Perjalanan Xiao Chen dan Ling Ye, dua pendekar naga yang akan menjelajahi dunia untuk menumpaskan semua Iblis dan membela kemanusiaan.
inilah kisah suka dan duka 2 pendekar naga yang akan menjadi Legenda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Ide Picik
Dengan gerakan cekatan yang sama presisinya saat menebas musuh, Xiao Chen menggesekkan dua ranting kayu kering. Gesekan cepat itu menghasilkan percikan api kecil yang langsung melahap tumpukan ranting halus, menghasilkan bara yang sempurna dalam hitungan detik.
Ia dan Ling Ye, yang kini sudah terkulai santai dengan mata setengah mengantuk—efek samping dari kekenyangan bakpao—mulai menyiapkan hasil buruan mereka. Potongan-potongan daging Makhluk Spiritual tingkat rendah itu, yang sudah teriris sempurna, ditusuk pada bambu yang diruncingkan dengan hati-hati.
Daging spiritual yang tadinya putih bersih itu kini perlahan berubah menjadi kecokelatan keemasan saat terpanggang di atas bara. Uap panas mengepul, membawa aroma gurih yang eksotis, jauh berbeda dari daging hewan biasa, seolah-olah aroma energi Qi ikut terpanggang di sana.
"Xiao Chen," ujar Ling Ye, masih sempat mengipasi potongan dagingnya dengan daun talas besar. "Rasanya pasti akan hambar kalau tidak pakai bumbu. Bagaimana kalau kau mencari rempah-rempah penyedap di Desa Qingfeng? Biar sensasi daging spiritual ini makin terasa maksimal."
Saran Ling Ye langsung disambut antusias oleh Xiao Chen. Ini adalah kesempatan bagus untuk memuaskan lidahnya.
"Benar juga! Rasa daging spiritual harus diimbangi dengan bumbu kelas satu! Kalau begitu aku pergi sebentar!" Xiao Chen membalikkan badan, dan dalam sekejap, ia sudah berlari secepat kilat menuju desa. Antusiasme untuk mencicipi hidangan mewah itu membakar semangatnya, membuatnya melupakan rasa lelah setelah menggendong Ling Ye.
Sesampainya di Desa Qingfeng, hawa ramai pasar langsung menyergap. Aroma padat yang terdiri dari campuran rempah-rempah pedas, bau tanah basah setelah disiram air, dan asap dapur yang mengepul, menjadi simfoni penciuman yang memabukkan.
Xiao Chen berjalan cepat menuju pusat keramaian, namun langkahnya tiba-tiba terhenti drastis.
Ia merogoh kantong pakaiannya, hanya menemukan kekosongan dan kain usang. Wajahnya langsung meringis kecewa, seolah baru saja dipukul oleh kenyataan pahit.
"Oh, iya! Aku kan tidak punya uang! Ayah mengancam tidak akan memberiku uang saku!" gumamnya lirih, sambil menggaruk-garuk kepalanya yang memang tidak gatal. Matanya mulai berputar liar, mencari solusi paling tidak etis namun paling cepat.
Tiba-tiba, pandangannya terkunci pada Toko Rempah-Rempah Paman Long yang sedang sangat padat pengunjung—sebuah target yang sempurna. Sebuah ide gila namun brilian, menurut standar Xiao Chen, langsung terukir di otaknya. Ia menyeringai licik.
"Hahaha! Aku punya ide ekstrem!"
Xiao Chen kemudian mengubah langkahnya menjadi gerakan mengendap-endap yang sangat terlatih, layaknya seorang ninja pencuri profesional. Ia memanfaatkan kepadatan pasar sebagai kamuflase alami, menyelinap dari balik gerobak penjual sayur hingga ke tumpukan karung goni yang menjulang tinggi. Setiap gerakannya senyap, penuh perhitungan, dan hati-hati, sebuah keterampilan yang ironisnya seharusnya ia gunakan saat berlatih pedang.
Ketika ia berhasil mencapai etalase rempah-rempah yang ia incar, senyum kepuasan terukir jelas.
"Hihi! Dapat juga kau," bisiknya penuh kemenangan. Ia menyambar satu bungkus besar berisi lima macam rempah pilihan yang mengeluarkan aroma tajam. Ia berbalik, siap untuk melarikan diri tanpa jejak.
Namun, ia tidak bisa bergerak.
Sebuah cengkeraman baja yang kuat dan tanpa ampun mendarat di pergelangan tangannya.
Rasa panik yang dingin langsung menghantam dada Xiao Chen. Ia perlahan berbalik. Di sana, ia melihat sesosok pria bertubuh kekar dengan otot lengan yang menonjol bagai batu—Paman Long, pemilik toko—sedang menatapnya dengan tatapan tajam menghakimi dan tanpa ekspresi.
"P-paman Long... I-ini tidak seperti yang Paman pikirkan," kata Xiao Chen tergagap, keringat dingin langsung membasahi pelipisnya. "A-aku hanya ingin... membersihkan debu yang menempel di bumbu-bumbu rempah ini, Paman. Lihat, kotor sekali."
Paman Long mendengus keras, suara napasnya penuh kecurigaan. Ia sama sekali tidak termakan oleh alasan konyol itu.
"Xiao Chen! Xiao Chen! Sudah kubilang berulang kali, jangan sesekali mengambil barang-barangku tanpa izin!" Suara Paman Long sedikit menggelegar, menunjukkan kejengkelan yang sudah mencapai batas toleransi.
"Sebagai hukumanmu, kau harus membantu Paman mencuci piring-piring kotor di belakang toko! Cepat, anak bengal Li Yuan!"
Sebagai anak yang paling anti terhadap kerja fisik, Xiao Chen menelan ludah. Ia mulai melirik ke segala arah, mencari celah atau jalan keluar untuk meloloskan diri.
"M-mencuci piring, ya? Hehe, i-itu hukuman yang terlalu mudah, Paman. Apakah Paman Long tidak punya hukuman yang lebih berat untukku?" ujar Xiao Chen, mencoba memancing Paman Long. Ini adalah bagian dari strategi gila-nya yang spekulatif.
Paman Long, yang merasa diremehkan dan tertantang, langsung tersenyum penuh arti dan licik. "Mudah, katamu? Berani juga kau, Xiao Chen! Kalau begitu, kau harus membantu toko Paman selama dua hari penuh, tanpa digaji! Bagaimana?"
Senyum kemenangan Paman Long terpampang jelas, ia merasa telah menjebak anak nakal ini.
"I-itu ide bagus sekali, Paman. Kalau begitu... Tolong kendurkan genggaman tangan Paman dulu. Aku akan segera masuk dan memulai hukuman berat ini," pinta Xiao Chen dengan nada memelas yang sangat meyakinkan.
Paman Long, yang merasa sudah berhasil menjebak bocah ini dan lengah, mengendurkan cengkeramannya dan melepaskan tangan Xiao Chen.
Tepat saat tangannya terbebas, senyum licik dan nakal yang sebenarnya muncul di wajah Xiao Chen.
"Kena kau!"
Xiao Chen langsung berbalik secepat kilat dan melarikan diri sambil menjinjing rempah-rempah curiannya. "Hukumannya untuk Paman saja! Hahaha!"
Ia mengejek Paman Long sambil tertawa terbahak-bahak dan memasang wajah konyol yang menyebalkan saat berlari menjauh.
Paman Long yang tertipu mentah-mentah hanya bisa mematung karena keterkejutan. Detik berikutnya, amarahnya meledak.
"Xiao Chen! Dasar Bocah Menyebalkan! Anak Kurang Ajar!" Teriakannya begitu nyaring hingga setiap orang di sekitar pasar mendengarnya.
Para warga desa hanya bisa menggelengkan kepala getir sambil tertawa kecil. "Sudahlah, Paman. Namanya juga Xiao Chen, dia memang kreatif dalam kenakalan. Biarkan saja. Lagi pula, Ayahnya, Li Yuan, nanti pasti akan datang dan melunasi harga rempah-rempah itu," hibur seorang warga.
"Kau benar," balas Paman Long sambil menghela napas berat. "Tapi tetap saja. Anak itu terlalu bandel sebagai putra Li Yuan. Mereka benar-benar terbalik seratus delapan puluh derajat sifatnya."
makanya pembaca langsun hiatus