Pernikahan yang terjadi tiba-tiba antara Alvar CEO muda yang selama ini tak pernah menampakkan dirinya di khalayak umum bahkan orang-orang di kantor saja pun belum ada yang bertemu dengannya secara langsung. Tapi saat kedatangan Alvar untuk menikah dengan manager yang ada di kantornya membuat gempar seisi kantor.
Natala Mika Sherina—seorang manager yang dinikahi oleh CEO tanpa alasan yang jelas. Namun yang pasti diketahui oleh Natala bahwa Alvar menikahinya bukan karena cinta, melainkan karena dendam. Dendam atas kematian sang adik.
***
"Kamu menuduhku yang telah memb*nuh adikmu?"
"Ya. Tidak ada orang lain selain kamu di sana, Natala. Terimalah nasib kamu sekarang."
***
"Siapa dia?"
"Kekasih saya Shylla Qara Adiwana."
***
Apakah Natala akan bertahan dengan pernikahan yang dilatarbelakangi oleh dendam ini? Apa benar Natala adalah orang yang telah membunuh adik Alvar? Dan bagaimana cara Natala untuk tetap bertahan dengan perilaku menyakitkan yang Alvar berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PurpleLinaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 08: Selamat datang di neraka, Natala
Alvar bangun setelah alarm kecil di atas nakas mengeluarkan suara. Laki-laki dengan kemeja biru muda duduk di atas kasur. Mengumpulkan semua kesadaran yang hilang sejak dia menutup mata tadi malam.
Dengan tubuh yang lemas, Alvar masuk ke kamar mandi. Membersihkan diri dan memakai pakaian yang baru lagi. Alvar keluar dengan handuk putih untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
Ting
Dia melirik ke arah ponsel, layar ponselnya menunjukkan pesan dari seseorang yang istimewa. Alvar membaca pesan itu dan berhasil membuat wajah tampannya di hiasi senyum pagi ini.
Alvar menuju lemari mengeluarkan pakaian terbaik untuk hari ini. Dia mengenakan kaos putih polos dan luarnya di lapisi oleh kemeja abu-abu. Celana hitam dan jam tangan silver menambah kesempurnaan Alvar pagi ini.
Alvar menyisir rambutnya, membiarkan dahinya ditutupi rambut dengan menyisakan sedikit celah di tengahnya. Alvar menyemprotkan parfum, dia sudah siap untuk pergi dari rumah ini.
Alvar keluar kamar. Dia langsung mendengus kesal begitu melihat perawakan Natala berdiri tak jauh dari kamarnya. Gadis itu membelakangi Alvar, entah apa yang dia lakukan.
Alvar tak peduli, dia berjalan melewati Natala begitu saja. Tanpa mengeluarkan satu kata Alvar pergi dari rumah kembali meninggalkan Natala untuk kesekian kali.
"Kapan mau ketemu?" tanya Arsen di seberang sana saat Natala menempelkan ponselnya ke telinga.
"Satu jam lagi. Bisa?"
"Buat lo apa yang nggak bisa, Nat? Gue selalu bisa."
Pembicaraan mereka berakhir seperti itu dan dilanjut dengan pertemuan secara langsung di sebuah kafe.
Natala sejak tadi memainkan pandangannya. Dia membawa iris hitamnya bermain ke sana kemari. Kadang menunduk, kadang menoleh ke kanan dan ke kiri kentara sekali menghindari iris cokelat Arsen.
Lelaki berkaos cokelat muda menatap gadis di depannya penuh ketulusan. Meski tatapan dan perasaannya tak dibalas, Arsen tidak akan pernah berbohong bahwa dia masih terjebak pada Natala. Lelaki itu sudah jatuh, tak tahu kapan bisa bangkit kembali.
"Kenapa, Nat?" Arsen menggerakkan tangannya, menyentuh punggung tangan Natala menghentikan pergerakan mata gadis itu.
Natala menatap manik cokelat Arsen. Tatapan itu begitu teduh. Bagaikan payung, tatapan itu seperti tempat pulang ternyaman tapi sayangnya Natala tak berhak untuk berlama-lama menatap iris cokelat Arsen. Dia bukan siapa-siapa di hidup Arsen.
"Lo bahagia, Nat? Apa lo terluka? Gue harap doa terbaik gue untuk lo terkabul semua," ucap Arsen, menurunkan tangannya dari punggung tangan Natala. Dia tidak ingin membuat Natala risih.
"Ar, lo pernah bilang sama gue kalau hidup ini pakai sistem tabur tuai, kan? Gimana kalau apa yang gue lakuin di masa lalu, gue dapat karmanya sekarang?" tanya Natala.
"Lo harus siap. Apapun yang terjadi lo harus bertanggung jawab atas kesalahan lo. Kadang, Nat karma itu nggak bisa diprediksi kapan menghampiri tapi mau itu cepat atau lambat pasti setiap manusia bakal dapat. Karma lo sekarang, baik atau buruk?"
"Buruk," jawab Natala jelas.
"Seburuk apa?"
"Dia mau buat hidup gue kayak di neraka, Ar. Gue takut tapi ini dosa gue."
"Wait, ini lo lagi bahas apa sih? Pak Alvar?" tebak Arsen.
Natala menceritakan semua yang terjadi padanya kemarin malam. Semua bentakan dan makian Alvar, Natala ceritakan dengan jelas. Natala tidak bisa mencegah air mata untuk tidak turun saat dia bercerita. Sampai-sampai dia harus dipeluk Arsen setelah selesai bercerita.
"Tenang, Nat...." Arsen mengelus punggung Natala berusaha memberikan gadis itu ketenangan. Bahunya begitu bergetar, Arsen tahu ketakutan Natala sangat besar.
"Nat, lo memang salah dan lo nggak bisa menghindar dari karma lo," ujar Arsen.
"Tapi bukan gue, Ar. Gue nggak bisa ngelakuin hal sejahat itu," balas Natala di tengah tangisnya.
"Iya, gue percaya sama lo." Arsen melepaskan pelukannya, dia berjongkok di depan Natala yang masih mengeluarkan air mata.
"Nat, lo nggak bisa lari dari karma lo, tapi kalau dia bertindak yang berlebihan lapor ke gue. Gue bakal jagain lo."
Kalimat Arsen menjadi penutup pertemuan Natala dengan lelaki itu hari ini. Saat Natala pulang ke rumah, masuk ke rumah besar milik Alvar, Natala dikagetkan dengan kehadiran seorang perempuan asing di hadapannya.
Perempuan itu tampak lebih muda darinya. Rambut perempuan itu kecokelatan dan dia menggunakan softlens berwarna abu-abu, serta dress abu-abu berpadu dengan warna putih.
Gadis itu melambaikan tangan pada Natala. "Halo, salam kenal."
Gadis asing itu bangkit, dia berjalan mendekati Natala. Wajahnya mungil, dia putih bersih, cantik. Bahkan lebih cantik dari Natala sendiri. Mungkin itu karena faktor dia lebih muda.
"Kamu sudah pulang? Saya kira kamu akan berlama-lama bersama Arsen." Alvar keluar dari dapur dia membawa satu gelas berisi jus.
"Buat kamu." Alvar memberikan jus itu pada gadis asing di rumahnya.
"Siapa dia?" tanya Natala menoleh ke Alvar.
"Kekasih saya Shylla Qara Adiwana."
Bak disambar petir di siang bolong, seluruh tubuh Natala melemas. Dia menatap gadis cantik di depannya. Tidak ada bayangan baik di kepala Natala saat mengetahui siapa gadis itu dan apa hubungannya dengan suaminya sekarang.
Mata Natala memanas, rasanya perih. Tenggorokannya sakit, ingin sekali Natala menampar sekarang juga gadis di depannya ini tapi Alvar akan menampar Natala dua kali lipat setelah itu. Pipinya sudah cukup sakit dengan tamparan Alvar kemarin.
"Nama Kakak Natala, ya?" Shylla bertanya dengan nada lembutnya tapi sayang, Natala tidak suka mendengarnya.
"Aku Shylla, salam kenal ya, Kak." Shylla mengulurkan tangannya ingin berkenalan dengan Natala tapi Natala tidak membalas.
"Jadilah orang baik sekali saja dalam hidup kamu, Natala," gertak Alvar membuat Natala membalas jabatan tangan Shylla—kekasih Alvar.
"Shylla akan tinggal di sini—"
"Bapak gila?"
"Sampai kapanpun dia mau," sela Alvar langsung menghentikan potongan Natala.
Alvar mencium kening Shylla tepat di depan mata Natala. "Saya sangat mencintai Shylla. Shylla lebih muda satu tahun dibanding kamu dan saya sudah berpacaran dengannya hampir lima tahun. Jadi, berlaku baiklah pada Nyonya Darmendhra yang sesungguhnya," jelas Alvar.
"Bisa kamu masuk ke kamar sebentar, Babe? Ada yang mau aku omongin sama perempuan ini."
"Oke." Shylla melenggang pergi dari sana dengan senang hati.
Alvar menunggu sampai pintu kamarnya tertutup, barulah dia menyampaikan apa yang akan dia sampaikan pada Natala sejak lama.
"Baiklah, karena kamu sudah tahu semuanya saya rasa kamu harus tahu tugas kamu sekarang."
"Pertama. Saya sudah memecat ART rumah ini jadi kamu yang akan menggantikan tugasnya—"
"Gila?!"
"Untuk membersihkan rumah, memasak dan semua tugas selayaknya pembantu pada umumnya." Alvar kembali menegaskan selaannya agar Natala berhenti memotong ucapannya.
"Kamu harus berlaku baik pada Shylla. Tidak boleh marah padanya bahkan jika Shylla melakukan kesalahan secara sadar. Jika Shylla mengadu yang buruk tentang kamu, saya akan memberi kamu hukuman yang tidak pernah kamu bayangkan."
"Kedua, kamu harus bersama Shylla saat saya tidak ada di rumah. Ke manapun kekasih saya itu ingin pergi temani dia, lindungi dia dan jaga dia. Jangan sampai perempuan kesayangan saya itu terluka barang sedikit saja."
"Ketiga, kamu berhenti dari pekerjaan kamu—"
"Bapak beneran gila?!"
"Kamu—"
"Saya nggak setuju! Maksud Bapak apa memberhentikan saya dari pekerjaan saya? Apa Bapak tahu seberapa besar usaha saya sampai ada di titik ini?"
"Ya. Saya tahu. Kamu membunuh adik saya, maka dari itu kamu ada di titik ini sekarang," jawab Alvar.
"Pak—"
"Jangan mengeluh lagi Natala. Nikmati semua hasil dari perbuatan kamu."
Plakk
Alvar kembali memberi tamparan pada Natala.
"Selamat datang di neraka, Natala."