Cinta Di Ujung Nestapa

Pulang dari pusat perbelanjaan Freya nampak lebih banyak diam , Freya duduk sendirian di ruang tv dengan melamun .

Dirga yang baru saja selesai membersihkan diri segera menghampirinya.

" Frey, Kakak perhatikan sejak kepulangan kita dari pusat perbelanjaan kau lebih banyak diam ada apa?" apa karena Arka?" tanya Dirga.

" Entahlah Kak, tapi ada sesuatu yang mengusik hati dan pikiranku Kak" ucap Freya

" Apa itu karena kedua wanita yang bersamanya? Kakak juga merasa ada yang aneh dengan mereka juga sikap Arka ia seolah panik bertemu dengan kita dan rasanya wanita yang disampingnya itu seperti wajah Mamahnya bukan Tantenya, apa mungkin mereka mirip ? Secara mereka bersaudara?" Dirga dengan begitu banyak pertanyaan dalam benaknya.

" Jadi Kak Dirga pernah bertemu keluarganya ? terutama Mamahnya?"

Dirga hanya mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Freya.

" Aku harus bicara dengan Arka, aku ingin tahu yang sebenarnya apa yang ia sembunyikan sebenarnya" ucap Freya

" Kenapa kau tak coba untuk menghubunginya saja ?"

" Sudah Kak, tapi tidak aktip"

" Begitu rupanya, baiklah kita masih punya banyak waktu disini, Kakak akan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi besok kita coba ke kantornya sekalian. Memberikan laporan tentang hasil panen kita kepadanya " tukas Dirga.

" Iya Kak Dirga benar"

" Ya sudah , sana kau mandi sudah larut malam tidak baik mandi terlalu malam , nanti bisa masuk angin"

" Iya , iya bawel amat sih "

" Yehh di kasih tahu malah ngambek"

" Biarin....weeee"

" Dasar "

Freya segera beranjak dengan sedikit berlari menjauh dari Dirga .

Sementara itu Arka di buat gelisah usai pertemuannya dengan Dirga dan Freya ia menatap layar ponselnya yang baru saja ia aktifkan sengaja sedari tadi ia mematikan ponselnya karena tak ingin terganggu dengan Freya yang pasti akan menghubunginya meminta penjelasan.

Dan benar saja begitu ponsel menyala banyak pesan maupun panggilan dari Freya.

Arka mengacak rambutnya sendiri saking kesal dan cemas.

Ia tak ingin sampai ada kesalahan pahaman antara dirinya dan Freya nantinya akibat pertemuan mereka tadi.

Arka memutar otak mencari cara bagaimana mencari alasan agar Freya tak mencurigainya.

Dalam situasi kebingungannya Lastri masuk ke kamar Arka bersamamu Wiratama.

" Arka, Mamah ingin bicara padamu!"

" Mamah , mau apa lagi sih Mah? tak bisakah Mamah biarkan Arka sendiri dulu?, Arka capek Mah"

" Arka jaga bicaramu dengan Mamahmu " timpah Wiratama.

" Arka , Mamah hanya ingin tahu apa gadis yang kita temui tadi adalah gadis yang bernama Freya adalah gadis yang kau cintai itu?" tanya Lastri menatap wajah Arka dengan tatapan tegas.

" Iya, dia gadis yang aku cintai"

" Arka, Mamah mohon jangan kau temui lagi gadis itu Mamah tidak mau jika sampai Raina tahu dan curiga dengan gadis itu, kita sudah berjalan sejauh ini jangan sampai semuanya kacau karena ulahmu "

" Mah, Mamah jangan terus menerus memaksaku harus melakukan ini dan itu aku tahu apa yang harus aku lakukan, semuanya akan tetap seperti yang kalian inginkan aku dan Freya sudah berakhir " ucap Arka

" Apa kau yakin dengan yang baru saja kau katakan Arka? Kau tidak sedang membohongi kami kan? tanya Wiratama.

"Terserah kalian mau percaya atau tidak aku tidak peduli"

" Baiklah kami mempercayaimu Arka, dan kami harap kau tidak membuat kami kecewa dengan kebohonganmu"

" Arka ,lelah Mah , Pah kumohon kalian keluar dari kamarku jika sudah tak ada lagi yang ingin kalian katakan "

Lastri dan Wiratama keluar dari kamar Arka dengan perasaan tenang, dan yakin jika Arka sudah melupakan Freya .

" Maafkan aku Frey" lirih Arka.

🍁🍁🍁🍁🍁

Keesokan harinya Freya dan Dirga pergi ke kantor Arka untuk memberikan laporan tentang hasil panen dan juga tentang kerjasama mereka.

" Permisi Nona, kami ingin bertemu dengan Tuan Arka" ucap Freya pada resepsionis kantor Arka.

" Maaf Nona, apa sebelumnya anda sudah membuat janji terlebih dahulu?" jawab sang resepsionis.

" Belum, kami sudah mencoba menghubunginya namun tidak aktip" ucap Freya.

" Maaf Nona, kami tidak bisa membantumu Tuan Arka memiliki jadwal yang sangat padat jadi anda harus membuat janji terlebih dahulu untuk bisa menemuinya " ucap resepsionis kembali.

" Katakan saja jika Freya dan Dirga ingin bertemu pada Tuan Arka, dia pasti akan mau menemui kami" ucap Dirga membuat sang resepsionis sedikit ketakutan namun juga terpesona pada sosoknya yang tampan dan juga gagah .

" Kak Dirga"

" Biarkan saja, cepat beritahu dia" kembali Dirga memberikan perintah pada resepsionis itu dan menarik Freya untuk menunggu di kantin .

Sang resepsionis segera memberi tahu kan tentang Dirga dan Freya yang sedang menunggu di kantin pada asisten pribadi Arka yang juga segera memberi tahu Arka.

Arka yang tengah sibuk dengan pekerjaannya di buat terkejut dengan kabar itu.

" David, kau temui Dirga dan Freya perlakuan mereka dengan baik, dan bilang aku sedang ada perjalanan ke luar kota, jangan sampai mereka bertemu dengan siapapun dan satu hal lagi, jangan biarkan mereka tahu jika aku sudah bertunangan dan akan menikah"

" Baik Tuan"

David segera pergi untuk bertemu Dirga dan Freya .

Arka meremas tangannya sendiri ada penyesalan di balik keputusannya untuk tidak menerima Freya yang ingin bertemu dengannya.

Ia tak ingin jika Freya sampai mencurigainya ia belum siap untuk bertemu atau menatap wajah Freya.

Terlalu berat untuk ia melakukan hal itu ia takut ia akan kehilangan Freya nantinya jika gadis itu tahu rencananya.

Dirga dan Freya di sambut ramah David dan menjamu keduanya dengan penuh keramah tamahan.

" Maaf sebelumnya Tuan dan Nona Raharja, Tuan Arka mendadak harus melakukan perjalanan bisnis pagi ini , jadi beliau tidak bisa menemui kalian , tapi beliau meminta saya untuk menjamu kalian berdua" ucap David.

" Oh begitu rupanya, tidak apa-apa Tuan David, kami kesini hanya ingin memastikan tentang kerjasama kita dan memberikan laporan ini" ucap Dirga dengan memberikan laporannya.

" Baiklah, biar saya terima dan memeriksanya"

Dirga dan Freya mengangguk, David memeriksa berkas laporan di tangannya ketiganya duduk di ruangan kantor milik Arka sementara Arka bersembunyi di kamar pribadinya.

Freya melihat sekeliling ruangan itu dengan penuh kekaguman tentang gaya dan arsitektur ruangan yang didesain minimalis

" Semuanya, sangat sesuai dan juga bagus kita bisa memperpanjang kerja sama ini Tuan Dirga"

" Baiklah, kami senang mendengarnya "

" Keuntungannya akan kami kirim ke rekening anda Tuan Dirga"

" Baiklah, terimakasih Tuan ...

" David, panggil saja saya dengan nama saya tidak perlu dengan embel-embel Tuan"

" Baiklah David, terimakasih dan sampaikan salam kami pada Tuanmu "

" Baik Tuan, Nona , sampai berjumpa kembali lain waktu"

David dan Dirga juga Freya saling berjabat tangan sebagai tanda perkenalan sekaligus salam perpisahan.