Sebatas Istri Bayangan
"DOKTER !!" pekik Dion dengan napas ngos-ngosan akibat berlari kencang tanpa mempedulikan apapun di sekitarnya dari arah parkiran mobil dan kini kakinya telah menginjak ruang IGD salah satu rumah sakit di kota Bandung.
Dirinya begitu syok mendengar penjelasan dari pihak kepolisian yang menghubunginya melalui ponsel pribadi istrinya. Yang mengabarkan bahwa Berliana baru saja mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit yang tak jauh dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung.
"Di mana istri saya yang bernama Berliana Cahaya Mahendra dan bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Dion dengan perasaan cemas dan tatapan yang tajam pada dokter serta suster jaga.
"Silahkan ikut kami, Pak." Perawat yang langsung paham, secara to the point membawa Dion menuju ruang penanganan Berliana.
Sedangkan di belakang Dion, Arjuna dan Bening yang diikuti ajudan mereka juga sudah masuk ke IGD. Dan akhirnya mereka semua mengikuti langkah Dion dari arah belakang.
Walaupun mereka menuju rumah sakit menggunakan mobil dan tempat berangkat yang berbeda. Arjuna dan Bening berangkat dari kediaman Berliana ke rumah sakit. Sedangkan Dion dari arah kampus karena dirinya sedang ada rapat penting bersama Rektor.
Hari ini adalah hari ulang tahun Berliana dan Binar yang ke dua puluh empat tahun. Semua anggota keluarga tengah berkumpul di kediaman Berliana dan Dion yang ada di kota Bandung untuk merayakannya. Hanya Brahma, anak ketiga Arjuna dan Bening yang tak ikut ke Bandung. Sebab sedang menghadapi ujian akhir kelulusan di Akpol, Semarang.
Derap langkah sol sepatu menggema di lorong rumah sakit yang tak begitu ramai. Langkah kaki Dion sempat berhenti saat melihat dari jarak cukup dekat hanya beberapa meter saja, ia sudah bisa melihat dengan jelas Binar, adik iparnya, tengah duduk di depan sebuah ruangan sambil terisak.
Deg...
Hatinya mendadak cemas tak karuan. Yang ia tahu sebelumnya, Berliana berpamitan padanya via telepon untuk menjemput Binar di Bandara Husein Sastranegara. Awalnya, ia menyarankan pada Berliana agar Binar naik taksi online saja dari bandara ke rumah mereka. Tetapi Berliana mengatakan padanya ingin pergi ke salon untuk melakukan perawatan wajah dan kuku yang telah ia sepakati bersama Binar. Alhasil Dion pun dengan terpaksa mengiyakan permintaan Berliana.
Tapi kini, ia melihat tubuh adik iparnya baik-baik saja dan tak ada luka.
Apa yang terjadi sebenarnya?
"Bin," panggil Dion lirih pada adik iparnya yang tengah menunduk dan terisak.
Sontak Binar yang mendengar seseorang memanggilnya, langsung mendongak. Ia melihat wajah cemas kakak iparnya. Lantas ia langsung berdiri dengan wajah sembabnya.
"Kak," jawab Binar lirih membalas sapaan Dion.
"Apa yang terjadi dengan Berliana? Bagaimana bisa kecelakaan?" tanya Dion dengan suara yang sudah naik beberapa oktaf. Tatapan sengitnya mengarah pada Binar. Dan seakan-akan menganggap bahwa Binar adalah tersangka penyebab kecelakaan istrinya.
"I_tu tadi Kak Berli_" ucapan Binar seketika terpotong saat ruangan di belakang punggung Dion terbuka secara kasar.
"Keluarga Nyonya Berliana," panggil dokter. Seketika Dion langsung berbalik badan dan menghadap sang dokter.
"Iya, Dok. Saya suaminya. Bagaimana kondisi istri saya?" tanya Dion dengan kecemasan yang luar biasa dan tak bisa digambarkan.
"Kami orang tuanya di sini Dok," ucap Arjuna dengan lantang saat dirinya dan Bening tiba di dekat ruangan Berliana juga.
Binar yang tak bisa menahan kesedihan, langsung menghambur dalam pelukan ibunya.
"Ma, Kak Berli. Hiks...hiks..." tangis Binar pun pecah dalam pelukan Bening.
"Sabar sayang, kakakmu pasti baik-baik saja." Bening berusaha menguatkan Binar. Padahal hatinya sendiri tengah cemas tak karuan. Hati ibu mana di dunia ini yang tak sedih melihat putri sulungnya mengalami kecelakaan.
Dahulu saat masih bayi beberapa bulan, Berliana pernah terjatuh dari ranjang dan menangis. Walaupun tak ada luka dalam, hanya sedikit memar setelah diperiksa oleh dokter, Bening terus menangis selama beberapa hari karena ia merasa teledor dan tak becus mengurus buah hatinya.
Dikarenakan ia terlupa memasang pembatas ranjangnya saat buru-buru ingin pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil dan tak sempat menyuruh pembantunya untuk menjaga si kembar di kamar.
☘️☘️
Kini Arjuna, Bening, Binar dan Dion sudah berada di dalam ruangan penanganan Berliana. Ada dua orang dokter dan dua suster yang juga berjaga di dalamnya.
Sebelumnya, dokter menyarankan pada mereka berempat agar memanfaatkan waktu yang ada bersama Berliana. Luka yang dialami istri Dion terlampau parah dan seakan napasnya berada di ujung. Semua orang di dalamnya sudah merasakan akan hal ini sejak memasuki ruangan tersebut. Namun hati berusaha menampik kemungkinan terburuk dan tetap berdoa untuk keselamatan Berliana.
"Mashh..." panggil Berliana pada suaminya dengan nada yang sangat berat dan napas yang seakan tercekat di kerongkongan saat melihat suaminya sudah berada di dekatnya.
Wajah cantiknya kini menjadi pucat pasi dengan selang infus menghiasinya serta tubuh penuh luka dan darah. Walaupun sebagian ada yang sudah mengering.
"Ya, sayang. Aku di sini," cicit Dion dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia menggenggam erat tangan kanan istrinya dari dekat.
"Bin," panggil Berliana lirih pada saudari kembarnya yang sudah menyandang gelar dokter.
"Iya, Kak. Huhu... kakak harus sembuh dan cepat pulih. Bukankah hari ini kita janji merayakan ulang tahun bersama di rumah kakak," ucap Binar lirih dengan linangan air mata yang tak dapat dibendungnya. Ia pun menggenggam erat tangan kiri Berliana.
"Aku mohon kalian berdua menikahlah." Berliana menyatukan tangan Dion dengan tangan Binar dan kini sudah berada di tengah perutnya.
"Mas, a_ku mo_hon. Menikah_lah dengan Binar, adikku. Demi anak-anak kita. Mereka masih membutuhkan kasih sayang seorang i_bu," ucap Berliana dengan nada terbata-bata dan air mata yang setia menetes membasahi pipinya.
Deg...
Jantungnya seakan dihantam batu saat mendengar permintaan istrinya yang baginya sangat konyol.
"Enggak sayang! Kamu pasti bisa sembuh. Aku mohon, kamu harus semangat demi aku, Devina dan Disya. Kami masih butuh kamu," ucap Dion dengan air mata yang sudah menetes.
"Aku akan pergi dengan tenang kalau Mas mengabulkan permintaanku yang terakhir itu. Aku mo_hon Mas. Sa_kit..." cicit Berliana dengan napas semakin tak karuan seraya menahan nyeri di tubuhnya.
Arjuna dan Bening berdiri tak jauh dari brankar Berliana sekaligus mendengarkan permintaan putri sulungnya itu. Bening tak kuasa melihat kondisi Berliana. Ia terus memeluk suaminya dan menangis pilu. Arjuna berusaha tegar di depan sang istri sambil mengucapkan kalimat positif secara lirih untuk menguatkan Bening.
Walaupun sesungguhnya hatinya juga menangis. Ayah mana yang tak sedih melihat putrinya yang berada di ujung kematian. Sebagai seorang perwira tinggi polisi dengan segudang pengalamannya di lapangan, Arjuna sudah dapat membaca kondisi Berliana yang sangat kritis.
Arjuna pun mendekati menantunya dan menepuk pundaknya secara perlahan. Dion pun sontak menoleh pada ayah mertuanya yang sudah berada di sampingnya. Dan ternyata ibu mertuanya telah berada di samping Binar.
Arjuna memberi kode pada Dion melalui tatapan matanya dan Dion pun sangat memahami.
"Mas," panggil Berliana semakin lirih.
Sungguh ini keputusan yang sangat berat untuk seorang Dion Ananta. Dia sangat mencintai Berliana. Satu-satunya wanita yang ia cintai sepenuh hati, menyembuhkannya dari penyakit sadisme dan berhasil mengubah hidupnya yang kelam menjadi sempurna dengan kehadiran anak kembar mereka.
"Iya, aku akan menikahi Binar sesuai permintaanmu. Demi cintaku padamu," ucap Dion lirih yang masih bisa didengar oleh semua orang yang berada di kamar tersebut termasuk Berliana yang tengah sekarat.
Tatapan Berliana mengarah pada Binar. Dan melalui tatapan mata, Binar sangat paham bahwa sang kakak ingin meminta jawaban darinya.
"Aku ber_sedia, Kak. Demi Devina dan Disya," ucap Binar dengan sesenggukan. Bening berusaha memeluk erat Binar karena ia sangat tahu hal ini sungguh berat bagi semuanya.
Senyum Berliana pun terpancar di wajahnya. Walaupun dalam kondisi pucat pasi, tetap tak menyurutkan kecantikannya. Terlebih permintaan terakhirnya dikabulkan oleh suaminya dan juga saudari kembarnya, Binar Mentari Mahendra.
"Aku men_cintai ka_lian," ucap Berliana lirih seraya terbata-bata sebelum akhirnya menutup mata dan menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya.
Tiiiiiiittttt !!
Elektrokardiogram (EKG) berbunyi cukup nyaring dan tampilan di layar monitor tiba-tiba berubah. Hanya menampakkan garis datar. Terlebih tangan Berliana yang sebelumnya dalam genggaman, tiba-tiba luruh. Terkejut saat menatap Berliana sudah dalam kondisi memejamkan mata.
"Berliana !!" teriak Dion histeris.
Pandangan Bening pun mendadak gelap dan seketika ia jatuh pingsan. Beruntung Binar segera menahan bobot tubuh sang ibu.
"Mama !!" pekik Binar.
Bersambung...
🍁🍁🍁
💋Bantu Ramaikan ya Sobat Safira
Like, Komen dan Vote cintahh kalian
Haturnuhun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Fahmi Ardiansyah
wah bakal ada bawangnya ni awalnya saja udh banyak tisu yg brserakan
2024-11-14
0
werdi kaboel
siap siap tisu atau sapu tangan.
2024-11-01
0
Suherni 123
binar disalahin nih
2024-10-31
0