Married Via Audition

SURAT KONTRAK

Arky yang saat ini menatap ke luar jendela tanpa bergerak sedikitpun seusai dia memberikan lembaran kertas kepada Irie.

“Kau boleh pergi.” Ucapannya dengan suara dingin.

Tak banyak bicara, Irie langsung pergi namun ekspresi wajahnya tak luput dari kebingungan. Apakah orang kaya selalu seperti itu? Ya! Itulah jawabannya.

Mendengar suara pintu tertutup, Arky menebak kalau wanita tadi sudah pergi. Dia terus memandangi ke arah luar, dimana itu nampak hening. Sedangkan Irie yang masih menggenggam secarik kertas tadi, dia melipatnya dan menaruhnya ke dalam saku celana agar nyonya Jolie tidak melihatnya.

Dan benar saja. Irie berpapasan dengan Jolie yang masih membawa nampan yang seharusnya dia berikan kepada Alina. Rupanya gadis itu menolak makan malamnya karena rasa kesalnya kepada sang ayah masih membekas.

“Alina tidak mau makan?” tanya Irie.

“Dia menolaknya berkali-kali.” Jawab Jolie.

“Begitu ya.”

“Jangan cemas, dia memang seperti itu. Besok juga pasti dia sarapan lebih awal.” Tebak sang nenek yang sudah tahu watak cucunya tak jauh beda dengan Arky.

Jolie juga merasa senang karena Arky mau menerima makan malam yang Irie berikan, namun dia tidak tahu kalau putranya itu memberikan sebuah kertas kontrak kepada Irie.

Ketika mereka kembali ke kamar masing-masing. Irie langsung membaca surat tersebut dengan duduk di atas ranjang. Tanpa jeda dia membaca dengan detail isi surat tersebut yang merupakan sebuah surat kontrak dengan banyak rintangan dan sedikit peraturan.

Seperti— Rintangan : Menjadi seorang ibu yang baik.

Merubah sikap Alina dalam satu Minggu, jika gagal maka harus membersihkan halaman belakang sendirian.

Tanggung jawab Alina ada pada ibu sambung. Jika Alina melakukan kesalahan ataupun terjadi sesuatu kepadanya, maka ibu sambungnya akan mendapat hukuman.

Tidak perlu menjadi seorang istri yang baik, karena aku Arky tidak membutuhkan itu.

Jika ibu kandung Alina kembali, maka ibu sambung harus pergi meninggalkan rumah dan aku, Arky Vernandez akan menceraikannya.

Irie terdiam sejenak setelah membacanya. Semua yang tertulis di surat kontrak tersebut dialah yang akan bertanggung jawab atas semuanya. Irie bahkan tidak tahu hukuman apa yang Arky nanti berikan selain membersihkan halaman?

Sedangkan merubah sikap Alina dalam satu Minggu sangatlah sulit. Apalagi gadis itu terlihat sangat tidak menyukainya. Irie sangat menyukai tantangan, tapi semua itu akan dalam pernikahan. Apalagi di surat mengatakan bahwa dia harus pergi jika Saffron kembali.

Bukankah dia sudah meninggal?

Tidak ingin ambil pusing, Irie akhirnya memutuskan untuk berbaring saja, berharap besok dia mendapatkan jawaban yang tepat. Apakah harus tetap menikah atau pergi.

...***...

Keesokan harinya. Jolie mempersiapkan acara pernikahan yang memang di gelar di Mansion Vernandez. Melihat kericuhan di lantai satu, tentu saja Alina yang hendak pergi ke kampus pun malas melihat acara tersebut.

“Kau mau pergi kuliah? Nenek sudah bilang, hari ini pernikahan ayahmu.” Ucap Jolie ketika melihat sang cucu hendak pergi keluar.

“Nenek, aku banyak tugas, aku tidak bisa menghadiri acara pernikahannya. Jikapun aku bisa, aku tidak mau menghadirinya.” Ujar Alina terus terang. Jolie menatapnya dengan sedih, sementara Alina yang melihat neneknya terdiam, dia mulai memegang kedua pundak sang nenek seraya tersenyum kecil.

“Nenek tahukan, aku tidak peduli dengan pernikahan ini. Bagiku, ibuku masih hidup, dia akan kembali dan aku tidak peduli jika pria itu menikah lagi.” Jelas Alina.

“Tapi— ”

“Tidak ada tapi-tapian Nenek. Aku berangkat dulu, dah!!” gadis itu langsung pergi begitu saja. Kali ini Alina di jemput oleh temannya karena Arky tak mau lagi membelikan sebuah mobil baru untuk putrinya jika ujung-ujungnya akan di berikan cuma-cuma ke temannya.

Jolie melihat Alina adalah gadis yang ceria, hanya saja dia terlalu naif untuk mempelajari semua kenyataan yang menimpanya.

Setelah kepergian Alina, selang beberapa menit kemudian, Arky juga baru saja turun dengan pakaian yang rapi seperti biasa.

“Ibu, aku berangkat dulu.” Pamit pria itu seraya membenarkan arlojinya sejenak.

“Tapi sekarang hari pernikahan mu, kenapa kau malah pergi ke kantor?” ucap Jolie.

“Aku hanya sebentar saja. pekerjaan masih banyak.” Balas Arky yang sama dengan Alina. Sangat sulit memiliki dua kulkas yang terbuat dari bata.

Sebenarnya pria itu juga tidak ingin menikah, namun dia juga masih menunggu jawaban dari Irie sebelum hari menjelang sore, karena pernikahan akan diadakan di sore hari.

Pria itu langsung bergegas pergi meninggalkan Jolie sendirian bersama Puput yang juga menatap sedih nyonya-nya. Wanita gemuk itu cukup tahu bagaimana kewalahan nya Jolie saat harus berhadapan langsung dengan anak dan cucunya, terkadang wanita tua itu juga makan sendirian di meja makan.

.

.

.

Karena kebutuhan yang masih harus dibeli untuk pernikahan. Jolie mengajak Irie pergi ke mall dan juga pasar, sesekali mereka juga menghabiskan waktu bersama.

Berulangkali Jolie juga meminta maaf akan ketidak hadiran Alina dan Arky di rumah disaat dia dan yang lainnya ikut bersiap. Namun Irie tidak mempermasalahkan itu, dia mulai gelisah dan bingung harus mengatakannya bagaimana kepada nyonya Jolie.

Semalaman Irie rupanya tidak bisa tidur karena kepikiran surat kontrak yang Arky berikan untuknya. Dan hari ini dia harus segera memutuskannya sebelum semuanya terlambat.

“Nyonya Jolie... Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu yang penting kepadamu.” Ucap Irie yang kini dia duduk berhadapan dengan wanita tua tepatnya di sebuah cafe terbuka yang ada di pinggir jalan.

“Katakanlah!” balas Jolie dengan senyuman.

“Maaf— sepertinya aku...” Deg! Irie terkejut ketika melihat dua orang yang sangat dia kenal berjalan berdua saling bergandengan tangan, lebih tepatnya merangkul lengan.

Irie terpaku melihat Ken dan Jillian sedang tersenyum lebar seolah mereka tidak melakukan kesalahan. Melihat Jolie yang tiba-tiba terdiam, membuat dia penasaran dengan apa yang wanita muda itu lihat.

Jolie melihat dua orang berbeda gender yang kini juga sama menatap ke arah Irie dengan senyuman sombongnya.

“Oh, rupanya kau ada di sini!” ejek Jillian tersenyum miring ketika melihat Irie masih duduk diam.

Ken juga memperhatikan mantan kekasihnya itu dengan senyuman mengejek.

“Kau mengenalnya Irie?” tanya Jolie yang menyadarkan kembali lamunan Irie.

“Tentu saja dia mengenal kami. Aku ibu angkatnya! Memang kau siapa?” tanpa malu, Jillian langsung menyambar seperti petir, Jolie sendiri sangat tidak menyukai sikapnya.

Dia juga baru tahu kalau wanita yang bersama seorang pria muda itu adalah ibu angkat Irie. Sementara Irie masih diam saja, dia tidak tahu harus mengatakan apa? Melihat ibu dan Ken membuatnya kembali merasakan kekecewaan dan pengkhianatan yang kedua orang itu lakukan kepadanya.

“Jadi kau ibunya— ”

“Ya! Dan siapa kamu? Kenapa kamu bersama Irie?” tanya Jillian tak sabaran.

Jolie tersenyum ramah. “Namaku Jolie Vernandez dan kebetulan sekali kita bertemu. Bisakah kalian datang ke pernikahan putraku dan Irie?!”

“APA / APA??” ucap bersamaan Ken dan Jillian yang terkejut dengan mata terbelalak. Bagaimana bisa dalam sekejap Irie mendapatkan seorang pria, bahkan menikah.

Apalagi yang membuat Jillian terkejut adalah, nama marga yang sangat-sangat dia kenal dan ketahui. Namun wanita paruh baya itu mencoba berfikir positif dan mungkin saja marga tersebut bukanlah marga seorang konglomerat yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan. Apalagi sosok CEO Vernandez Corp.

Jillian menggeleng cepat lalu tersenyum miring. “Yang benar saja. Wanita seperti mu akan menikah?” ejek Jillian. Sementara Ken terdiam saat mengetahui Irie akan menikah.

“Apa maksud mu nyonya?” tanya Jolie sangat tak suka dengan ucapan Jillian.

“Tidak ada. Hanya heran, karena... Setelah ditinggal kekasih, kau langsung menikah? Aku harap suamimu bukanlah tempat untuk pelampiasan saja!” sindir Jillian lagi.

Tak bisa berbuat apa-apa disaat Jolie sudah mengetahui kebenarannya. Irie tetap diam karena bukan waktunya untuk berdebat dengan ibunya.

“Ayo, kita pergi saja.” Ajak Ken sembari menarik Jillian dari sana.

“Jangan lupa bayar hutang nya.” Gertak Jillian ke arah Irie sebelum mereka melangkah pergi.