Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konser
Terdengar lantunan musik yang meriah, Gala begitu bersemangat kala ia menginjakkan kakinya di konser band favoritnya.
"WUUUHHUUUU, LET'S GO!!!" Teriak Gala.
Hamzah dan Bara sama-sama bersemangat, mereka berjingkrak-jingkrak mengikuti alunan lagu yang menggema. Gala benar-benar lupa akan kesedihannya, Bara seakan menemukan suasana baru yang sudah lama tak ia rasakan setelah menjadi pemimpin di perusahaan miliknya.
*
*
Alea dan kedua temannya tengah membereskan alat tulisnya, tak lama kemudian seorang laki-laki datang bersama seorang perempuan yang tengah bergelayut manja di lengannya. Alea memutar bola matanya malas, dari arah samping juga terlihat seorang laki-laki terengah-engah sambil menetralkan nafasnya karena berlari.
"Ajat, loe kenapa? Ngapain lari sih? Udah kek orang bengek tahu enggak." Heran Alea.
"Gue tadi di kejar anjing mang Toha, abang gue gak bisa nganterin kesini makanya lari. Tadinya sih biasa aja larinya, gak tau kenapa ada anjing yang ngejar dari belakang makanya larinya jadi lebih kenceng." Jawab Ajat sambil mengatur nafasnya.
"Kita disini mau kerja kelompok, bukan mau liat orang pacaran." Sindir Leona.
"Emangnya kenapa? Sirik ya? Lagian kalo mau ngerjain tugas ya tinggal ngerjain aja, takut ada yang panas ya?" Ucap Jena tidak terima.
"Awas aja kalo loe bikin masalah, gue gak segan-segan jambak rambut loe sampe rontok." Ancam Mutiara. Dia paling tidak suka juka ada Jena datang bersama Bagas, tang pastinya ia selalu berbuat ulah dan membuat Alea marah.
"Dia gak bakal ngapa-ngapain kok, tenang aja." Ucap Bagas. Tatapannya tertuju pada Alea yang sedari tadi diam, ada rasa yang tidak bisa ia jelaskan kala menatap Alea. Tetapi, ia tahan semuanya karena ada Jena yang selalu ada di sampingnya.
Tampak Alea dan juga kedua temannya mengeluarkan alat tulisnya yang sudah di bereskan tadi, Ajat duduk berdekatan dengan Alea, hal itu justru mengundang tatapan tidak suka dari Bagas. Sebelum berpacaran dengan Jena, Alea selalu mengejar Bagas bahkan ia rela bangun pagi membuat berbagai makanan untuk Bagas, dia bahkan rela kehujanan demi memenuhi permintaan Bagas untuk merawatnya yang saat itu tengah sakit. Bodoh memang, Alea sekarang sadar akan semua yang telah dia lakukan untuk Bagas berakhir sia-sia dan lebih memilih untuk berhenti.
Jena seakan tak mau melepaskan Bagas, dia selalu memegang lengan Bagas dan sesekali memainkan rambut Bagas yang sudah agak memanjang. Leona dan juga Mutiara nampak terganggu konsentrasinya karena Jena terus krasak-krusuk, mereka mengerucutkan bibirnya kesal.
"Lu bisa diem gak sih? Bukannya lu juga punya tug as yang sama dari bu Sari? Kenapa kerjaan loe ngintilin si Baga0s mulu perasaan, kedatangan loe bikin otak gue yang encer jadi beku tahu gak loe!" Gerutu Leona.
"Bagas, mending loe bawa pergi nih bocah satu. Daripada nanti ganggu ternak warga, mending sekarang loe anterin balik." Ucap Mutiara.
"Woyy! Loe semua ngusir gue? Gue gak mau ya, nanti pacar gue di ganggu tuh sama temen loe yang berantakan itu." Sewot Jena.
Alea yang merasa tersindir pun menatap tajam Jena, ia yang sedari tadi diam pun tersulut emosi kala mendengar ucapan Jena.
"Gue dari tadi diem ya @ny1n9, ngapain loe pake sindir-sindiran segala? ada maupun gak ada loe, gue gak sudi deketan sama musang." Ucap Alea emosi.
"Udah Alea, jangan di tanggepin orang kayak dia mah." Ucap Ajat.
"JENA! BISA DIEM GAK SIH?!" Bentak Bagas.
Jena terdiam mendengar bentakan dari Bagas, baru pertama kalinya ia di bentak oleh Bagas. Alea dan yang lainnya juga ikut terdiam mendengar suara Bagas, terlihat mata Jena sudah berkaca-kaca dan bersiap untuk menumpahkan tangisnya.
"Loe tadi ngerengek dan ikut kemanapun gue pergi, loe juga udah janji gak bakal bikin keributan selama gue ngerjain tugas. Sekarang? Loe bukan cuman bikin gue risih, loe juga buat keributan sampai yang lainnya ke ganggu." Bagas begitu muak dengan sikap Jena, sekarang ia benar-bensr meluapkannya di hadapan Alea dan juga teman-temannya.
"Kamu bentak aku?" Lirih Jena.
Bagas menatap kedua manik Jena yang sudah berkaca-kaca, ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Alea berpindah posisi sedikit menjauh dari Bagas dan juga Jena, dia menarik tangan Ajat untuk ikut dengannya.
*
*
Tepat pukul delapan malam, Bara dan yang lainnya kembali ke rumah Hamzah dengan penampilan yang cukup berantakan. Mereka asyik berjingkrak-jingkrak sampai tidak sadar pakaian yang mereka kenakan basah, meskipun begitu mereka sangatlah puas.
Drrttt.. Drrttt..
Hamzah mengeluarkan benda pipih dari saku celananya, dia membaca satu pesan yang masuk kedalam hpnya. Keningnya mengkerut melihat pesan dari Alea.
[Abang, masih lama gak pulangnya? Alea mau peluk abang, nanti peluk adek yang lama ya bang.]
Bara dan Gala menatap Hamzah yang tengah mencoba menghubungi adiknya, raut wajahnya menyiratkan kekhawatiran dan mereka bingung penyebabnya apa.
"Zah, kenapa?" Tanya Bara.
"Kita harus balik sekarang, kayaknya Alea sedang dalam masalah." Ucap Hamzah tetap dengan wajah khawatirnya.
Bara langsung mengajak Hamzah masuk kedalam mobilnya, ia duduk di kursi kemudi menggantikan Hamzah. Dilihatnya Hamzah masih mencoba menghubungi Alea, tetapi tak ada satupun panggilan yang di jawab olehnya.
Tingg..
[Alea, lagi di jalan bang. Kita ketemu di rumah aja, adek pulang dianterin Leona.]
Hamzah pun menghela nafasnya lega setelah membaca pesan masuk dari adiknya, Bara sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Alea. Tetapi, ia tahan dan akan mencari tahunya setelah sampai di rumah. Sejak pertama kali melihat Alea, Bara merasakan ada getaran yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya jika menatap lawan jenisnya, kepribadian Alea juga yang membuatnya semakin tertarik lebih dalam pada adik sahabatnya itu.
Beberapa menit kemudian.
Bara memarkirkan mobilnya tepat di halaman rumah Hamzah, Hamzah langsung keluar dari dalam mobilnya dan berlari menuju pintu rumahnya. Saat pintu di buka, terlihat Alea yang tengah duduk menatap kosong ke depan.
"Dek." Panggil Hamzah.
Alea memalingkan wajahnya menatap kearah sumber suara, ia lantas berdiri dari duduknya kemudian menghamburkan tubuhnya ke pelukan Hamzah. Alea menumpahkan tangisnya di pundak sang kakak, Hamzah mengusap surai Alea dengan lembut untuk menenangkan adiknya itu.
"Hiks, mereka jahat bang." Tangis Alea pecah.
"Siapa yang jahat sama adek? Bilang sama abang dek, biar abang yang hajar orangnya!." Tanya Hamzah dengan lembut dan penuh penekanan.
Alea menceritakan semua kejadian di rumah Leona kepada Hamzah, saat Alea menjaga jarak dari Bagas dan Jena, bukannya Jena diam. Jena malah semakin menyudutkan Alea dengan mengungkit hal sensitif yang membuat Alea marah, dia menghina mendiang ibunya. Tak terima mendiang ibunya di bawa-bawa, Alea menampar wajah Jena yang mengakibatkan Bagas tersulut emosi, pipi Alea di tampar balik oleh Bagas sampai meninggalkan bekas kemerahan di pipinya.
Tangan Hamzah terkepal dengan kuat sampai urat tangannya terlihat, rahangnya pun mengeras serta ia mengertakkan giginya geram mendengar cerita Alea. Perlahan isakan Alea sudah tak terdengar lagi, Hamzah sedikit mengendurkan pelukannya memeriksa adiknya yang ternyata sudah tertidur.
Bara dan Gala menyaksikan interaksi adik kakak tersebut, tak sedikit mereka juga mendengarkan cerita Alea yang mana membuat keduanya ikut geram. Hamzah menggendong tubuh Alea memindahkannya ke atas kasurnya, tak lupa ia juga menyelimuti tubuh Alea.