagaimana caranya, mendadak dia bisa berlari sangat cepat, tiba-tiba saja dia bisa meraih kaki depan Noil.
Noil menarik Flint kuat-kuat dan hampir seperti melempar Flint kedalam gerbong.
Di dalam gerbang, Flint bernafas tersengal-sengal, dia merasakan ngilu di keempat lutut kakinya, tapi ketika kemudian dia bisa bernafas normal, dia mendengar Noil tertawa.
"Ingatkan aku agar tidak tertidur lagi saat menunggu kereta," kata Noil sambil tertawa.
"Hampir saja," kata Flint, "hampir saja jantungku copot, dan kau malah tertawa."
Bagi Noil dan Flint, ini pertama kalinya mereka naik kereta, mereka menghabiskan berjam-jam duduk di pintu gerbong, mengamati pemandangan di luar kereta yang melintas dengan cepat. Noil dan Flint sama sekali tidak sadar bahwa orang-orang bisa saja melihat mereka. Noil dan Flint juga melanggar petunjuk keselamatan di kereta : 'jangan mengeluarkan anggota badanmu apalagi kepalamu dari pintu'.
Saat sore Noil menutup pintu gerbong, atau lebih tepatnya membanting pintu gerbong hingga tertutup, dan tidur di lantai gerbong yang mulai mendingin.
Flint sendiri dengan kaki belakangnya menendang-nendang dinding, setelah memastikan dindingnya tidak jebol setelah ditendang, dia beralih ke bagian dinding gerbong yang lain.
Setelah Flint menendang semua dinding dia berkata, "Dindingnya aman, kenapa tidak ada yang mau masuk gerbong ini?"
Noil menguap.
"Duduklah Flint, kakimu bisa patah kalau menendangnya terus ... kau tidak mau tidur?"
"Aku tidak bisa tidur, kalau aku sedang penasaran, kenapa dengan gerbongnya?"
Noil menatap Flint dan memutuskan.
"Aku tidak akan menceritakannya."
"Okh ayolah Noil, memangnya apa yang akan dilakukan gerbong ini padaku, memakanku hidup-hidup saat aku tertidur, itu yang dikatakan Nyonya Maya padamu?"
Noil menyeringai.
"Kenapa kau memasang tampang seperti itu," kata Flint dengan kesal, "kau pikir aku akan menangis ketakutan."
"Ya."
"Kau lupa ya, aku bisa berlari secepat kereta api, aku adalah Flint si pemberani, tidak ada lagi yang membuatku takut."
"Apa kau yakin?" tanya Noil.
Flint mengangguk dengan yakin.
"Aku akan sangat tersinggung jika kau tidak menceritakannya padaku."
"Kata nyonya Maya ...,"
Noil berhenti lalu menggaruk hidungnya cukup lama hingga Flint kesal.
"Ya apa yang dikatakan nyonya Maya?" tanya Flint.
Noil berkata, "Nyonya Maya bilang penduduk di desanya sebagian besar adalah pendatang."
"Kita juga pendatang," kata Flint, "tidak ada yang menyeramkan dengan kata pendatang."
"Saat mereka meninggal kebanyakan dari mereka ingin dimakamkan di kampung halamannya."
"Ya," kata Flint, "kalau aku mati, aku juga ingin dikubur ditempat ku dilahirkan."
Noil berkata, "Jadi mereka menyediakan gerbong di ujung kereta ini, untuk mengangkut mereka yang sudah meninggal."
Flint terdiam, mencernanya sebentar lalu menelan ludahnya.
"Di sini?" seru Flint dengan suara bergetar dan badan bergedik.
Noil mengangguk, sesaat setelah Noil mengangguk kereta masuk ke dalam terowongan, hingga gerbong menjadi gelap gulita. Dalam kegelapan mendadak Flint merasakan dinding-dinding gerbong bergerak menghimpitnya, dia melihat puluhan pasang tangan dari orang-orang yang sudah mati muncul dan melayang-layang di udara berusaha meraihnya, lalu suara-suara yang tak terlihat pemiliknya menggema lirih di setiap sudut gerbong.
"Biarkan aku menunggangimu ... biarkan aku menunggangimu ... biarkan aku menunggangimu ...."
Ketika kereta keluar dari terowongan dan cahaya sore kembali masuk ke dalam gerbong, Flint sedang memeluk salah satu kaki Noil.
"Apa kau menangis?" tanya Noil.
Flint menjerit.
"Kenapa kau menceritakannya padaku!"
"Kau sendiri yang memaksaku."
"Lalu kenapa juga kau mau, apa kalau aku memaksamu loncat ke dalam lubang kau akan meloncat juga!"
"Sudah kuduga akan seperti ini," kata Noil.
Flint memekik.
"Kenapa kau tidak bilang kalau akan se-menyeramkan ini, kita harus pergi dari sini, tempat ini tidak aman ada banyak hantu di sini!"
"Tenanglah Flint," kata Noil, "tidak ada yang namanya hantu."
Flint mengerang.
"Tenang katamu! hantu-hantu itu akan mencekik kita saat kita tidur, mereka akan memakan kita hidup-hidup, kenapa kau membawaku ke sini, gerbong ini berbahaya, atap! Kita harus ke atap di sana lebih baik."
Noil harus memegangi Flint erat -erat untuk menghentikannya keluar dan naik ke atas atap kereta.
Bermalam di kereta jadi menyeramkan bagi Flint, dia ketakutan setengah mati, setiap kali gerbong berguncang Flint berdiri dengan siaga, dia tidak bisa tidur, tidak berani memejamkan mata karena ketakutan kalau-kalau hantu gerbong akan datang mencekik dirinya saat dia tidur.
Karena semalam tidak ada yang datang untuk mencekik Flint, saat pagi Flint mulai tenang dan kembali menjadi Flint.
Selama tinggal bersama manusia, Flint belum pernah ke kota, apalagi Noil dia belum pernah tinggal bersama manusia. Ketika kereta sampai di kota, di keesokan harinya Noil dan Flint menempelkan hidung mereka di teralis besi jendela gerbong. Ketika kereta melintasi jembatan rel di tengah kota, Noil dan Flint melihat gedung-gedung pencakar langit, berkilauan di terpa cahaya matahari pagi, kedua binatang kampungan itu berseru:
"Huu..!!"
"Lihat ke atas sana!" kata Flint.
Flint menunjuk salah satu puncak gedung dengan papan raksasa bertuliskan: PEMBANGUNAN DI SEMUA TEMPAT. Di atasnya ada foto pria gendut, pendek berkepala botak dengan wajah bulat serupa labu.
"Apa kau melihat orang gendut itu?"tanya Flint
Noil harus menempelkan hidungnya dibesi jendela untuk bisa melihatnya.
"Dia presiden manusia, persiden Dump" kata Flint.
"Apa kau mengenalnya?" tanya Noil.
Flint menahan tawa dan berkata, "Kami pernah berjabat tangan dan makan siang bersama."
"Kukatakan padamu," kata Noil, " terlalu banyak membual bisa membuatmu terkena penyakit kambing gila."
"Ingat ini baik-baik," kata Flint, "demi keselamatanmu, jika kau bertemu dengan presiden Dump pergi jauh-jauh secepat mungkin, dia manusia paling menakutkan di dunia."
"Dia tidak terlihat menakutkan," kata Noil.
"Itu karena dia sedang tersenyum tunggu sampai kau melihatnya sedang menyeringai licik."
Noil mencoba membayangkannya.
"Masih tidak terlihat menakutkan."
Flint menempelkan hidungnya pada hidung Noil.
"Tunggu sampai dia mencukur habis suraimu, mencabut gigi taringmu, lalu dia akan mengikir semua kukumu hingga lentik!"
"Ok, itu baru menakutkan."
Noil dan Flint baru melepaskan pandangannya dari jendela ketika merasakan kereta mulai melambat. Noil dan Flint harus meloncat keluar sebelum keretanya benar-benar berhenti, atau mereka akan terjebak di dalam kerumunan penumpang lain yang turun dari kereta.
Noil menarik ganggang pintu lalu menariknya lagi lalu menoleh pada Flint.
"Kemarin aku menariknya ke arah ini, seperti ini, tapi sekarang kenapa pintunya tidak bisa dibuka?"
"Kau pasti bercanda!" kata Flint.
"Apa aku terlihat bercanda," kata Noil.
Noil mencoba menarik ganggangnya lagi, dan menggeleng.
Flint berkata, "Berikan ganggangnya padaku!"
Flint mencoba menarik pintu gerbongnya sendiri, tapi pintu gerbong itu tak bergeser sedikitpun, seolah-olah ada seseorang yang menahannya dari luar agar tak bisa dibuka.
"Apa yang kau lakukan pada pintunya, kemarin?" tanya Flint.
"Aku hanya menutupnya," kata Noil dengan wajah ragu.
"Kau menutupnya atau membantingnya!"
Noil tak menjawabnya, dia memang mulai berpikir mungkin saja dia membanting pintunya. Noil mendengar bunyi brak nyaring saat dia menutup pintu gerbong kemarin.
"Kau membantingnya!" kata Flint.
"Kau tidak bilang kalau aku tidak boleh menutupnya keras-keras."
"Apa harus!"
"Ya, ini pertama kalinya aku naik kereta."
Flint berlari ke arah jendela, menempelkan setengah wajahnya di teralis, berusaha melihat ke arah pintu, dia tak bisa melihatnya, tapi dia tahu pintu gerbongnya jelas-jelas terkunci dari luar.
Flint mondar-mandir seperti binatang yang sudah kehilangan akal sehatnya.
"Sudah berakhir, selesai, tamat!" kata Flint, "kita akan berakhir di kotak bodoh ini, dan tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu orang-orang menangkap kita."
"Pasti ada caranya untuk pergi dari sini," kata Noil.
Flint hampir menjerit.
"Tak ada caranya! kita terkurung dan takkan bisa keluar! apa yang kau lakukan?"
Noil sudah berdiri di pinggir dinding, mengambil ancang-ancang, dia berlari dan melompat menerjang pintu gerbong, menghasilkan bunyi dentuman besi yang nyaring. Noil terpental merasakan tulang bahunya ngilu seakan hampir patah.
Noil berdiri lagi, dan Flint melompat menghalangi pintu.
"Kau hanya akan menghancurkan badanmu, jangan gila!" seru Flint.
Noil tidak peduli dengan bahunya.
"Menyingkirlah dari sana," kata Noil, "aku akan mencobanya lagi."
Noil dan Flint mendengar bunyi roda kereta yang berdecit.
"Kita tidak punya banyak waktu lagi," kata Noil, "menyingkirlah dari pintu itu."
"Memang sudah tidak ada waktu lagi," kata Flint, "kalau kau nekat mendobraknya, seisi kereta akan mendengarnya, hanya akan mempercepat kita tertangkap."
Noil memalingkan wajahnya dari pintu, dia tahu Flint berkata benar. Noil merasa kesal karena tak tahu harus melakukan apapun lagi.
Flint mengintip dari jendela, terdengar bunyi peluit dari luar, kereta memasuki lorong stasiun, melambat sebelum akhirnya benar-benar berhenti. Noil dan Flint bisa mendengar bunyi pintu-pintu dari gerbong yang lain terbuka, dan suara ribut dari para penumpang yang turun dari kereta.
Rasa putus asa merasuki Flint, dia memegangi kepalanya dengan kedua kaki depannya dan menempelkan kepalanya ke lantai.
Flint berseru, "Aku akan kembali ke peternakan ... aku akan kembali ke peternakan ... aku akan kembali ke peternakan ...."
"Aku mungkin bisa mematahkannya," kata Noil, menunjuk teralis besi jendela.
Noil lalu mencoba menggigiti besi teralis tapi tak berhasil mematahkannya.
Ketika Noil balik menoleh ke tengah gerbong, Flint sudah berdiri, menunduk menatap lantai, memasang tampang kaku yang aneh.
"Ada apa Flint, jangan melamun menatap lantai, tidak baik."
Noil mengira Flint mengalami shock akibat ketakutan dan frustasi berlebihan sehingga bertingkah aneh, Flint menunjuk lubang di lantai.
"Ada dua lubang disini," seru Flint.
Noil melirik lubang di lantai dan berkata dengan hati-hati, Noil waspada kalau-kalau Flint tiba-tiba mengamuk hanya karena dia salah bicara.
Noil berkata dengan lambat, "Flint lubang itu terlalu kecil untuk kita berdua, hanya semut yang bisa melaluinya."
Flint berkata, "Kalau tak ada gunanya, kenapa mereka membuat lubang di sini?"
"Yeah, lubang itu mungkin untuk saluran pembuangan," kata Noil.
Maksud Noil adalah tempat untuk kencing.
"Gerbong ini untuk orang mati, mana ada orang mati yang perlu tempat kencing," kata Flint, "gunakan cakarmu."
Noil menoleh pada Flint yang berkata dengan kesal.
"Masukkan cakarmu ke dalam lubang, kakiku tidak punya cakar."
"Apa kau yakin?"
"Lakukan saja!"
Noil memasukkan dua cakarnya ke dalam lubang, lalu mendongak menunjukkan campuran wajah tak percaya dan senang pada Flint.
"Kurasa aku bisa mengangkatnya,"seru Noil.
Noil menarik ke atas kedua lubang, dan sebuah pintu kecil berderak kemudian terangkat terbuka. Flint dan Noil saling menatap dan menyeringai bahagia.
Dulu sekali sebelum menjadi gerbong untuk mengantar jenazah, gerbong itu adalah gerbong penumpang biasa, dan beberapa gerbong penumpang memiliki pintu di bagian lantai, untuk keadaan darurat. Masalahnya, besar pintu itu sama seperti ukuran jendela dapur Anggora.
Noil menggeleng kecewa.
"Kurasa aku akan menyangkut," kata Noil.
"Maka aku akan menendangmu dari belakang hingga kau keluar dari lubang itu," kata Flint, "ayo Noil sebelum mereka datang."
Noil memang menyangkut ketika dia masuk lubang, Flint mendorongnya keras-keras, berkali-kali hingga Noil bisa melaluinya. Seorang petugas stasiun sedang membuka pintu gerbong terakhir ketika Flint melompat melewati pintu kecil di lantai menyusul Noil.
Di bawah kereta dalam posisi merayap, Noil dan Flint menunggu hingga keadaan di luar gerbong menjadi sepi.
Di pinggir lorong stasiun, ada papan-papan reklame yang cukup besar untuk bersembunyi, ketika Noil tak lagi melihat kaki-kaki manusia di sekitar gerbong terakhir, Noil merayap keluar dari bawah gerbong dan secepat kilat melompat ke balik papan reklame dan menunggu Flint menyusulnya.
Noil menunggu Flint yang tidak kunjung keluar dari bawah kereta dengan tak sabar dan kemudian menjadi kesal. Noil menoleh ke arah Flint dan memanggilnya dengan suara tertahan.
"Flint, apa yang sedang kau lakukan di sana? bukan waktunya untuk mencari makanan."
Di bawah kereta, Flint mengeram. "Siapa yang mau makan, sepertinya aku …"
Flint mencoba menarik tubuhnya lagi dan memberitahu.
"Sepertinya aku menyangkut."
"Yang benar saja," kata Noil, hampir gila karena tak percaya, "aku saja sebesar ini bisa keluar, kenapa kau malah menyangkut."
Flint mengeluarkan suara seperti tercekik. "Kalau kau tanya aku, aku harus tanya siapa?"
Flint memang menyangkut, setengah badannya sudah di luar tapi sisanya masih di bawah kereta, dia tidak bisa keluar dan tidak ingin kembali masuk ke bawah kereta.
"Aku tak bisa menggerakkan badanku, ke sinilah bantu aku."
Noil sudah keluar dari balik papan reklame, sebentar saja, sebelum akhirnya kembali masuk ke tempat persembunyian, dan menggeleng.
"Aku tidak bisa, banyak orang, mereka bisa melihatku," bisik Noil, "tarik dirimu sendiri."
"Aku tak bisa," kata Flint, merintih, "sepertinya ada yang memegangi kaki belakangku, jangan-jangan hantu."
"Tidak ada hantu di siang bolong," kata Noil, "ayo Flint, tarik nafasmu, hembuskan, tarik nafasmu, hembuskan, lalu dorong dengan kuat."
Flint sudah mencobanya, tapi tak berhasil hanya menghasilkan rasa sakit tergores di punggungnya.
"Kaki belakangmu!" kata Noil, hampir berteriak karena kesal.
"Ada apa dengan kaki belakangku?" kata Flint, tersinggung, "kaki belakangku sudah seperti ini sejak aku dilahirkan!"
"Luruskan kaki belakangmu."
Flint meluruskan kedua kaki belakangnya, membuat tubuh bagian belakangnya menjadi lebih rendah, dan dia merayap keluar.
Ketika Flint berhasil keluar dan berdiri, Noil sudah menghilang bersembunyi. Tapi, Flint tidak memanggil teman singanya itu atau melompat mencarinya.
Flint hanya bisa berdiri kaku, detak jantungnya seolah akan berhenti, dia tidak bisa kemana-mana karena ada tujuh orang sedang berdiri membentuk lingkaran, dan memandanginya.
Flint ketakutan setengah mati.