NovelToon NovelToon
Andai

Andai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mamah Mput

Andai .... kata yang sering kali diucapkan di saat semua sudah berlalu. Di saat hal yang kita ingin gapain tersandung kenyataan dan takdir yang tidak bisa terelakan. Kadang aku berpikir andai saja waktu itu ibuku tidak meninggal, apakah aku masih bisa bersamanya? ataukah justru jika ibuku hidup kala itu aku bahkan tidak akan pernah dekat dengannya.

Ahhh ... mau bagaimana lagi, aku hanyalah sebuah wayang dari sang dalang maha kuasa. Mengikuti alur cerita tanpa tau akhirnya akan seperti apa.

Kini, aku hanya harus menikmati apa yang tertinggal dari masa-masa yang indah itu. Bukan berarti hari ini tidak indah, hanya saja hari akan terasa lebih cerah jika awan mendung itu sedikit saja pergi dari langitku yang tidak luas ini. Tapi setidaknya awan itu kadang melindungiku dari teriknya matahari yang mungkin saja membuatku terbakar. Hahaha lucu sekali. Aku bahkan kadang mencaci tapi selalu bersyukur atas apa yang aku caci dan aku sesali.

Hai, aku Ara. Mau tau kisahku seperti apa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamah Mput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak terkendali

Di sinilah kami berada. Aku pikir sangat buang-buang waktu dan tenaga hanya demi makan malam harus menghabiskan waktu yang sangat lama.

"Ara, jangan duduk di situ. Duduk di samping Alan saja," titah Mama saat kau hendak duduk di samping Bryan. Mama dan papa duduk di kursi ujung ke ujung.

Tidak lama kemudian pelayan datang membawa buku menu. Kamu membuka, membaca lalu memilih makanan apa yang hendak kami makan.

"Ara, kamu tahu gak malam ini malam apa?"

Aku melirik Bryan dan juga Alan secar bergantian. Mereka hanya tersenyum. kecuali Alan.

"Kita jauh-jauh ke sini bukan tanpa alasan. Kamu ingin memperkenalkan seseorang sama kamu."

"Siapa, Pah?" tanyaku penasaran.

"Nanti kamu akan tahu sendiri."

"Kenapa gak dijawab aja sih? Ara penasaran jadinya. Kak, kakak tahu siapa yang akan datang?" Alan menggelengkan kepala.

"Abang?"

"Ekhemm."

"Malah batuk. Siapa sih yang mau datang, Mah?"

"Calon kakak ipar kamu."

"Kakak ipar? Siapa? Pacar Abang? Atau jangan-jangan pacaran kakak?" tanyaku tidak suka pada Alan.

"Ngarang aja," ketusnya.

"Kalau bukan kakak, berarti Abang?"

Bryan tersenyum. Jika dilihat lebih teliti, dia memang terlihat sangat rapi dibandingkan dengan papa dan Alan.

Lega nya. Aku pikir Alan yang akan memperkenalkan kekasihnya.

Drrtttttt. ponselku bergetar.

[Kenapa? Kamu takut aku yang punya acara malam ini?]

Aku menginjak kaki Alan cukup keras sebagai balasan dari chat yang dia kirimkan.

Dia menutup hidungnya dengan jari telunjuk, menyembunyikan senyum gelinya atas tingkahku.

"Nah, itu dia datang." ujar Bryan. Kamu semua menoleh ke arah belakang tempat dudukku dan Alan.

"Woaaaah, cantiknya." Aku bahkan reflek mengatakan hal itu karena dia memang begitu cantik. Aku sebagai perempuan saja terpesona, apalagi Bryan.

"Malem, om, Tante. Maaf saya terlambat."

"Gak apa-apa, kok. Kami baru saja sampai."

Dia tersenyum pada Bryan, lalu duduk di samping nya. selain cantik, wanita itu begitu elegan.

"Cantik banget ya pacarnya Abang," bisikku pada Alan.

"Masih cantikan kamu," bisiknya. Aku memukul tangan Alan. Karena perhatian teralihkan oleh kedatangan kekasihnya Bryan, sikapku dan Alan tidak ada yang menyorot.

"Kamu pasti Ara kan? kenalkan, saya Suzy."

"Namanya hampir mirip ya sama mama. Bener udah takdir kayaknya," ujarku. mereka tertawa.

"Bryan banyak cerita tentang kamu, dan ternyata benar apa yang Bryan ceritakan, kamu sangat lucu dan menggemaskan."

"Hahaha. Syukurlah kalau Abang cerita yang bagus-bagus."

Makanan yang kami pesan pun datang. Suzy yang baru datang pun mendapatkan makanannya. Rupanya Bryan sudah memesan.

Jika di rumah kami akan makan malam dengan seru bercerita tentang hari ini dan apapun yang kami lewati, tidak jika sedang dinner di luar. Tidak ada pembicaraan apalagi tertawa haha hihi. Itu etika kata mama.

Pembicaraan akan dilakukan disela kedatangan makanan lain. Jika makanan kedua sudah datang, maka kami akan kembali fokus dan tidak bicara.

Rangkaian makan malam pun usai, di sini lah kami bisa bicara bebas tentang hal apapun.

"Ma, Ara mau ke belakang. Tempatnya di mana?" tanyaku dengan suara yang rendah.

"Alan, antar adik kamu nyari toilet."

Alan langsung berdiri, beranjak dari kursi dan berjalan begitu saja. Aku segera berlari kecil mengikuti langkah kakinya.

"Loh, kenapa malah keluar dari restoran sih?"

Meski merasa heran, aku tetap mengikutinya hingga kami sampai di sebuah taman kecil yang terletak di antara gedung-gedung. Suasananya sangat sepi dengan penerangan yang tidak terlalu terang. Ada air mancur di tengahnya.

Ada tiga bangku taman yang tersedia. Kami duduk di salah satunya. Setelah beberapa menit kami saling diam, Alan membuka pembicaraan.

"Ada apa? Kamu takut aku yang membawa perempuan lain malam ini?" tanyanya terkekeh.

Plak! Aku memukul lengannya.

"Nggak lah. Mana mungkin."

"Tapi kata papa waktu itu kakak hanya pura-pura ingin menikahi Ara."

"Kalau kamu siap, aku akan memperkenalkan kamu malam ini pada mereka sebagai kekasihku."

"Ngaco aja."

"Bukan aku, tapi kamu."

Aku menoleh, kamu saling bertatapan cukup lama.

"Kamu ragu bukan?"

Ku alihkan pandangan lurus ke depan.

"Aku tidak pernah ragu sedikitpun. Bahkan jika papa marah dan tidak setuju, aku tidak peduli. Toh kenyataannya kamu memang bukan bagian dari keluarga ini. Tapi aku tidak ingin membuat kamu dalam situasi yang sulit. Aku tidak akan membiarkan kamu dalam posisi memilih."

"Lalu?"

"Kita jalani saja. Entah ke mana tujuannya, kita tetap berjalan dengan hubungan dan perasaan kita. Takdir akan membawa kita ke mana, kita lihat saja nanti. Intinya, jika kamu tidak ingin mengatakan hal ini pada mama dan papa, aku pun akan diam."

"Hubungan tanpa tujuan."

"Tidak, tujuanku hanya satu. Memiliki kamu."

"Memiliki dalam bentuk seperti apa, Kak? Jelas-jelas hubungan kita tidak akan berhasil."

"Aku tidak ingin kamu memilih antara hubungan kita atau orang tua kita, aku takut pada akhirnya akan kehilangan dirimu. Biarkan saja seperti ini."

"Lagian masa depan Ara masih panjang bukan? Ara masih harus menyelesaikan sekolah dan kuliah."

"Kamu benar. Sambil berharap suatu saat papa akan berubah pikirannya."

"Gimana mau berubah, papa bahkan tidak tahu tentang perasaan kita."

"Nanti juga papa pasti akan mendesak aku untuk segera menikah, tentu saja aku menolak dan akan mengatakan jika aku mencintai kamu."

"Kalau papa kecewa?"

"Pasti. Tapi jika kita ingin tahu akhir kisah kita seperti apa, mau tidak mau kita harus jujur bukan? Tapi tidak untuk saat ini. Kita tunggu waktu yang pas."

Aku mengangguk pada apa yang alan ucapkan.

Angin malam mulai menerpa secara intens dan menusuk. Aku meraih tangan Alan, lalu menyandarkan kepala di bahunya.

Tangan kami saling menggenggam erat satu sama lain, seolah enggan berpisah.

"Tinggal bersama, tapi aku begitu merindukanmu."

"Sama. Ara juga kangen sama kakak. Memangnya kakak gak bisa ya sedikit lebih manis sama Ara jika di rumah? Biarin aja toh di rumah kita adalah kakak beradik. Sama kayak Ara dan Abang."

"Tetap saja mereka akan curiga. Sikap manis seorang kakak pada adiknya, dan sikap manis pria pada wanita, tetap akan berbeda Ara."

"Iya, tapi kan--"

Belum selesai aku mengucapkan kalimat, Alan menutup mulutku dengan bibirnya.

"Aku sangat merindukanmu," desahnya setelah mencium bibirku sekilas. Kening kami masih saling menempel satu sama lain, sementara tangan Alan meremas punggungku.

"Kakak, ayo kita kembali. Jika terlalu lama berada di luar, mama dan papa akan curiga."

"Sebentar lagi, oke."

Alan kembali menarik tengkuk ku, lalu melumat habis bibirku sampai aku kesulitan bernafas.

"Cukup, Kak." aku mendorong tubuh Alan karena dia sudah hampir tidak terkendali. Kami saling diam sambil mengatur nafas masing-masing.

Setelah merasa tenang, Alan merapikan rambutku yang dia jambak tadi. Kami pun lekas kembali ke dalam.

1
Sahriani Nasution
wuih cool
Mamah Mput: iya dia cool banget, suami aku sebenarnya dia tuh 🤧😂😂
total 1 replies
mly
plot twist nya alan Sma ara suami istri wokwok
Mamah Mput: mau kondangan gak? hahaha
total 1 replies
nowitsrain
Ini visualnya Alan?
Mamah Mput: iya kak itu Alan.
total 1 replies
nowitsrain
Ayuhhh, yang dikerjain guru baru 🤣
nowitsrain
Yah, usil banget bocah
Timio
belum apa apa udah nyakitin aja kalimatnya tor 😭
Mary_maki
Bagus banget ceritanya, aku udah nggak sabar nunggu bab selanjutnya!
Mamah Mput: terimakasih kak. tiap hari aku up ya 💜💜
total 1 replies
y0urdr3amb0y
Suka banget sama ceritanya, harap cepat update <3
Mamah Mput: terimakasih 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!