Pria, 30 tahun. keturunan gelap dari pewaris utama klan, terpaksa menikah untuk memangkas opini keluarga tentang kehidupannya dan demi kesepakatan-kesepakatan lainnya demi menjaga kehormatan klan.
"Bagian mana dari tubuhku yang membuatmu tak pernah berselera untuk menyentuhnya," protes Dorrota sambil menanggalkan seluruh pakaiannya.
"Aku bukannya tak berselera, tapi..."
"Jadi benar kabar yang kudengar, kamu memiliki wanita lain. Ah, bukan! tapi Pria lain!"
"Aku tidak peduli apapun yang kamu pikirkan, kesepakatan tetaplah kesepakatan. Ingat batasanmu!" ucap tegas Math Male meninggalkan Dorrota yang terisak dalam kemarahan dan kekecewaannya.
mampukah Dorrota mengambil hati Math Male?
ataukah Math Male akan menemukan hati yang lainnya?
.......
Hallo reader, karya ini hanya berdasarkan imajinasi author sepenuhnya. jika ada kesamaan nama tokoh, latar atau kejadian, hanya merupakan kebetulan yang tidak disengaja.
selamat membaca,
Salam, author Yoshua,
Semoga Semua Bebahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 18
Miltus berkuda sekencang mungkin, menuju istana tempat tinggal Usstica. Rasa marah begitu besar menembus semua akal sehatnya.
"Baru saja pamit sebentar, kenapa ada kabar yang tak pernah kuinginkan sebelumnya. Bagaimana dia bisa tenang saja dijodohkan dengan pria kejam dan bodoh dari klan Zuba?" monolog Miltus dalam perjalanan.
"Tuan Miltus!! Hentikan apa yang ingin anda lakukan! Percayalah kita tidak akan bisa menembus dinding istana itu!" Bernaz, tangan kanan Miltus mengejar dan berusaha membuatnya sadar.
"Jangan mengajariku, Bernaz! Ada banyak hal-hal yang harus aku selesaikan! siapkan saja pasukan di luar benteng, Susun strategi untuk memporak-porandakan istana sombong itu!" ujar Miltus semakin kencang memacu kuda tunggangannya.
Bernaz menarik kekang, membuat kudanya berhenti, lalu menghela napas, "Ah,,, tuan Miltus nekad sekali."
"Jangan heran Bernaz, dia sedang patah hati, laki-laki jika patah hati, akan memacu kudanya sekencang mungkin."
"Ah...benar juga. Sebaiknya kita siapkan keinginannya."
Bernaz kembali ke camp, bersama rekan-rekannya, mengatur strategi pengepungan istana dan menyiapkan semua senjata.
"Bernaz, aku tahu kita berhutang Budi banyak hal pada tuan Miltus, tapi jika kita maju perang melawan klan besar itu, kita sama saja hanya datang untuk menyerahkan nyawa dengan cuma-cuma." seru salah satu pengikut Miltus.
"Aku juga berpikir begitu. Lalu perang ini hanya akan menguntungkan satu pihak saja." sahut yang lain.
"Kalian ini para pria kenapa jadi lemah? Kalian tidak ingat kah, bagaimana tuan Miltus membela kita mati-matian saat kita masih diperbudak klan Zuba?" yang lainnya lagi menyahut.
"Benar, kita kali ini bukan menyerang klan Male sebenarnya, tapi membalas dendam pada klan Zuba, jika situasi memungkinkan, kita bisa mengambil keuntungan dari klan Male," terang Bernaz.
"Apa maksudmu Bernaz, katakan dengan benar." sahut salah satu pengikut Miltus.
"Kita datang seolah membuat keributan secara diam-diam dengan panah beracun yang kita miliki. Sasaran utama kita adalah klan Zuba. Melihat bagaimana kemampuan kita, klan Male akan berterimakasih pada kita, lalu akan memberikan kita kesempatan untuk memiliki sedikit daerah tanpa gangguan dari klan manapun. Bagimana?"
"Aku tidak yakin kita masuk dengan aman."
"Aku mendengar keterangan situasi dari para pembantaian utusan klan Zuba, ada celah wilayah utara yang bisa kita masuki dengan mudah, kita juga memiliki senjata mereka." Bernas si kepala pasukan berusaha meyakinkan semua bawahannya.
"Jadi kita tak harus berpencar kah?"
"Tidak, kita berkumpul dan bergerak dari satu titik saja. Kemampuan utama kita adalah membidik dengan panah beracun. Lalu kita akan muncul saat klan Male membutuhkan penawar racun."
Strategi dan siasat telah tersusun. Bernaz memimpin pasukan Miltus, menuju istana sisi Utara. Namun sepertinya semua tak semudah yang mereka pikirkan. Pasukan dari beberapa klan tampak bersiap di tempat persembunyian masing-masing, saling menodongkan senjata dengan waspada, menunggu perintah perang dari pemimpin mereka.
.
.
.
Sementara itu di aula persidangan umum, suasana tegang semakin menjadi, saat Xillas Codi membawa separuh dari pasukannya memasuki istana, berhasil menembus pertahanan pintu gerbang.
Redrik dan Zurick pun sudah menyiapkan pasukan menghadang pasukan Xillas Codi tepat di halaman depan istana. Sebagian lagi berjaga di dalam aula.
"Kenapa jadi kacau seperti ini," gumam Math.
"Kakak, jangan melakukan apapun. Kamu bisa terbunuh." Usstica memegang erat lengan Math dengan tatapan sendu penuh permohonan.
"Benar apa yang adikmu katakan Math. Biarkan ayahmu melakukan tugasnya kali ini, percayalah ayahmu akan bisa mengatasi hal sulit yang dibuatnya ini." Kallida pun melakukan hal yang sama.
Math menghela napas, tak mungkin ia melawan keinginan ibu tirinya. Di saat itulah dari kejauhan, math melihat sekelebat tubuh Dorrota yang berjalan di lobi sambil celingak-celinguk seakan mencari seseorang.
"Aku harus ke kamar mandi sebentar." Math melepaskan lengannya dari Usstica, lalu melipir perlahan diantara ketegangan yang terjadi.
Math berusaha mencari Dorrota, entah apa yang direncanakannya. Dan tepat sesuai dugaannya, ia bertemu dengan Dorrota di lobi yang tak jauh dari kamar pribadi Math.
"Math?! Kamu kah itu?" Dorrota tak menyangka bertemu Math dengan bebas di sana.
Tanpa banyak bicara, Math membuka pintu kamarnya, lalu menarik lengan Dorrota dan membawanya masuk ke ruangan pribadinya itu.
"Math! apa yang..." tentu saja Dorrota sangat kaget dengan apa yang dilakukan Math.
"Ada yang harus kita lakukan sebelumnya." Math menutup semua jendela dan tirai dengan cepat, menguncinya rapat-rapat.
Dorrota tersipu dan keseluruhan wajahnya memerah, "Kamu tak sabaran, atau kamu takut kita terpisahkan karena perang?" ucap Dorrota sambil memainkan ujung kain dari potongan pita yang menempel indah di gaunnya.
"Hmm, tak ada kesempatan lagi, semua harus kita lakukan dengan cepat." Math menarik sebuah kursi, lalu duduk di dekat Dorrota. "Duduklah, kita mulai sekarang." Math menunjuk ujung ranjangnya, memberi isyarat agar Dorrota duduk disana.
"Baiklah. aku siap melakukannya." entah apa yang dipikirkan Dorrota, ia menarik tali pengikat gaunnya, dan membuat gaun terluarnya sedikit melorot, memperlihatkan bagian dada seksinya terlihat jelas oleh mata Math.
"Apa yang kamu lakukan?!" Ucap Math sedikit menarik diri dari Dorrota.
"Hah? Aku hanya membantumu, bukankah para pria biasanya akan kesulitan membuka gaun perempuan? kamu bilang tak ada waktu lagi, jadi aku hanya berusaha membantu," begitu polos Dorrota memberikan penjelasan.
"Apa yang kamu pikirkan?!" Math menatap heran pada Dorrota. "Kita harus membicarakan bagaimana caranya mencegah perang ini."
"Hah?! Apa maksudmu?"
"Kita sebaiknya menikah, lalu suruh ayahmu membantu mengusir pasukan klan Zuba dari istana ini. Aku bosan melihat darah tercecer sia-sia dimana-mana. Tapi ada hal yang harus kamu tahu setelah kamu menjadi ibu klan utama."
Dorrota merasa malu akan kesalahpahaman ya sendiri, "Aku pikir kamu tak sabar menginginkanku. Tapi aku memang datang ke sini untuk menikahimu, tapi kesepakatan apa yang kamu inginkan bersamaku?"
"Kamu akan menjadi ibu utama, tapi jangan memintaku untuk menyentuhmu." sahut tegas Math.
"Apa maksudmu, lalu bagaimana aku akan bisa menjadi ibu jika aku tidak mendapatkan hatimu?"
"Ada hal lain yang masih ingin aku pastikan. Jika suatu saat nanti aku bisa menerimamu, itu artinya aku sudah berhasil mencari apa yang aku inginkan."
"Tapi...aku tahu kamu setiap malam selalu bermain-main dengan wanita, lalu kenapa denganku kamu menolaknya?"
...****************...
To be continue....
Lucu yaak tetiba pen jadi istri Math, pdhl kadarnya mereka masih satu turunan dari Mattew. Usstica itu kan dinikahi yaa kna dia dalam keadaan berbadan dua... tapi bkn anak Math, tapi anaknya Miltus.
tak sabar nunggu Mesh yang dinikahi Math terus hamil. Mesh jadi permaisuri utama kan?
bisa kna prank semua kaum hawa di klan Male.
Kallida melakukan cara kotor itu kna pelampiasan semua perasaan kecewanya pada Tedd yang tak pernah bisa mencintai nya dan Usstica just alat bwt Kallida.
Mesh perempuan berbeda Miltus...
jngn terlalu merasa tak enakan, krna kiss bwt Mesh tak seberapa.
berkaitan Math, Usstica, Dorrota, Miltus, Mesh yg notabenenya orang biasa tapi malah yang berkesan bwt Math.
padahal lagi di hotel itu Mesh yang kek judes gituu yaa, alasan minta bayaran itu tak sepenuhnya dia butuhkan kna yg terpenting dia juga menyukai dan menikmati naninuannn sama Math.
Salah Math apa knpa Kesalahan Tedd harus Math yang nanggung?
Terus juga klo tak salah sblom menikah Tedd kan udah ngomong jujur klo dia mencintai Hellena, udah punya anak juga dan Hellena juga minta Tedd menjadikannya istri satu-satunya. aku rasa impas. knp Kallida jadi picik? apa kna kekuasaan?.
catat, Cinta itu tak bisa di paksakan. Tedd mungkinnn tak bisa mencintaimu Kall, tapi sebagai pria Tedd menepati janjinya.
jadi penembakan itu udah direncanakan Tedd? sama kek budirr tapi pake tangan orang lain yaak?
Mungkin Tedd pen nebus kesalahan kna pembantaian yang dilakukan mattew kna dia menikah sama Hellena itu, Tedd lebih terhormat klo yg menembak nya kaka iparnya.
yaa semoga pengorbanan Tedd ada hikmahnya, bwt Math dan dendam dua klan berakhir.